TEMPO Interaktif, Jakarta - Tewasnya Joko Pitono alias Dulmatin alias Yahya Ibrahim tak berarti ancaman aksi terorisme di negeri ini berakhir. Sumber Tempo di kepolisian mengatakan, sesaat sebelum tewas tertembak, Dulmatin sempat mengirim pesan melalui surat elektronik. "Isi pesan itu hanya satu kata: 'eksekusi'," kata si sumber kemarin.
Aparat membaca pesan "eksekusi" itu sebagai perintah penyerangan di Indonesia. Karena itu, upaya perburuan atas para pengikut Dulmatin dan sisa-sisa jaringan Jamaah Islamiyah di Indonesia terus digencarkan.
Surat elektronik itu, menurut si sumber, dikirim Dulmatin kepada seseorang di kelompok pemberontak Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Orang itu diyakini memegang komando umum atas rencana serangan teror di Indonesia.
Menurut si sumber, sejak November 2008, sejumlah anggota kelompok Abu Sayyaf memang telah datang ke Indonesia. Posisi mereka saat ini sudah siap menerima perintah. "Sudah on call." pelaku yang akan turun dalam serangan itu adalah pelaku lama. "Yang pasti mantan tahanan."
Lalu siapa orang yang diberi wasiat Dulmatin? Belum ada jawaban pasti. Yang jelas, "Bukan Umar Patek," sumber Tempo menegaskan.
Jika bukan Umar Patek, artinya masih ada orang lain kepercayaan Dulmatin di Filipina. Umar Patek adalah teman dekat Dulmatin yang kabur ke Filipina setelah keduanya terlibat serangan Bom Bali I pada 2002.
Umar Patek diketahui memiliki banyak nama samaran, seperti Umar Arab alias Umar Syekh alias Zacky. Di jaringan Jamaah Islamiyah, dia termasuk orang yang disegani karena memiliki kemampuan jauh di atas rata-rata.
Seperti Dulmatin, Umar Patek tak hanya mampu merakit dan meledakkan bom. Dia pun telah mempelajari dan mempraktekkan berbagai metode teror, dari sabotase, penyerangan rombongan, hingga penculikan.
Kemampuan perang Umar Patek terasah berkat pergaulan sehari-hari dia dengan kelompok Abu Sayyaf. Selain itu, Umar Patek terlatih beraksi di daerah-daerah konflik, seperti Poso dan Ambon.
Di luar Umar Patek, menurut sumber Tempo, ada tokoh lain yang jarang disebut tapi memiliki kemampuan yang setara. Dia adalah Heru Kuncoro alias Uceng, adik ipar Dulmatin. Untuk menghindari sergapan aparat, ketiga orang ini sangat jarang berkumpul di satu tempat.
Sejauh ini belum jelas di mana Umar Patek dan Uceng berada. Sumber-sumber Tempo juga memberi informasi yang saling bertentangan. Ada yang meyakini Umar Patek sudah ada di Indonesia dan Heru Kuncoro masih di Filipina. Tapi sumber lainnya mengatakan keduanya masih berada di Filipina, sambil tetap berkomunikasi dengan jaringannya di Indonesia.
Kemarin ribuan warga menghadiri penguburan jenazah Dulmatin di Desa Loning, Kecamatan Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah. Keributan sempat terjadi ketika para pengusung keranda Dulmatin meminta polisi yang mengitari pemakaman menjauh dari liang lahad.
Dalam acara pemakaman, tampak hadir Abu Wildan, mantan anggota Jamaah Islamiyah yang sering muncul di layar televisi. Hadir pula Abu Ayah, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Pekalongan, serta sejumlah anggota FPI dari Solo, Pekalongan, Batang, dan Banyuwangi.
Keluarga Dulmatin mengatakan tidak mengetahui apakah Heru Kuncoro hadir dalam pemakaman kakak iparnya. "Setahu saya, dia tidak kelihatan," kata Ketua Majelis Syuro FPI Wilayah Pekalongan Said Ahmad Sungkar kepada wartawan.
CORNILA DESYANA | EDI FAISOL | JAJANG