TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menghimbau pers untuk mampu mengembalikan independensi di tengah derasnya industrialisasi media saat ini. “Kini pers telah jadi industri. Kita semua dan insan pers, khususnya, harus mampu mengembalikan independensi pers,” kata Wakil Ketua MPR, Lukman Hakim Saifuddin, Kamis, 9 Februari 2012.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) ke-27. Menurut dia, saat ini liberalisasi ekonomi telah mempengaruhi dunia penyiaran dan pewartaan. Ini menjadi tantangan besar bagi negara dan para penggiat pers untuk mampu mengatasinya secara berkeadilan.
Ia juga mengkritik banyak kepemilikan lembaga penyiaran yang memonopoli dan mendominasi frekuensi publik. Akibatnya, lembaga penyiaran lokal makin tidak berdaya. Begitu juga lembaga penyiaran publik seperti TVRI dan RRI. “Mereka kalah bersaing dengan lembaga penyiaran yang lebih menggurita,” katanya.
Liberalisasi isi penyiaran dan pewartaan juga berkembang tanpa kendali. Lukman memaparkan, dalam penyiaran dan pewartaan saat ini banyak mengandung unsur-unsur sadisme, kekerasan, dan pornografi. Akan tetapi, hal itu tidak diseimbangkan dengan suatu proses penyaringan dan pemberian penjelasan yang memadai kepada masyarakat. “Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai institusi negara untuk mengawasi praktek penyimpangan Undang-undang Penyiaran harusnya lebih diberdayakan,” katanya.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita terkait
Tulisan Soal Makar, Fadli Zon Akan Laporkan Allan Nairn ke Polisi
25 April 2017
Dalam tulisan Allan Nairn, Fadli Zon disebut terlibat dalam upaya makar untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaDisebut dalam Laporan Allan Nairn, Hary Tanoe Lapor ke Polisi
25 April 2017
Pelaporan Hari Tanoe bermula dari tulisan Ahok Hanyalah Dalih untuk Makar yang ditulis oleh jurnalis asal Amerika Serikat, Allan Nairn.
Baca SelengkapnyaDiadukan Mabes TNI ke Dewan Pers, Tirto.id: Kami Kooperatif
24 April 2017
Sapto berujar, pihaknya akan menunggu mekanisme yang diterapkan Dewan Pers saat menerima pengaduan.
Baca SelengkapnyaJokowi Jarang Dikritik, SBY: Pers Tak Seganas Dulu
11 Juni 2016
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono merasa tercengang melihat perubahan pers saat ini.
Baca SelengkapnyaBegini Modus Wartawan Abal-abal Memeras
14 April 2016
"Yang paling banyak muncul adalah di daerah yang tingkat korupsinya tinggi. Fenomena media abal-abal ini tidak kami temukan di Malaysia atau Singapura."
Baca SelengkapnyaDulu Pemerintah Tekan Pers, Jokowi: Sekarang Sebaliknya
9 Februari 2016
Presiden Joko Widodo meminta pers patuh terhadap kode etik jurnalistik, terutama media online.
Baca SelengkapnyaMenunggu Presiden Berantas Amplop Wartawan
9 Februari 2016
Presiden Joko Widodo memastikan akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Dalam acara itu, Jokowi akan diberi panggung untuk berinteraksi dengan kurang-lebih 600 wartawan nasional, petinggi negara, dan tokoh masyarakat. Supaya pertemuan itu bermakna, bantuan atau kebijakan strategis apa yang bisa Presiden keluarkan agar kehidupan pers Indonesia semakin sehat?
Baca SelengkapnyaPers di Indonesia Dinilai Kena Sindroma Berlusconian
21 Januari 2016
Kepentingan pemilik media di industri pers dinilai mempengaruhi pemberitaan, mirip seperti Berlusconi di Italia.
Baca SelengkapnyaDewan Pers: Banyak Media Massa Terkontaminasi Politik
20 Januari 2016
Ada fenomena sejumlah pemilik media membentuk partai politik.
Baca SelengkapnyaGiliran Rizal Ramli 'Kepret' Pers: Banyak yang Sibuk Bisnis Pencitraan
2 November 2015
Menurut Rizal Ramli, sudah waktunya pers menjadi bagian dari transformasi bangsa, jangan sibuk dengan bisnis pencitraan.
Baca Selengkapnya