TEMPO Interaktif, Jakarta: Gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta berunjuk rasa di depan kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Jumat (6/2) siang. Mereka menuntut Komnas HAM agar segera menangkap dan mengadili Jenderal Purnawirawan Wiranto, karena menjadi dalang pelanggaran HAM berat di Timor Timur. Para mahasiswa berasal dari Universitas Jakarta, Universitas Mustopo, Universitas Trisakti, Yayasan Akuntansi Indonesia, Universitas Nasional Jakarta, Universitas Bung Karno, Universitas Tarumanegara, Bina sarana Informatika, dan beberapa universitas swasta lainnya Mereka juga menuntut agar kasus Semanggi dan Trisakti segera diselesaikan. Menurut salah satu koordinator mereka, La Ode Kamaludin, kasus Semanggi dan Trisakti buntu karena ada kepentingan kelompok yang menginginkan penyelesaian kasus melalui mekanisme pemungutan suara. Menurut Kamaludin, kasus itu tidak dapat diselesaikan secara voting tetapi melewati prosedur hukum. “Bukan prosedur politik, sehingga proses hukum dinegeri ini bisa berjalan baik dan tidak mandul,” ujarnya. Aliansi mahasiswa Indonesia mencurigai adanya konspirasi, jika masalah tersebut hanya diselesaikan secara politis. Mereka juga khawatir dengan munculnya Wiranto sebagai calon presiden, maka kasus-kasus pelanggaran HAM dihilangkan atau ditutup sama sekali. “Ini merupakan pengkhianatan, kebohongan publik yang dilakukan parlemen terhadap perjuangan reformasi jika kasus Wiranto, Semanggi, dan Trisakti hanya diselesaikan di parlemen,” ujar Kamaludin. Demonstrasi aliansi mahasiswa ini memang yang pertama kali. Tapi, mereka akan melanjutkan berunjuk rasa di hari lain dan di tempat lain, seperti di Kejaksaan Agung. Para pengunjuk rasa akhirnya diterima anggota Komnas Taheri Noor dan Yuwaldi. Mereka berdialog sekitar 15 menit selanjutnya meninggalkan kantor Komnas HAM. Sunariah - Tempo News Room
Berita terkait
Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo
3 menit lalu
Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo
"Ya semuanya teman, halalbihalal yo ditekani kabeh (ya didatangi semua)," ujar Gibran.