Soal Pembajakan Kapal, Pemerintah Ingin Negosiasi  

Reporter

Editor

Selasa, 12 April 2011 05:35 WIB

Djoko Suyanto. ANTARA/Prasetyo Utomo

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Indonesia masih mengutamakan negosiasi untuk membebaskan 20 awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia. Namun pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk memakai cara-cara lain, termasuk operasi militer.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan pemerintah masih mencoba cara-cara yang lebih menjamin keselamatan awak Sinar Kudus. "Tidak perlu khawatir pemerintah lepas tangan," kata Djoko dalam jumpa pers di kantor Presiden, Senin 11 April 2011 kemarin.

Perompak Somalia membajak Sinar Kudus di Semenanjung Arab pada 16 Maret lalu. Kapal milik PT Samudera Indonesia itu dibajak saat dalam perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara, menuju Rotterdam, Belanda. Bersama semua awaknya, kapal bermuatan nikel senilai Rp 1,4 triliun itu kini ditawan di Pantai Eil, Somalia.

Kementerian Luar Negeri Indonesia terus memantau komunikasi dan negosiasi soal tebusan antara pemilik kapal dan kelompok pembajak. Dalam dua hari terakhir, menurut Djoko, tebusan yang diminta pembajak terus berubah. Pembajak awalnya meminta tebusan sebesar US$ 2,6 juta . Karena tak ditanggapi, permintaan tebusan berubah terus. Wakil Direktur Utama PT Samudra Indonesia Tbk, David Batubara, membenarkan berubah-ubahnya tuntutan perompak itu.

Djoko menambahkan, pemerintah Indonesia tidak mematok jangka waktu dalam bernegosiasi. "Kalau terburu-buru, justru bisa membahayakan para awak.” Panglima Tentara Nasional Indonesia Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan semua opsi, termasuk operasi militer, masih terbuka untuk dilakukan. "Tapi keselamatan jiwa paling diutamakan," kata Agus kemarin. Pemerintah Indonesia, menurut Agus, sebenarnya sudah mendapat tawaran dari India untuk melakukan operasi penyelamatan bersama. Tapi, “Kami memandang tindakan semacam itu belum perlu.”

Menurut Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, penyelamatan awak Sinar Kudus tak cukup hanya mengandalkan tawar-menawar tebusan. Indonesia perlu mengirim pasukan khusus untuk membebaskan para sandera. Pada saat yang sama, “Diplomasi dengan negara terdekat harus dilakukan,” kata Tjahjo kemarin.

Adapun keluarga awak kapal meminta pemerintah tak terburu-buru menggelar operasi militer. Feby Susilo, adik ipar Mualim I Kapal Masbukhin, misalnya, mengaku khawatir akan keselamatan awak kapal bila operasi militer digelar. “Mereka kerap melepaskan tembakan untuk menakut-nakuti sandera,” kata Feby, yang mendengar tiga kali tembakan saat berbicara melalui telepon dengan Masbukhin, Ahad lalu. Kapten kapal, Slamet Juari, yang dihubungi Tempo, menyatakan 12 awaknya kini menderita sakit. "Kami cuma makan sehari sekali," ujar Slamet Juari. Mereka juga kehabisan air bersih.

Pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan pemerintah Indonesia harus terus berkoordinasi dengan pemerintah Somalia. Hal itu penting bila sewaktu-waktu Indonesia terpaksa melakukan operasi militer.

EKO ARI | AKBAR TRI | HARI TRI | ADITYA B | KARTIKA C

Berita terkait

Direktur PFN Akui Film G 30 S PKI Dibuat Sesuai Selera Orde Baru  

16 September 2017

Direktur PFN Akui Film G 30 S PKI Dibuat Sesuai Selera Orde Baru  

Menurut Elprisdat, film bisa dijadikan sesuatu untuk mengukur isu. Dia juga mengatakan film dapat membandingkan yang terjadi di masa lalu dan sekarang

Baca Selengkapnya

PFN Tak Masalah Bila Film G 30 S PKI Diputar Kembali

14 September 2017

PFN Tak Masalah Bila Film G 30 S PKI Diputar Kembali

Elprisdat menuturkan keinginan warganet di media sosial agar
film G 30 S PKI diputar lagi tidak masalah.

Baca Selengkapnya

Ditanya Soal Kasus Munir, Wiranto: Bicara Pembangunan Saja

8 September 2017

Ditanya Soal Kasus Munir, Wiranto: Bicara Pembangunan Saja

Wiranto ogah berkomentar soal penyelesaian kasus pembunuhan Munir yang terjadi 13 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Staf Khusus Presiden Temui Wiranto Bahas Keamanan Papua  

4 September 2017

Staf Khusus Presiden Temui Wiranto Bahas Keamanan Papua  

Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, menemui Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto di kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Senin.

Baca Selengkapnya

Kasus First Travel, Wiranto Menduga Ada Kelemahan Regulasi

29 Agustus 2017

Kasus First Travel, Wiranto Menduga Ada Kelemahan Regulasi

Wiranto menyebut ada kelemahan regulasi yang berujung pada pengulangan kasus penipuan First Travel.

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Cina Perkuat Kerja Sama Bidang Polhukam

25 Agustus 2017

Indonesia dan Cina Perkuat Kerja Sama Bidang Polhukam

Kerja sama Indonesia dan Cina terus meningkat sejak
ditandatanganinya Kemitraan Strategis Komprehensif pada 2013.

Baca Selengkapnya

Wiranto Paparkan Pentingnya Konektivitas Kelautan

25 Agustus 2017

Wiranto Paparkan Pentingnya Konektivitas Kelautan

Wiranto menyoroti kelebihan Indonesia yang memiliki enam juta kilometer persegi yurisdiksi maritim.

Baca Selengkapnya

Wiranto Bahas Soal Perompakan di Simposium Keamanan Maritim

25 Agustus 2017

Wiranto Bahas Soal Perompakan di Simposium Keamanan Maritim

Dibutuhkan satu struktur yang membahas pengembangan kapasitas keamanan maritim dengan melibatkan negara-negara lain.

Baca Selengkapnya

Wiranto Minta Dunia Internasional Perkuat Kerja Sama Maritim

25 Agustus 2017

Wiranto Minta Dunia Internasional Perkuat Kerja Sama Maritim

Dibutuhkan satu struktur yang membahas pengembangan kapasitas keamanan maritim.

Baca Selengkapnya

Simposium Keamanan Maritim Mewaspadai Terorisme dari Jalur Laut

24 Agustus 2017

Simposium Keamanan Maritim Mewaspadai Terorisme dari Jalur Laut

Simposiun keamanan maritim internasional yang berlangsung di Bali membahas ancaman terorisme di kawasan perairan.

Baca Selengkapnya