TEMPO Interaktif, Cirebon:Sekitar 1.500 warga Nahdlatul Ulama (NU) yang terdiri dari ulama, relawan, Kalangan Muda NU (KMNU), dan mahasiswa NU yang hadir dalam pertemuan musyawarah alim ulama NU se-wilayah III Cirebon mendesak untuk segera digelar muktamar luar biasa NU. Desakan ini antara lain diungkapkan Nurjaman, Ketua KMNU Wilayah III Cirebon. Saat ini tuntutan terhadap diselenggarakannya muktamar luar biasa NU sudah sangat mendesak, tegasnya. Tuntutan ini, menurut Nurjaman, dilatarbelakangi oleh para tokoh NU yang saat ini telah terlihat berpolitik praktis dan mengejar kekuasaan serta uang. Mereka sudah tidak lagi mencerminkan seorang kiai yang seharusnya jadi panutan umat dalam bertindak dan bertingkah laku, ujarnya. Hal senada diungkapkan KH Buseri dari Pondok Pesantren Gintung, Kabupaten Cirebon. Kami sangat berharap agar muktamar luar biasa NU ini segera dilaksanakan karena pengurus PBNU yang ada di pusat maupun yang ada di daerah hanya berlomba-lomba mencari kekuasaan dan uang, ujarnya.Menurut Buseri, telah terjadi degradasi moral hingga ke kalangan ulama, yang mana ulama saat ini lebih mementingkan diri sendiri dan duniawi dibandingkan memikirkan umat dan kehidupan di akhirat kelak. Sehingga, katanya, saat ini seolah tidak ada bedanya antara ulama yang sangat tahu mengenai agama dengan orang biasa yang sama sekali tidak tahu tentang agama. Lebih lanjut Buseri mengatakan bahwa seluruh pengurus PBNU yang terlibat dalam tim sukses calon presiden dan wakil presiden untuk segera diberhentikan dari jabatannya di PBNU. Karena mereka-mereka inilah yang memecah belah kaum nahdliyin, ujarnya. Pelaksana Harian Ketua PBNU, KH Masdar Farid Masudi, yang hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa desakan untuk melakukan muktamar luar biasa NU tidak begitu saja dapat dilakukan. Semua tergantung dengan Rois AM PBNU. Tapi saya berjanji, hasil pertemuan ini akan disampaikan segera ke pengurus besar NU," tuturnya. Ketika disinggung mengenai orang-orang NU yang menjadi tim sukses sejumlah calon presiden dan wakil presiden, Masdar mengatakan bahwa ia tidak bisa mengintervensi karena hal tersebut merupakan hak pribadi seseorang. Kita tinggal lihat hasilnya nanti jika ada salah satu calon mereka yang jadi, apa tindakan yang akan mereka lakukan selanjutnya, ujarnya. Ivansyah - Tempo News Room