Sejumlah siswa sekolah dasar melihat koleksi benda pribadi di Istana Gebang, Kelurahan Sananwetan, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Rabu, 13 Juni 2012. Menjelang peringatan hari lahir (Haul) Bung Karno besok tanggal 20 Juni, jumlah kunjungan ke rumah orang tua Soekarno ini meningkat tajam. TEMPO/Hari Tri Wasono
TEMPO.CO, Blitar - Menjelang peringatan Haul Bung Karno pada 20 Juni 2012, Istana Gebang Blitar ramai pengunjung. Dalam sehari, pengunjungnya bisa mencapai 200 orang. Tujuannya, menyaksikan benda-benda pribadi dan berburu air sumur yang ada di istana seluas 1,4 hektare itu. Mereka meyakini air itu membawa berkah.
Tak diketahui pasti mulai kapan fenomena berburu air sumur Bung Karno ini muncul. Namun para pengunjung yang datang biasanya berbondong-bondong minum air itu. "Usaha dan rezeki juga akan lancar," kata Solikin, salah seorang pengunjung yang antre meminum air sumur di Istana Gebang, Jumat, 15 Juni 2012.
Pria asal Blitar ini mengaku mendengar kabar air sumur berkah itu dari tetangganya sepekan silam. Ia pun tertarik membuktikan khasiatnya dengan meminum langsung dari air keran yang disedot dari sumur. Meski tak dididihkan, Solikin tak mengalami sakit perut.
Neti, pemandu tamu Istana Gebang, mengatakan popularitas air sumur ini telah menyebar ke pelosok daerah. Hal ini terlihat dari antusiasme pengunjung yang membawa pulang air tersebut seusai berwisata di rumah orang tua Soekarno di Kelurahan/Kecamatan Sananwetan, Blitar, ini.
Sumur itu berada di bagian belakang rumah, dekat kamar mandi dan dapur. Sejak dibuat 1914 lalu hingga kini, sumur itu tak pernah kering. Airnya jernih. Dulu, air dari sumur inilah yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bung Karno dan pengelola Istana Gebang. "Saya pun meminumnya mentah-mentah," ujar Neti.
Pengelola Istana Gebang sekarang ini telah memasang sejumlah keran air di sekitar sumur untuk memudahkan pengunjung mengambil air. Bagi yang ingin meminum langsung, disediakan gelas. Jika ingin membawa pulang air, bisa membungkusnya dengan plastik ukuran satu kilogram yang sudah disediakan pengelola. Sebagai pengganti plastik, pengunjung diminta memberikan sumbangan sukarela di kaleng sumbangan. Uang sumbangan ini digunakan untuk perawatan Istana Gebang. "Sehari habis 100 kantong plastik," kata Neti.
Rumah yang pernah di tinggali Bapak Proklamator Indonesia ini, sejak dibeli pemerintah Blitar senilai Rp 35 miliar tahun lalu, terbuka untuk umum. Para pengunjung bisa mendatangi rumah bersejarah ini mulai pukul 07.00-17.00.