TEMPO Interaktif, Solo:Ratusan ulama dan tokoh agama Islam dari Jawa-Sumatera akan bertemu di Pondok Pesantren Tahfidhul Qur'an Iskharimah Karanganyar, Mingu (16/2) besok. Pertemuan tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya yang digelar di Bogor pertengahan Januari lalu. Sejumlah ulama dari garis keras seperti Habib Rizieq Shihab direncanakan akan ikut hadir dalam pertemuan yang sedianya berlangsung di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo itu. Menurut salah seorang panitia, Ustadz Mudzakir dari Pondok Pesantren Al Abdror, Solo, pertemuan tersebut akan membahas sejumlah agenda. Salah satu agenda yang sudah pasti adalah membicarakan ketidakseriusan pemerintahan Megawati merespon masukan ulama yang dihasilkan dalam pertemuan Bogor. "Agendanya sebenarnya mengalir tapi yang pasti adalah membicarakan bagaimana hasil dari pernyataaan sikap yang di buat di Bogor itu," ujar Mudzakir, Jumat (14/2) kepada Tempo News Room. Dalam pertemuan ulama di Bogor Januari lalu, para ulama dan tokoh agama menyatakan mereka sepakat bersatu guna mengganti pemerintahan menggunakan jalur perundang-undangan yang berlaku bila pemerintah tidak mendengarkan solusi yang mereka usulkan. Pernyataan keras tersebut sebagai peringatan atau ultimatum kepada pemerintahan Megawati Soekarnoputri yang dianggap telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Ada lima alasan yang dikemukakan mengapa para ulama membuat pernyataan tersebut. Pertama di tengah krisis multidimensi Mega menaikan BBM, tarif dasar listrik dan tarif telepon. Kemudian yang kedua lepasnya pulau Sipadan-Ligitan, ketiga soal divestasi saham Indosat, keempat release and discharge (R & D) bagi konglomerat hitam, dan terakhir penangkapan ulama serta upaya intervensi kurikulum pondok pesantren. "Dalam pertemuan nanti akan kita bicarakan bagaimana perkembangan dari tuntutan para ulama di Bogor dulu itu karena sesuai dengan pernyataan sikap yang dulu dibuat, tenggat waktu yang diberikan kepada pemerintahan Mega sudah habis," ujar orang dekat Abu Bakar Ba'asyir tersebut. Saat ditanya apakah ada kemungkinan membahas soal rencana penggantian pemerintahan Mega bila hasil evaluasi para ulama menunjukkan Mega tidak memperhatikan usulan solusi para ulama? Mudzakir hanya menjawab "Semua tergantung dari pembicaraan nanti bagaiamana, belum tentu semua ulama sepakat bahwa Mega tidak memperhatikan usulan kita yang dulu itu," tukas dia. Pertemuan ulama se Jawa-Sumatera tersebut sebenarnya direncanakan akan berlangsung di pondok pesantren Al Mukmin Ngruki, Sukoharhjo. Namun dengan berbagai pertimbangan, pertemuan tidak jadi dilangsungkan di pondok yang didirikan Abu Bakar Ba'asyir tersebut. "Salah satu pertimbangan, dikhawatirkan pertemuan itu menganggu proses belajar para santri karena mereka tidak sedang libur," tukas salah satu pengasuh pondok, Sholeh Ibrahim. (imron rosyid)
Berita terkait
Mabes Polri Diduga Impor Belasan Alat Sadap, Pengamat Sebut Pengadaannya Harus Transparan
1 menit lalu
Mabes Polri Diduga Impor Belasan Alat Sadap, Pengamat Sebut Pengadaannya Harus Transparan
Pengamat kepolian mengatakan alat sadap tidak termasuk teknologi alutsista sehingga pengadaanya harus transparan dan terbuka ke publik.