Kepala Seksi Industri Kecil Disperindag Surakarta Nurul Umam Supraptono mengatakan pelatihan terbagi dalam tiga tahap.
Yaitu tahap pencelupan benang dengan pewarna alam pada 20-24 Juli, pembatikan pada kain lurik pada 26-29 Juli, dan pencelupan kain lurik yang sudah dibatik ke pewarna alam pada 2-5 Agustus.
“Pelatihan ini baru pertama kali dilakukan. Sengaja dipilih para pelajar agar ada generasi penerus pembatik di Surakarta,” terangnya kepada Tempo, Kamis (29/7). Pelajar yang dipilih adalah mereka yang sudah punya dasar tekstil, agar lebih mudah dalam melatih. “Kalau yang belum punya dasar, agak sulit.”
Dengan melakukan praktik langsung, siswa tidak hanya mengetahui secara teori. Tapi juga memahami proses membuat sebuah batik dari kain lurik.
Ke depan, pelatihan serupa akan dilakukan kepada sekolah yang sudah punya ekstrakurikuler membatik. Nurul mengatakan, meskipun niat awalnya sebagai pengetahuan, tapi sudah memadai semisal pelajar akan memulai usaha membatik.
“Kami juga akan mendampingi jika ada yang ingin menjadi perajin atau pengusaha batik,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Pagayuban Kampung Batik Laweyan Alfa Fabela mengatakan regenerasi pembatik memang seharusnya dimulai sejak sekarang. Namun tidak hanya berhenti pada membatik secara fisik, namun dilanjutkan dengan mengenali dan memahami mutu batik.
“Tidak sekadar membatik, tapi juga bisa mengerti batik yang berkualitas seperti apa,” katanya. Menurutnya, ke depan dengan semakin membanjirnya produk batik, maka standarisasi batik yang berkualitas menjadi penting.
Dia juga meminta ada pelatihan untuk batik cap. “Kalau sekarang ini masih berkutat pada batik tulis atau lukis,” tambahnya.
UKKY PRIMARTANTYO