Raymond JJ Latuihamallo alias Yongen alias Ongen. dok. TEMPO/Arie Basuki
TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum meninggal di dalam mobil, Raymond “Ongen” Latuihamallo disebut sempat cekcok dengan pengendara mobil lain saat melintas di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Kakak ipar Ongen, Shirley Latuihamallo, mengatakan Ongen sempat salip-salipan dengan mobil lain.
Setelah salip-salipan, mobil Opel Blazer yang dikendarai Ongen bersama istri dan kedua putrinya itu dilempari botol air putih kemasan oleh pengendara mobil lain. “Ongen sempat turun dari mobil dan cekcok. Tapi sebentar saja, setelah itu jalan kembali,” kata Shirley ketika ditemui di rumah duka pada Jumat dinihari, 4 Mei 2012.
Setelah cekcok itu, Ongen melanjutkan perjalanan. Masih di daerah Blok M, sekitar pukul 16.30, Ongen mendadak kejang-kejang. Kendaraan langsung berhenti dan Ongen berbaring di pangkuan istrinya. Lantaran istri dan kedua putri Ongen tak bisa menyetir mobil, mereka mencari bantuan.
“Ada orang yang bantu menyetir mobil, diantar ke RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina),” kata Shirley. Sesampainya di sana, Ongen mendapat pertolongan medis. Tapi nyawa saksi kunci kasus pembunuhan aktivis Munir itu tak tertolong lagi.
Shirley mengatakan keluarga besar sudah menerima kematian Ongen. Ia mengatakan Ongen meninggal karena sakit jantung. Keluarga memilih untuk tidak mengotopsi jenazah Ongen. Setelah ditangani di RSPP, jenazah Ongen dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) untuk disemayamkan.
“Dibawa ke RSPAD atas persetujuan keluarga. Memperhitungkan faktor jarak agar orang mudah melayat,” kata Shirley.
Suasana di rumah duka RSPAD pada Kamis, 3 Mei lalu, sangat ramai. Keluarga dan kerabat Ongen tak berhenti datang sedari sore hingga dinihari. Eta Latuihamallo, istri Ongen, enggan diwawancara karena kelelahan mengawal persemayaman. Putri Ongen, Sasa, mengatakan pernyataan keluarga terkait kematian ayahnya diserahkan kepada Shirley.
