TEMPO Interaktif, Medan:Bank Dunia memprediksikan Sumatera tidak akan memiliki hutan lagi pada 2004. Ancaman itu berpijak pada tingkat perusakan dan perambahan hutan di kepulauan tersebut yang sangat tinggi, sebesar 2,5 persen. Executive Director Conservation International Indonesia, Jatna Supriatna, mengatakan prediksi Bank Dunia itu telah diluncurkan pada tahun 2000 lalu. “Dengan perambahan hutan yang sangat tinggi, diperkirakan hutan di Sumatera sekitar 15 juta hektar. Sedang di Jawa, mungkin tidak sampai satu juta. Kalau ada, semuanya sudah bolong-bolong (penuh lobang,” ujar Jatna dalam diskusi di Hotel Novotel Soechi, Medan, Rabu sore. Dijelaskan, rusaknya hutan itu ikut menyebabkan banjir bandang di Medan tempo hari, juga wilayah di Sumatera Utata lain. Begitu pula bencana yang terjadi hampir bersamaan di beberapa daerah di Jawa. “Karena hutan hancur, water cacthment area sudah tidak ada lagi. Artinya, fungsi hidrologis hutan tak lagi berjalan sebagaimana mestinya,” tegas Jatna. Ia mencontohkan bencana banjir bandang di Jakarta, yang salah satu penyebnya karena luapan air Sungai Citarum dan Cisadane yang berhulu di Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango dan Halimun. Tapi, kawasan Puncak yang harusnya jadi water cacthment area itu kini rusak karena dipenuhi ribuan villa. “Ada sekitar 5.000 villa tanpa izin. Yang punya izin sekitar 1.000,” kata Jatna. (Bambang Soed – Tempo News Room)
Berita terkait
Bahli Berencana Bagi Izin Tambang untuk Ormas, Ini Tanggapan Muhammadiyah
1 menit lalu
Bahli Berencana Bagi Izin Tambang untuk Ormas, Ini Tanggapan Muhammadiyah
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menanggapi rencana Menteri Bahli Lahadalia membagikan izin usaha pertambangan (IUP) untuk Ormas.