TEMPO Interaktif, Jakarta - Suparjan, saksi Komisaris Jenderal Susno Duadji, mengatakan, Ia pernah memperantarai usaha penggarapan tanah di Kampung Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, antara Jhoni Situanda dan Susno Duadji, dengan tujuh orang pemilik tanah.
Tanah seluas 8 ribu meter persegi itu, kata Suparjan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (11/1), dimiliki patungan oleh Jhoni dan Susno, dengan rincian 3 ribu meter persegi milik Jhoni, dan Susno memiliki sisanya.
Dalam dakwaan jaksa, lahan seharga Rp 200 juta itu dibeli Susno dan Jhoni yang eks pengacaranya, menggunakan dana pengamanan Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat yang dikorupsinya. Saat perkara terjadi 2008 lalu, Susno yang eks Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, masih menjabat Kepala Kepolisian Daerah Jabar.
Duit Rp 200 juta itu, kata Suparjan, terdiri dari tujuh lembar cek pelawat senilai masing-masing Rp 25 juta, dan duit tunai Rp 25 juta dari Jhoni.
Dijelaskan Suparjan, dalam bisnis penggarapan tanah itu, ada surat peralihan tanah dan surat izin garap tanah yang dibuat kepala desa setempat. Surat itu dibuat berdasarkan Kartu Tanda Penduduk atas nama Jhoni Situanda dan Susno Juaji. Dalam KTP, tertulis Susno Juaji lahir di Pagaralam, 1 Juli 1954, dan berprofesi sebagai petani.
Mengenai KTP tersebut, Susno Duadji menyangkal itu miliknya. "Ini lebih kacau lagi. Nama saya bukan Juaji, dan saya tidak pernah punya KTP ini," kata Susno. "Tapi fotonya mirip saya," kata Susno.
Suparjan mengaku tak pernah bertemu Susno, meski secara tak langsung berbisnis dengannya. Kata Suparjan, Jhoni memang pernah mengajaknya bertemu Susno di Bandung. Namun saat itu hanya Jhoni yang bertemu Susno. Ia hanya menunggu di luar ruangan.
Saat diberi kesempatan hakim untuk menyikapi keterangan saksi, Susno mengaku tak kenal dengan Suparjan, apalagi bertransaksi dengannya. Susno juga mengklaim tidak punya KTP atas nama Susno Juaji, dan tidak pernah menghadap ke Kantor Kelurahan dan Kecamatan untuk mengurus surat peralihan tanah.
Isma Savitri
