TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Kepolisian Sektor Mimika Baru, Mimika, Papua, diserang puluhan warga dengan panah dan batu, Selasa sore ini, 2 Oktober 2012. Tidak ada kerusakan dan korban dalam insiden ini. Puluhan polisi bersenjata lengkap disiagakan di Kantor Polsek Mimika Baru, usai penyerangan.
Kepala Kepolisian Resor Mimika, Ajun Komisaris Besar Denny Edward Siregar, mengatakan kelompok warga yang berkumpul di Kampung Kwamki Baru, depan kantor polisi, sedang berduka akibat kematian Frans Beanal yang tewas diserang sekelompok orang dengan panah di Kampung Utikini, Mimika, Papua.
"Mereka bawa-bawa panah di tempat umum. Lalu mereka memanah seseorang dan kami lakukan tindakan tegas. Mereka kemudian menyerang kantor polisi," kata Denny.
Menurut Denny, situasi Kota Timika secara umum sudah dapat dikendalikan. Pada pagi tadi, kata Denny, sebenarnya kepolisian sudah melakukan dialog dengan tokoh-tokoh kelompok warga yang sedang bertikai. "Situasi terakhir kesepakatan masih mereka jaga. Adat ya adat, tetapi perang tidak sesuai dengan hukum. Kami berupaya agar tidak ada balas dalam persoalan ini akibat tindakan mereka yang tidak terukur," kata Denny.
Pada siang sebelumnya, sekitar pukul 14.30 waktu Papua, pekerja tambang PT Freeport Indonesia, Pendius Tabuni, tewas setelah dikeroyok sejumlah orang dengan panah dan senjata tajam. Pendius tewas mengenaskan di tengah Jalan Cenderawasih, di depan Toko Roti Manna Bakery.
Usai penyerangan terhadap Pendius, kelompok warga berjumlah ratusan dari wilayah Bambu Kuning, Jalan Ahmad Yani, memenuhi jalan lengkap dengan senjata panah hendak ke Kampung Kwamki Baru berjarak hanya beberapa kilometer saja.
Akibat konvoi warga dengan senjata tradisional ini, hampir semua toko di Jalan Ahmad Yani tutup. Polisi sempat mengeluarkan tembakan peringatan untuk menghalau massa. Sedangkan kelompok warga yang berkumpul di Jalan Trikora memadati pertigaan Jalan Trikora-A Yani.
Puluhan polisi bersenjata lengkap berhasil menghalau massa dari kedua kelompok agar kembali ke wilayah masing-masing. Situasi Kota Timika berangsur kondusif, tetapi sebagian besar toko memilih untuk tetap menutup tempat usahanya.
TJAHJONO EP
Berita terkait
Putusan Sidang Cebongan Diibaratkan Sepak Bola
10 September 2013
Agus mengumpamakan polemik puas dan tidak puas terhadap vonis terdakwa seperti pertandingan sepak bola.
Baca SelengkapnyaVonis Cebongan, Kopassus Tetap Bangga pada Ucok Cs
9 September 2013
Agus menyebutkan ada pesan moral pasca-peristiwa berdarah di LP Cebongan, yakni masyarakat Yogyakarta merasa aman dari gangguan preman.
Baca SelengkapnyaVonis Cebongan Dinilai Tak Beri Efek Jera
7 September 2013
Bahkan Ucok berjanji akan tinggal di Yogyakarta dan memberantas preman. Dia bukan subyek hukum.
Baca SelengkapnyaKomandan Kopassus Bantah Ada Perintah Atasan
6 September 2013
'Saya manusia. Mereka (terdakwa) juga manusia. Sama-sama bisa emosi kalau ada teman yang dibunuh.'
Baca SelengkapnyaTiga Terdakwa Cebongan Langsung Bebas
6 September 2013
Vonis yang dijatuhkan hakim kepada ketiga terdakwa relatif lebih ringan ketimbang para terdakwa lainnya.
Baca SelengkapnyaSopir Penyerangan Cebongan Dihukum 1 Tahun 3 Bulan
6 September 2013
Sopir penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan terbukti bersalah melakukan tindak pidana membantu pidana pembunuhan.
Baca SelengkapnyaVonis Cebongan Dinilai Tak Sentuh Akar Penyerangan
6 September 2013
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menilai vonis terdakwa kasus penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman belum maksimal.
Baca SelengkapnyaIni Kejanggalan Sidang Cebongan Versi KY
6 September 2013
Kejanggalan itu ada dalam dakwaan yang dibacakan oleh oditur atau penuntut umum.
Baca SelengkapnyaKSAD Hormati Vonis Kasus Cebongan
5 September 2013
Pada prinsipnya TNI Angkatan Darat telah menyerahkan penyelesaian kasus Cebongan melalui jalur hukum.
Baca SelengkapnyaPendukung Kopassus Ngemil di Ruang Sidang Cebongan
5 September 2013
Seseorang berpakaian seragam Banser serba hitam memperlihat
senjata ketapel ukuran besar.