Komite Etik Kembali Periksa Ade Raharja

Reporter

Editor

Jumat, 23 September 2011 14:51 WIB

Ade Rahardja. TEMPO/Dwi Narwoko

TEMPO Interaktif, Jakarta - Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi kembali meminta klarifikasi mantan Deputi Penindakan KPK Ade Raharja, hari ini, Jumat, 23 September 2011. Ia dimintai keterangan ihwal beberapa kali pertemuannya dengan Muhammad Nazaruddin, seperti dituduhkan mantan Bendahara Partai Demokrat itu. Ade sebelumnya pernah diperiksa oleh Komite Etik.

"Ya, kami klarifikasi tadi," kata Sekretaris Komite Etik Said Zainal Abidin yang dikonfirmasi mengenai kedatangan Ade ke Komite pada Jumat pagi.

Said mengatakan, Ade diklarifikasi lagi mengenai tuduhan Nazaruddin. Ade yang dikonfirmasi seusai salat Jumat justru membantahnya. "Hanya jalan-jalan saja," kata Ade di samping kantor KPK sambil berlalu dengan mobilnya.

Adapun tuduhan Nazar itu, di antaranya mengaku dua kali bertemu dengan Ade di suatu restoran Jepang di Apartemen Cassablanca pada 2010 lalu.

Pada pertemuan pertama, kata Ade sebelumnya, dirinya memutuskan mengajak serta juru bicara KPK Johan Budi SP. Nazar sendiri ditemani Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa.

Menurut Ade, pada pertemuan itu Nazar menyinggung kasus Syafi'i Ahmad, mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan. Syafi'i waktu itu menjadi tersangka korupsi pengadaan alat rontgen bagi puskesmas di wilayah Indonesia Timur, Kementerian Kesehatan, untuk anggaran 2007.

Tak puas pada pertemuan pertama, Nazar kembali mengajak Ade bertemu. Pada pertemuan kedua ini, Ade mengajak Roni Samtana, penyidik komisi antikorupsi. Nazar sendiri ditemani Saan Mustopa dan Ketua Komisi Hukum DPR Benny Kabur Harman.

Ade mengatakan, pada pertemuan kedua ini, Nazar menyinggung mengenai kasus proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi berbiaya Rp 8,9 miliar pada anggaran 2008. Pada proyek ini, Ade mengaku tak mengetahui kalau Nazaruddin terkait kasus itu.

Pada proyek ini, KPK telah menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen Kemenakertrans Timas Ginting sebagai tersangka. KPK belakangan juga menetapkan Neneng Sri Wahyuni, istri Nazar, di proyek yang diduga merugikan negara hingga Rp 3,6 miliar ini.

Ade mengatakan, semua permintaan Nazar itu ditolaknya. "Saya bilang enggak bisa. Saya sudah perintahkan penyelidik tetap jalan terus," katanya saat konferensi pers di KPK pada Juli lalu.

Mereka yang ikut menyaksikan pertemuan itu membenarkan. Namun, Saan dan Benny juga mengaku tidak mengetahui pembicaraan Nazar itu.

Ada lagi tuduhan Nazar yang lain terhadap Ade. Nazar menuduh Wakil Ketua KPK Chandra M. Hamzah dan Ade bertemu dengan Ketua Partai Demokrat Anas Urbaningrum pada akhir Juni lalu. Menurut Nazar, mereka membuat kesepakatan agar pengusutan korupsi wisma atlet berhenti pada Nazar sebagai tersangka.

Tuduhan Nazar ini dibantah oleh Ade dan Chandra. Anas yang pernah dimintai keterangan oleh Komite Etik juga membantah adanya pertemuan itu.

Said mengatakan, setelah Komite Etik melakukan klarifikasi, Ade mengatakan pertemuan itu digelar karena permintaan Saan. "Rupanya diminta Saan. Janji tidak membicarakan sesuatu. Hanya untuk silaturahmi," ujar Said.

Ihwal dugaan pelanggaran etika pimpinan KPK, Komite telah memeriksa empat pimpinan Komisi, Busyro Muqoddas (ketua), Chandra, Haryono Umar, dan M. Jasin.

Menurut Said, sampai saat ini Komite belum mengambil kesimpulan. "Keputusan akan diumumkan pada 3 Oktober," katanya.


RUSMAN PARAQBUEQ

Berita terkait

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

11 jam lalu

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron melaporkan anggota Dewas KPK Albertina Ho. Berikut tugas dan fungsi Dewas KPK

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

12 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

KPK Tak Kunjung Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, Terhambat di Direktur Penyelidikan KPK atas Perintah Polri

13 jam lalu

KPK Tak Kunjung Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, Terhambat di Direktur Penyelidikan KPK atas Perintah Polri

Sprindik Eddy Hiariej belum terbit karena Direktur Penyelidikan KPK Brijen Endar Priantoro tak kunjung meneken lantaran ada perintah dari Polri.

Baca Selengkapnya

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

14 jam lalu

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, mengatakan telah melaporkan dugaan pelanggaran etik anggota Dewas KPK Albertina Ho sejak bulan lalu.

Baca Selengkapnya

Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

15 jam lalu

Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengklaim informasi transaksi keuangan merupakan data pribadi yang bersifat rahasia.

Baca Selengkapnya

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

23 jam lalu

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

Juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan laporan Nurul Ghufron tersebut murni pribadi.

Baca Selengkapnya

Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Bicara Soal Seteru di Internal KPK, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

1 hari lalu

Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Bicara Soal Seteru di Internal KPK, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Aktivis dan pengamat antikorupsi turut menanggapi fenomena seteru di internal KPK, Nurul Ghufron laporkan Albertina Ho. Apa kata mereka?

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

1 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Albertina Ho Tanggapi Pernyataan Nurul Ghufron soal Surat Edaran Dianggap Tak Berstatus Hukum

1 hari lalu

Albertina Ho Tanggapi Pernyataan Nurul Ghufron soal Surat Edaran Dianggap Tak Berstatus Hukum

"Ah biar sajalah. Kan Ketua PPATK sudah bilang, ada aturannya kan," kata Albertina Ho.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

1 hari lalu

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

Dewas KPK akan memulai sidang dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron soal penyalahgunaan wewenang dalam kasus korupsi di Kementan.

Baca Selengkapnya