TEMPO Interaktif, Garut -Gizi siswa sekolah di Garut terburuk di Indonesia. Untuk itu pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional menjadikan daerah ini proyek utama percontohan program pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah.
Siswa yang mendapatkan bantuan itu diantaranya sebanyak 265.539 siswa SD dan 12.330 siswa TK. Sedangkan sisanya merupakan siswa Roidhatul Anfal (RA) dan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI). “Program ini untuk meningkatkan kecukupan gizi anak sekolah,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Komar Mariuna, di ruang kerjanya, Kamis (25/11).
Menurut Komar, jumlah siswa yang mendapatkan bantuan makanan tambahan ini paling banyak dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Bahkan totalnya hampir mencapai 1/4 dari target sasaran penerima bantuan sebanyak 1,2 juta siswa TK dan SD, serta 185 ribu siswa Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setingkat TK dan SD di Indonesia.
Program ini bertujuan untuk memperbaiki asupan gizi peserta didik di tingkat TK dan SD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan fisik, minat, dan kemampuan belajar. Makanan tambahan yang diberikan kepada siswa disyaratkan mengandung 10-20 persen dari kebutuhan kalori dan protein siswa, yaitu 300 kilo kalori energi dan 5 gram protein.
Sebagai pilot project dari program ini, Kabupaten Garut harus bisa menyelesaikan target 54 kali pemberian makanan tambahan untuk siswa sampai bulan Desember tahun ini. Aturan pemberiannya minimal setiap minggu 3 kali. “Setiap siswa mendapatkan jatah Rp 2.250 untuk sekali pembelian makanan,” ujar Komar.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Hendy Budiman, menyatakan kurangnya asupan gizi ini dapat berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan keterampilan. Apalagi pada kasus kekurangan gizi sering disertai dengan penyakit bawaan lain seperti penyakit paru. Namun dia enggan untuk menyebutkan bila tingkat kecerdasan anak di Garut rendah. “Kalau kekurangan gizi ini dibiarkan bisa berdampak satu generasi hilang,” ujarnya.