Soetan Bhatoegana: Kasus Nazaruddin Itu Receh  

Reporter

Editor

Kamis, 16 Juni 2011 15:39 WIB

Sejumlah massa yang menamakan dirinya Laskar KPK melakukan aksi teatrikal saat unjuk rasa di Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis (9/6). Laskar KPK meminta KPK mengusut, menyelediki, dan menangkap sejumlah kader partai demokrat yang diduga melakukan korupsi APBN seperti Anas Urbaningrum, Nazaruddin, Max Sopacua, dan Edi Baskoro alias Ibas. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Departemen Perekonomian DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, menyebut kasus yang melibatkan bekas Bendahara Umum Partai Demokrat, M. Nazaruddin, sebagai kasus receh. "Ini kan kasus receh, masih banyak kasus yang lebih besar dari ini," kata Soetan di Gedung DPR, Kamis, 16 Juni 2011.

Komentar itu diungkapkan Soetan ketika wartawan menghadangnya dan memberondong sejumlah pernyataan seputar Nazaruddin. Soetan tampak jengkel ditanya terus soal kabar Nazaruddin. Maka, dia pun membanding-bandingkan kasus Nazarudin dengan kasus lainnya. "Kasus BLBI itu jauh lebih besar, ini kok kalian meributkan kasus receh," kata Soetan.

Nazaruddin diduga terlibat sejumlah kasus. Dia tersangkut kasus dugaan korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI Jakabaring, Palembang, Sumatra Selatan. Mindo Rosalina Manullang, tersangka dalam kasus ini, sempat menyebut Nazaruddin menerima success fee sebesar Rp 25 miliar dari proyek sebesar Rp 191 miliar itu. Rosa juga menyebut Nazaruddin sebagai atasannya di PT Anak Negeri. Namun, belakangan Rosa mencabut pernyataannya itu.

Nama Nazaruddin juga disebut dalam kasus dugaan korupsi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Kementerian Pendidikan. Bersama saudaranya, M. Nasir, Nazaruddin menjabat sebagai pemilik dan Komisaris Utama di PT Mahkota Negara, perusahaan rekanan Kementerian Pendidikan dalam proyek ini. Perusahaan ini diduga menang secara tak wajar dalam proyek senilai Rp 142 miliar itu.

Kedua kasus tersebut masih dalam penanganan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Nazaruddin sendiri sudah dua kali dipanggil sebagai saksi dalam kasus wisma atlet dan sekali dipanggil dalam kasus PMPTK Kementerian Pendidikan. Namun, Nazaruddin sama sekali belum pernah memenuhi panggilan.

Nazaruddin beralasan, ketidakhadirannya karena sedang berobat di Singapura. Nazaruddin terbang ke Singapura pada 23 Mei 2011, sehari sebelum pihak Imigrasi melakukan pencekalan bepergian ke luar negeri.

Soal kemungkinan Nazaruddin akan dipulangkan paksa oleh KPK, Soetan mempersilakannya. "Itu urusan KPK, bukan partai," kata Soetan. Dia mengatakan, usaha yang dilakukan Partai Demokrat sudah maksimal dengan membujuk Nazaruddin pulang, meski gagal.

"Kan sudah disampaikan, kami sudah selesai, sudah konferensi pers," kata Soetan. "Masalah pemanggilan paksa itu urusan aparat penegak hukum yang dilindungi undang-undang."

FEBRIYAN

Berita terkait

Kalah dari AHY, Ini Jejak Pendidikan dan Karier Moeldoko Alumnus FISIP UI

10 Agustus 2023

Kalah dari AHY, Ini Jejak Pendidikan dan Karier Moeldoko Alumnus FISIP UI

rekam jejak karier dan pendidikan Moeldoko yang selalu kalah melawan kubu AHY soal pengajuan gugatan kepengurusan Partai Demokrat

Baca Selengkapnya

Anwar Hafid Raih Gelar Doktor, Tawarkan Integrasi Nilai Religius dan Kearifan Lokal

13 April 2023

Anwar Hafid Raih Gelar Doktor, Tawarkan Integrasi Nilai Religius dan Kearifan Lokal

Agama tidak hanya hadir sebagai ritualitas pada individu, akan tetapi memiliki dampak yang jauh lebih luas

Baca Selengkapnya

Jelang Pilpres 2024, Beberapa Parpol Ini Potensial Jadi Rumah Ridwan Kamil

7 Oktober 2021

Jelang Pilpres 2024, Beberapa Parpol Ini Potensial Jadi Rumah Ridwan Kamil

Moncernya karier dan tingginya popularitas Ridwan membuat sejumlah partai mendekatinya. Berikut jejak kedekatan Ridwan Kamil dan sejumlah parpol

Baca Selengkapnya

Mengurai Kasus Dokumen Palsu JR Saragih

19 Maret 2018

Mengurai Kasus Dokumen Palsu JR Saragih

Kasus dokumen palsu yang menjerat bakal calon Gubernur Sumatera Utara Jopinus Ramli Saragih atau JR Saragih terus bergulir.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat Siapkan AHY sebagai Pemimpin Baru Setahun Lalu

12 Maret 2018

Partai Demokrat Siapkan AHY sebagai Pemimpin Baru Setahun Lalu

Pada acara puncak Rapimnas Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhono atau AHY mengajak generasi muda bergabung dengannya.

Baca Selengkapnya

AHY Berpidato, Demokrat: Kami Tawarkan AHY sebagai Pemimpin Baru

12 Maret 2018

AHY Berpidato, Demokrat: Kami Tawarkan AHY sebagai Pemimpin Baru

Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan optimistis pidato politik AHY mampu mendorong elektabilitasnya sebagai pemimpin.

Baca Selengkapnya

Pengamat: Demokrat Akan Diuntungkan Jika Bergabung dengan Jokowi

12 Maret 2018

Pengamat: Demokrat Akan Diuntungkan Jika Bergabung dengan Jokowi

Partai Demokrat menyatakan akan mengusung capres dan cawapres dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Kala AHY Sampaikan Pidato Politik Tanpa Baca Naskah

12 Maret 2018

Kala AHY Sampaikan Pidato Politik Tanpa Baca Naskah

Dalam pidato politiknya, AHY menyatakan kesiapannya menjadi pemimpin muda Partai Demokrat.

Baca Selengkapnya

AHY: Partai Demokrat Tidak Bisa Jalan Sendiri, Perlu Berkoalisi

11 Maret 2018

AHY: Partai Demokrat Tidak Bisa Jalan Sendiri, Perlu Berkoalisi

AHY menutup Rapimnas Partai Demokrat dengan pidato politik. Namun AHY tidak gamblang menyebut calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung.

Baca Selengkapnya

SBY Geram Kadernya Mangkir di Rapimnas Demokrat

11 Maret 2018

SBY Geram Kadernya Mangkir di Rapimnas Demokrat

Ketua umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sempat geram saat diskusi di Rapimnas. SBY geram karena ada yang tak hadir.

Baca Selengkapnya