Mengapa Paus Karawang Gagal Diselamatkan

Reporter

Editor

Senin, 30 Juli 2012 18:28 WIB

Tim SAR gabungan dari Kopasus dan Kopaska TNI AL melakukan evakuasi paus yang terdampar di Pantai Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, (28/7). Tim SAR masih terus berusaha mengevakuasi ikan paus walau terkendala ombak yang cukup besar. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Seekor paus yang sempat diselamatkan setelah terdampar di Pantai Pakis, Karawang, Jawa Barat, pekan lalu, akhirnya ditemukan mati di Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Ahad, 29 Juli 2012.

Ketika berbicara dengan Tempo, Senin, 30 Juli 2012 petang, Rani salah seorang aktivis Jurnalist Divers yang turut menyaksikan upaya penyelamatan paus di Kerawang, mengatakan bahwa tim penyelamat kurang hati-hati karena tak menyertakan ahli kelautan atau biologi yang tahu persis mengenai kondisi paus.

Penyelamatan paus itu dikoordinasi oleh tim penyelamat dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Kopassus, Kopaska, dan relawan lainnya. "Mereka memperlakukan paus layaknya manusia yakni membawa mamalia itu ke perairan dalam dengan cara menyeretnya. Mungkin dengan cara begitu, tim beranggapan paus bisa berenang di perairan dalam. Padahal semestinya dikonsultasikan dulu dengan ilmuwan yang paham tentang paus," jelas Rani melalui telepon kepada Tempo.

Oleh karena itu, ketika paus ditemukan jadi bangkai di perairan Muara Gembong, Ahad, 29 Juli 2012, oleh nelayan setempat, gadis yang kerap menyelam di sejumlah dive spot di Indonesia ini tidak heran. "Saya rasa wajar kalau paus itu mati karena diperlakukan tidak semestinya oleh tim," kritik Rani.

Dalam penyelamatan paus sepanjang 11 meter yang terdampar di Karawang itu, imbuh Rani, seharus tim penyelamat mengajak ahli kelautan dan biologi yang mengerti betul tentang paus. "Masalahnya di Indonesia memang tidak ada ahli paus," tegasnya. Upaya tim penyelamat membawa paus yang terdampar di Pantai Pakis, Karawang, ke perairan sedalam 20 meter, menurut Rani tidak cukup karena perairan tersebut masih di kawasan teluk.

Hingga saat ini masih terjadi silang pendapat di antara para pecinta binatang soal bagaimana "mengubur jasad" paus, apakah ditenggelamkan ke dalam laut atau diledakkan. Benvika, aktivis Jakarta Animal Aid Network (JAAN), sepakat kalau bangkai paus ditenggelamkan karena lebih alami dan bisa berproses secara alami pula. "Lebih baik ditenggelamkan karena bisa berproses secara alami daripada diledakkan," katanya. Soal teknis penenggalaman, ujarnya lagi, akan dikonsultasikan dengan pihak terkait.

CHOIRUL

Berita Terpopuler:
Disudutkan @cinta8168 di Twitter, Ini Jawaban Ahok

Baru Tiga Hari Buka, Warung Dahlan Iskan Tutup

Analis Politik: Isu SARA Jadi Bumerang Foke-Nara

Lima Keanehan Operasi Polisi ke Ogan Ilir

Berapa Harga Emas Olimpiade?

Andi Arief Minta Misbakhun Berkata Jujur

ICW Akan Adukan Hakim Pembebas Misbakhun

Foke Ubah Gaya Kampanye

Misbakhun Ancam Mengadu ke PBB

Peleburan LPI dan LSI Kemungkinan pada Akhir Musim

Berita terkait

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

30 Oktober 2023

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

Lumba-lumba air tawar yang sangat langka mati di tempat baru di sepanjang Sungai Amazon.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

26 September 2019

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

Keberadaan binatang langka atau unik, Hydrophis cyanocinctus, ular laut yang bernapas dari dahinya bernama, dipublikasikan oleh The Conversation.

Baca Selengkapnya

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

7 Februari 2019

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

Seekor bulus sepanjang 1 meter dititipkan dan dirawat di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

19 September 2018

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

Seorang wanita, Nadhila Utama, mengajukan gugatan perdata Rp 1,3 miliar terhadap dokter hewan ke Pengadilan Tangerang karena anak anjingnya mati.

Baca Selengkapnya

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

6 Maret 2018

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

Harimau Sumatera yang mati ditombak warga di Mandailling Natal ternyata sudah tak utuh lagi. Beberapa bagian tubuh Harimau Sumatera itu hilang.

Baca Selengkapnya

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

28 Januari 2018

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

Pada peringatan Hari Primata Indonesia, IAR akan melepasliarkan 15 ekor kukang jawa di Gunung Sawal, pada Selasa 30 Januari 2018.

Baca Selengkapnya

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

7 Juli 2017

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

Sekelompok nelayan menemukan bayi porpoise (mamalia mirip lumba-lumba) berkepala dua.

Baca Selengkapnya

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

26 Juni 2017

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

Bayi lutung perak berusia 1 bulan ini masih disusui induknya dan bakal berubah warna dalam setahun.

Baca Selengkapnya

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

11 Mei 2017

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

Sebanyak 30 kukang hasil sitaan dari pedagang online akhirnya dikembalikan ke alam liar BBKSDA wilayah Jawa Barat di Taman Nasional Gunung Ciremai.

Baca Selengkapnya