Wilayah Malang paling beresiko terjadi gempa bumi. Adapun pusat gempa terjadi di perairan laut Jawa. "Masyarakat pesisir harus waspada menghindari ancaman gempa disertai tsunami," kata Kepala Stasiun Geofisika Tretes, BMKG, Petrus Demon Sili, Selasa, 17 Mei 2011.
Petrus meminta masyarakat untuk waspada mengingat gempa terjadi tiba-tiba tanpa disertai tanda-tanda atau peringatan awal. Secara geologis, katanya, Malang berada di tumbukan dua lempeng yakni lempeng tektonik Indo Australia bergerak menuju utara dan Eurasia ke selatan. Keduanya saling bergerak sekitar 7 senti meter, kadang tumbukan macet dan keduanya mengumpulkan energi lebih besar. Saat terjadi deformasi, energi lempengan tektonik terlepas.
Di dalam laut, pelepasan energi ini menggerakkan air laut dengan kecepatan 900 kilometer per jam yang menyebabkan gelombang besar di pesisir laut. Bencana besar gempa bumi yang terjadi pada 19 Februari 1967, katanya, terjadi dengan intensitas gempa mencapai 7 MMI (Modified Mercally Intensity).
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi gempa tersebut mengakibatkan kerusakan terparah di Dampit, yaitu 1.539 rumah rusak, 14 jiwa melayang dan 72 orang luka-luka sedangkan di Gondanglegi 9 tewas, 49 luka-luka, 119 bangunan roboh, 402 retak, 5 masjid rusak.
Untuk itu, ia terus mensosialisasi warga yang bermukim di pesisir pantai agar mengungsi di daerah aman. Di antaranya mencari daerah lapang yang lokasinya lebih tinggi, serta menjauhi pantai menghindari tsunami yang bisa terjadi sewaktu-waktu usai gempa bumi. "Terutama mengungsi di daerah hutan, untuk mengamankan diri dari ancaman tsunami. Belum ada teknologi yang meramal gempa," katanya.
Ahli geologi Universitas Brawijaya Adi Susilo menjelaskan, Kabupaten Malang tak hanya rawan bencana gempa. Namun ancaman banjir dan tanah longsor juga menghantui warga di sekitar selatan Jawa Timur ini. Apalagi secara geografis Malang selatan berbukit dan areal hutan dalam kondisi kritis. "Hasil riset menunjukkan tanah di Malang selatan rawan longsor," katanya.
Menurut dia, perlu tindakan pencegahan terhadap bencana alam yang berpotensi wilayah Malang selatan. Apalagi dengan kondisi geografis yang tingkat kemiringannya sangat tajam. Sedangkan, tanaman keras yang berfungsi sebagai penahan longsor telah ludes.
EKO WIDIANTO