TEMPO Interaktif, Jakarta: Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Dien Syamsuddin, menyesalkan terjadinya insiden tewasnya tiga orang wanita akibat terinjak-injak ketika sedang mengantre pembagian sedekah di rumah milik Habib Ismet Al Habsy di Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (7/11) kemarin . Menurut Dien, telah terjadi salah urus yakni jumlah muzakki atau peminta zakat jauh lebih besar dari jumlah yang diantisipasi panitia zakat yang. “Tidak perlu ada yang dipersalahkan dalam musibah ini,” katanya kepada wartawan di gedung pusat Muhammadiyah, Jakarta, Sabtu (8/11) malam. Seperti diberitakan, tiga wanita yakni Fatimah, 60 tahun dan Rodiyah, 50 tahun, keduanya tinggal di Citayam, Bogor serta Halimah, 45 tahun, warga Jalan Raya Kalibata, Jakarta Selatan tewas setelah terinjak-injak warga yang hendak mengantre pembagian zakat di rumah Habib Ismet Al Habsy. Seorang lagi korban, bernama Salmanah, saat ini dalam kondisi kritis di Rumah Sakit Siaga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Lebih jauh, Dien menilai saat ini memang telah terjadi ledakan jumlah orang yang berhak menerima zakat akibat proses pemiskinan struktural yang terus terjadi akibat krisis ekonomi yang belum sepenuhnya. Dalam pandangan Sekretarsi Umum Majelis Ulama Indonesia itu, pemerintah lah yang memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi masalah kemiskinan yang semakin meluas. “Pemerintah seharusnya terketuk kesadarannya dengan kejadian yang memilukan ini,” ujarnya. Tidak lupa, Dien menghimbau kepada umat Islam yang hendak berzakat agar menyalurkan zakatnya kepada lembaga amil yang dipercaya sehingga proses penyaluran dapat berjalan lebih teratur dan sampai kepada mereka yang membutuhkan. “Kepada lembaga amil zakat, agar melakukan manajemen pengumpulan dan penyaluran zakat yang benar agar peristiwa tersebut tidak terulang,” ujarnya. Amal Ihsan — Tempo News Room
Berita terkait
Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas
52 detik lalu
Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas
Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.