Ditandangi di rumahnya di Kota Bengkulu, Safiri orang tua Emma Yuliana mengatakan, keputusan pemerintah untuk tidak mengikut sertakan anaknya dalam Ujian Nasional 2011 mengganggu psikologis putrinya. “Dia sekarang lebih banyak diam dan tidak mau lagi sekolah, malah sempat mengancam akan bunuh diri,” kata Safiri kepada Tempo, Rabo (16/3).
Sebagai orang tua, Safiri tentu saja khawatir, apalagi kegagalan ini terjadi di masa akhir sekolah. Maka dia mengharapkan pemerintah dapat mengambil kebijakan yang terbaik untuk putrinya itu.
Diakuinya, Emma memang tidak lulus ujian paket C periode pertama bulan September lalu, kemudian harus mengulang pada ujian paket C periode kedua pada bulan Desember. “Tapi harus dilihat juga latar belakang mengapa tidak lulus ?” tanyanya.
Diceritakannya, ujian paket C yang diikuti putrinya pada periode pertama terpaksa di batalkan karena ada isu kebocoran kunci jawaban, bukan murni tidak lulus.
“Jika karena hal ini mengakibatkan terjadi sesuatu pada putri saya, Diknas harus bertanggung jawab,” tegasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Bengkulu Yunirhan mengatakan, pencoretan Emma Yuliana sebagai peserta UN yang akan dilangsungkan Mei depan tersebut berdasarkan surat keputusan Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP).
“Kita sudah berjuang agar 117 siswa tersebut dapat ikut ujian namun keputusan ada di BSNP kita tidak dapat melanggar keputusan tersebut,” ungkapnya.
Yunirhan sendiri hingga saat ini masih berada di Jakarta untuk menyelesaikan persoalan ini. Dia berharap, pada waktu yang tinggal sedikit ini ada angin segar bagi siswa-siswa lulusan SLTA di Kota Bengkulu yang tahun ini bakal gagal mengikuti Ujian Nasional.
PHESI ESTER JULIKAWATI