TEMPO.CO, Jakarta - Bukan Marzuki Alie namanya kalau tidak membuat pernyataan kontroversial. Yang terbaru, Kamis 22 November 2012, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ini menuding Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Berlin bertindak bak maling karena menguntit dan mengintai rombongan studi banding DPR di Jerman. "Mereka seharusnya bertanya dulu pada rombongan DPR," kata Marzuki. Dia menilai investigasi PPI Berlin tidak mencerminkan sikap intelektual.
Rangkaian pernyataan panas Marzuki bisa dilacak sampai dua tahun lalu (baca juga: Marzuki Alie dan Omongan Nylenehnya). Ketika itu, pada Oktober 2010, politikus Partai Demokrat ini menjadi berita karena pernyataannya dinilai tidak sensitif pada korban tsunami di Mentawai, Sumatera Barat. Di puncak upaya pertolongan pada korban tsunami di sana, Marzuki berujar, "Ada pepatah, kalau takut ombak, jangan tinggal di pantai."
Pada Februari tahun lalu, Marzuki juga sempat menjadi incaran wartawan yang ingin mendapat penjelasan soal pernyataannya mengenai studi banding DPR. Ketika itu, banyak pihak mengkritik anggota parlemen yang membawa istrinya ikut berkunjung ke luar negeri. Soal itu, Marzuki dengan enteng berujar, "Laki-laki itu sifatnya macam-macam. Ya, perlu diurus untuk minum obat (atau) pengin hubungan dengan istrinya rutin. Itu terserah. Sepanjang tidak menggunakan uang negara."
Dua bulan setelah itu, Marzuki kembali membetot perhatian. Soalnya, dia menyebut serangan hama ulat bulu sebagai sinyal dari kekuasaan Tuhan. Ketika itu, pada April 2011, sejumlah kabupaten di Jawa Timur terserang ribuan ulat bulu. Rumah penduduk, ladang dan kebun, penuh dirubung ulat. Soal ini, Marzuki berkomentar, "Saya dengar, ulat bulu sudah sampai ke Jakarta. Ini peringatan Tuhan."
