TEMPO.CO, Jayapura - Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Ajun Komisaris Besar Polisi Alex Korwa, menyatakan senjata milik kelompok tak dikenal yang ikut dalam bentrok antarkubu calon pemilukada di Kabupaten Puncak, Rabu 4 Januari 2012, merupakan hasil rampasan.
Bentrok tersebut menewaskan tiga orang serta melukai empat warga sipil. “Itu senjata hasil rampasan dari anggota polisi atau TNI. Kelompok itu tidak punya senjata sendiri. Dugaan ini mendekati kebenaran dan bukan berasal dari siapa-siapa,” kata Korwa, Minggu 8 Januari 2012.
Korwa membantah belasan senjata yang digunakan saat bentrok dipasok salah satu calon bupati yang ikut dalam pemilukada di Kabupaten Puncak. “Siapa yang bilang dipasok, tidak ada itu, yang mendekati kebenaran adalah senjata hasil rampasan,” ujarnya.
Korwa mengatakan polisi masih melacak jenis dan banyaknya senjata yang masuk ke Kabupaten Puncak.
Sebelumnya Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Puncak Yunus Kelatbetme menyebutkan kelompok yang menembak adalah OPM. Jumlah mereka sekitar 15 orang. “Mereka juga menggunakan senjata, tidak tahu dari mana senjata itu, mereka tiba-tiba ada dalam bentrok dua kelompok dan langsung menembak,” katanya.
Ia menjelaskan kelompok itu memiliki 15 senjata api. “Dari keterangan yang kami dapat, mereka punya 15 senjata. Ini sudah kami laporkan ke Polda Papua. Harapan kami adalah polisi bisa menyelidikinya lebih jauh.”
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Polisi Wachyono mengatakan polisi tak tinggal diam dalam masalah ini. “Polisi masih melakukan penyelidikan. Soal senjata itu datang dari mana dan jenisnya apa itu belum diketahui. Motif penembakan juga masih didalami oleh polisi,” ucapnya.
Bentrok Puncak mengakibatkan tiga orang tewas. Dua di antaranya adalah seorang wanita bernama Helmina Magai dan Kepala Puskesmas Duwoga, Ilaga, Karel Mayau. Sementara empat orang lainnya mengalami luka berat termasuk Kepala Distrik Kogoma, Piterius Murib.
Bentrok lalu merupakan lanjutan dari perang sebelumnya yang pecah pada 3 Desember 2011. Rusuh saat itu menewaskan Endiles Waker, 26 tahun, Yelinus Murib, 30, dan Edison Murib, 40.
JERRY OMONA
Berita terkait
Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara
25 April 2016
Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.
Baca SelengkapnyaPolri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara
25 April 2016
Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.
Baca SelengkapnyaTolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar
24 April 2016
Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.
Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi
8 September 2015
Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum
11 Agustus 2015
Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.
Baca SelengkapnyaPresiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan
11 Agustus 2015
Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara
10 Agustus 2015
Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.
Baca SelengkapnyaRusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran
10 Agustus 2015
Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM
10 Agustus 2015
Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Baca SelengkapnyaTolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki
10 Agustus 2015
Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.
Baca Selengkapnya