Media Diminta Lindungi Korban Perdagangan Anak

Reporter

Editor

Sabtu, 24 Oktober 2009 15:40 WIB

TEMPO Interaktif, Surakarta - Beberapa media massa dianggap memiliki kepedulian dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan perdagangan anak. Hanya sayangnya, seringkali media massa menuliskan identitas korban perdagangan anak, sehingga dianggap dapat mengancam keselamatan korban.

Demikian diungkapkan oleh Koordinator Yayasan Setara Semarang, Hening Budiyawati ketika ditemui di Surakarta. "Kita telah melakukan penelitian terhadap sejumlah media cetak nasional yang sering menulis kasus tersebut," kata Hening. Sedangkan media yang diteliti adalah koran yang terbit selama tahun 2007. Menurut Hening, penelitian tersebut juga melibatkan lembaga sejenis tingkat regional, Asia Against Child Trafficking.

Dalam penelitian tersebut, Yayasan Setara melakukan penelitian terhadap 14 berita mengenai kasus perdagangan anak yang terjadi di Indonesia. Hasilnya, sebanyak delapan berita dianggap merugikan kepentingan korban, sebab memuat identitas korban secara jelas. Selain itu, tiga berita yang lain merahasiakan atau menyamarkan identitas korban, sedangkan tiga berita berikutnya sama sekali tidak menuliskan identitas maupun samaran korban perdagangan anak.

Sedangkan dari segi konten, baru tujuh berita yang memang merupakan kasus perdagangan anak. Tiga berita yang lain baru mengindikasikan adanya kasus perdagangan anak. Sedangkan dua berita merupakan kasus penjualan anak atau bayi, dan dua berita yang lain tidak memberi gambaran jelas antara kasus perdagangan anak dan kasus penjualan anak.

Menurut Hening, penulisan identitas secara lengkap dianggap dapat merugikan kepentingan korban perdagangan anak. "Masa depan mereka semakin suram jika identitasnya diekspose," katanya. Selain itu, dikhawatirkan pelaku perdagangan anak yang masih berkeliaran dapat membalas dendam kepada korban.

Hening mengakui, kinerja aparat hukum dalam mengungkap kasus perdagangan anak seringkali dipengaruhi oleh besarnya pemberitaan. "Semakin besar beritanya, aparat akan semakin berusaha keras mengungkapnya," kata Hening. Sedangkan pemberitaan masih bisa dilakukan dengan baik tanpa harus menyebut identitas korban.

Sedangkan Koordinator Yayasan Kakak Surakarta, Shoim Sahriyati mengaku sering kerepotan dalam berhubungan dengan media saat pendampingan dengan korban perdagangan anak. "Pernah ada media yang mengambil gambar ketika kita melapor polisi," katanya. Foto tersebut akhirnya terpampang di surat kabar, termasuk juga foto korban perdagangan anak yang sedang didampingi.

Shoim berharap, pemberitaan perdagangan anak yang peduli terhadap kepentingan anak dapat menurunkan jumlah kasus tersebut. "Untuk tahun ini kita hanya menemukan tiga kasus di Surakarta," kata Shoim. Sebelumnya, jumlah kasus perdagangan anak yang ditangani mencapai delapan kasus per tahun.

AHMAD RAFIQ

Berita terkait

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

14 hari lalu

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah memutuskan untuk mengajukan banding atas vonis hakim. Akui pemerkosaan terhadap tiga santri dan jamaah.

Baca Selengkapnya

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

36 hari lalu

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

Kunjungan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia ke Provinsi Sulawesi Selatan menjadi momentum penting dalam mengapresiasi peran Pertamina dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

52 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

3 Maret 2024

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng dengan kasus perundungan (bullying) siswa oleh rekan-rekannya

Baca Selengkapnya

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

1 Maret 2024

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

Polres Tangerang Selatan mengungkap motif di balik bullying atau perundungan di Binus School Serpong.

Baca Selengkapnya

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

1 Maret 2024

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

Polisi menetapkan 4 tersangka dan 8 Anak Berhadapan Hukum dalam kasus bullying di Binus School Serpong

Baca Selengkapnya

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

21 Februari 2024

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

Komisioner KPAI Diyah Puspitarini menyatakan akan mengawal secara transparan kasus perundungan geng Binus School ini.

Baca Selengkapnya

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

20 Februari 2024

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

FSGI mengimbau agar video perundungan itu tidak lagi disebarluaskan karena berpotensi ditiru oleh peserta didik lain.

Baca Selengkapnya

Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

20 Februari 2024

Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

Dalam pertemuan itu, KPAI memastikan korban bullying geng Binus School Serpong sudah mendapatkan pendampingan psikologis.

Baca Selengkapnya

Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

3 Februari 2024

Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

Tiga calon presiden yaitu Anies Baswedan, Prabowo, dan Ganjar Pranowo diminta tak melupakan isu kesejahteraan anak di debat capres terakhir besok.

Baca Selengkapnya