Isu Penculikan Anak Resahkan Warga Bima
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Senin, 12 November 2012 20:51 WIB
TEMPO.CO, Bima - Warga di sejumlah desa di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam seminggu terakhir dilanda keresahan akibat isu penculikan anak yang beredar melalui telepon genggam.
Akibatnya setiap orang asing dicurigai dan diminta untuk menunjukan identitasnya. "Kepala desa memerintahkan warga untuk ronda malam," kata Ketua Badan Perwakilan Desa Runggu, Kecamatan Belo, Haris, kepada Tempo, Senin, 12 November 2012.
Bahkan pada Minggu malam, 11 November 2012 lalu, warga Desa Runggu, Desa Rabakodo, Desa Roi dan Desa Roka, sempat melakukan pengejaran terhadap empat orang yang diduga membawa kabur anak berusia empat tahun. Namun, saat dikepung ratusan warga, pelaku lenyap di kegelapan malam.
Seorang warga RT 09 Desa Runggu, Aminah, mengatakan setelah beredarnya isu penculikan anak terpaksa meminta anak-anaknya tidak terlalu sering keluar rumah. Apalagi disebutkan bahwa anak yang diculik itu akan diambil organ tubuhnya untuk dijadikan tumbal pembangunan jembatan di daerah lain. ”Saya takut anak saya jadi korban penculikan,” ujar ibu dua anak itu.
Kepala Kepolisian Sektor Belo, Ipda Abdul Khaer, menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar. Khaer juga menyangkal telah terjadi penculikan anak dengan mengambil organ tubuh anak. ”Belum pernah ada kasus penculikan, itu hanya isu,” ucapnya kepada Tempo.
Menurut Khaer, penculikan anak dengan mengambil organ tubuh hanya isu yang diembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Khaer menjelaskan bahwa isu merebak ketika Minggu malam, 11 November 2012, seorang warga Desa Rabakodo, M. Hasbi, menelpon seorang rekannya di Desa Runggu, M Tahir Yasin. Hasbi menyatakan bahwa penculik anak sudah lari ke desa Runggu. ”Informasi itu yang membuat warga Desa Runggu berhamburan keluar rumah,” tutur Khaer.
Pesan pendek itu dengan cepat menyebar ke sejumlah desa di Kecamatan Belo. Bahkan masuk ke telepon seluler berbagai kalangan, termasuk camat, lurah, tokoh masyarakat hingga alim ulama. ”Saya juga mendapatkan SMS itu,” kata Khaer pula.
Khaer menyayangkan karena informasi yang hanya berupa isu bohong itu dipercaya begitu saja, terutama oleh ibu-ibu. Padahal hingga kini belum ada satu orang pun yang terindikasikan sebagai pelaku penculikan.
AKHYAR M NUR