TEMPO.CO, Banyuwangi -- Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Raung ternyata mempengaruhi aktivitas Gunung Ijen di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur. Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen, Bambang Hery Purwanto, mengatakan aktivitas vulkanik Gunung Ijen meningkat sejak 20 Oktober 2012.
Gempa tremor Gunung Ijen, yang semula hanya 0,5 milimeter, meningkat hingga 10 milimeter. "Saat itu, gempa tremor Gunung Raung sangat kuat," kata Bambang Hery kepada Tempo, Rabu, 7 November 2012.
Status Gunung Raung, dengan ketinggian 3.332 meter dari permukaan laut, naik dari normal menjadi waspada pada 18 Oktober 2012. Statusnya kemudian dinaikkan lagi menjadi siaga pada 22 Oktober 2012. Gempa tremor gunung itu pernah mencapai lebih dari 32 milimeter.
Menurut Bambang Hery, gempa tremor Gunung Ijen mencapai 10 milimeter hingga akhir Oktober 2012. Sedangkan pada November saat ini, gempa tremor Ijen mulai menurun, yakni rata-rata 6 milimeter.
Selain gempa tremor, tidak ada perubahan visual yang signifikan di Gunung Ijen. Suhu di sekitar kawah masih mencapai 34 derajat Celsius.
Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendrasto, mengatakan status Gunung Ijen masih tetap siaga.
Menurut Hendrasto, sebenarnya PVMBG akan menurunkan status Gunung Ijen. Namun, karena gempa tremornya meningkat kembali, status siaga masih dipertahankan. "Radius 1,5 kilometer dari puncak harus tetap steril dari manusia," kata dia.
Hendrasto menambahkan, meningkatnya gempa tremor Gunung Ijen diperkirakan karena dipicu tremor Gunung Raung. "Tetapi kami masih akan menyelidiki lebih lanjut," katanya.
Status siaga Gunung Ijen ditetapkan sejak 18 Desember 2011. Statusnya sempat diturunkan ke waspada, tapi meningkat lagi menjadi siaga pada 24 Juli 2012.
