Kemendikbudristek Gelar Sarasehan Nasional Penghayat Kepercayaan, Penyusutan Organisasi Jadi Bahasan

Reporter

Tempo.co

Selasa, 20 Agustus 2024 20:11 WIB

Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek menyelenggarakan Sarasehan Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Hotel Wyndham Surabaya, Selasa, 19 Agustus 2024. Kegiatan selama tiga hari itu dihadiri ratusan penghayat kepercayaan di Jawa maupun luar Jawa. TEMPO/Kukuh S. Wibowo

TEMPO.CO, Surabaya - Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan kegiatan pembukaan Sarasehan Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Hotel Wyndham, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 20 Agustus 2024.

Mengambil tema ‘Transformasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk Meningkatkan Ketahanan Budaya, Sosial dan Ekologi Secara Berkelanjutan,’ acara yang berlangsung selama tiga hari itu diikuti oleh ratusan tokoh penghayat kepercayaan dan masyarakat adat dari Jawa maupun luar Jawa.

Dalam sambutan pembukaan secara virtual, Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan bahwa Sarasehan Nasional tersebut merupakan momen istimewa untuk merumuskan langkah strategis menghadapi tantangan ke depan, baik sebagai individu maupun komunitas.

Menurut Hilmar para penghayat memiliki nilai-nilai luhur yang diyakini untuk kebaikan seluruh masyarakat. “Nilai yang dapat menjadi jawaban dari berbagai tantangan dalam menjaga ketahanan sosial secara global. Ajarannya dapat memberikan kontribusi nyata untuk mewujudkan ketahanan budaya, sosial dan lingkungan,” tutur Hilmar.

Seusai pembukaan dilanjutkan diskusi panel dengan pembicara Pamong Budaya Ahli Utama Kemendikbudristek Sri Hartini, tokoh Sapto Darmo Naen Suryono, tokoh penghayat kepercayaan Etiko Kusjatmiko dan tokoh masyarakat adat Sumba Timur Umbu Remi Deta.

Berbagai persoalan mengemuka dalam diskusi tersebut. Menurut Sri Hartini, dari hasil pendataan terakhir, jumlah organisasi kelompok penghayat makin lama makin menurun. Pada era ’80 an, kata dia, jumlahnya masih 300-an lebih. Namun pada 1985 menurun jadi 246. Jumlah itu kian menyusut saat didata pada 2016 karena tinggal 194.

Selanjutnya berturut-turut merosot jadi 189, 188, 178 dan terakhir 153 pada 2024. Sri mengharapkan kelompok penghayat menjaga eksistensinya dengan melakukan regenerasi anggota. Ia meminta kelompok penghayat tak khawatir terhadap keberlanjutan hidupnya karena terdapat 18 payung hukum yang melindungi keberadaan mereka.

Pemerintah pun, tutur Sri, juga memberikan akses pelayanan, termasuk administrasi kependudukan (adminduk) terhadap kaum penghayat. Namun Sri menyayangkan kurang terbukanya kelompok penghayat terhadap data-data mereka sendiri. “Data ini penting untuk menjaga eksistensi Bapak dan Ibu, menjaga ketahanan budaya, dan perlunya advokasi bila ada masalah,” kata Sri.

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Sjamsul Hadi menuturkan, berkaitan dengan akses layanan terhadap kelompok penghayat, semuanya telah tersedia dan berpulang pada mereka sendiri untuk memanfaatkannya.

Sjamsul tak memungkiri bahwa sejarah perjalanan kelompok penghayat yang dulunya pernah mendapatkan diskriminasi turut mempengaruhi gerak langkah mereka. “Namun dengan adanya putusan MK No. 97 sudah jelas bahwa pemerintah memberikan ruang dan hak yang sama berkaitan dengan identitasnya. Lha sekarang (kebebasan) sudah dibuka, tapi kenapa KTP penghayat kepercayaan malah menyusut dari 114 ribu tinggal 66 ribu,” kata Sjamsul kepada Tempo.

Menurut dia Direktorat KMA hanya memfasilitasi pertemuan besar ini. Adapun rumusan-rumusan hasil sarasehan tergantung dari hasil diskusi mereka. Meski demikian Sjamsul menekankan bahwa Direktorat KMA mengharapkan ada rumusan soal kemandirian organisasi serta sikap terbuka mereka sehingga pemerintah dapat menyusun data konkret berapa sebenarnya jumlah warga penghayat kepercayaan.

“Data ini penting karena untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka. Nah biarlah para kadang (para sahabat) penghayat mendiskusikan hal-hal tersebut,” tutur Sjamsul.

Pilihan Editor: Cerita Penghayat Kepercayaan Dapat KTP Baru: Daripada Dicap Islam KTP, Mending PD






Berita terkait

Indonesia Akhirnya Setujui Pembentukan Badan Permanen Masyarakat Adat di Hari Terakhir COP16 CBD

1 hari lalu

Indonesia Akhirnya Setujui Pembentukan Badan Permanen Masyarakat Adat di Hari Terakhir COP16 CBD

Delegasi Pemerintah Indonesia akhirnya turut mendukung pembentukan Badan Permanen Masyarakat Adat dalam sidang COP16 CBD di Kolombia.

Baca Selengkapnya

Auriga Nusantara Minta Ekspansi Nikel Dibatasi, Usulkan Penerapan No Go Zone lewat COP16 CBD

3 hari lalu

Auriga Nusantara Minta Ekspansi Nikel Dibatasi, Usulkan Penerapan No Go Zone lewat COP16 CBD

Tambang nikel yang masif bertambah mengancam ekosistem dan kehidupan masyarakat adat.

Baca Selengkapnya

Thailand Winter Festival Gaet Wisatawan Mancanegara dengan Beragam Acara Tradisional

3 hari lalu

Thailand Winter Festival Gaet Wisatawan Mancanegara dengan Beragam Acara Tradisional

Thailand Winter Festival selama November hingga Desember 2024, bertujuan untuk memperkuat Thailand sebagai destinasi global terkemuka.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dorong Warganya Bersedia Daftarkan Koleksi Naskah Kuno, Ini Alasannya

3 hari lalu

Yogyakarta Dorong Warganya Bersedia Daftarkan Koleksi Naskah Kuno, Ini Alasannya

Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong warganya yang memiliki koleksi naskah kuno didaftarkan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Republik Cek dan Yogyakarta Kerja Sama Siapkan Festival Film

5 hari lalu

Republik Cek dan Yogyakarta Kerja Sama Siapkan Festival Film

Kedutaan Besar Republik Cek menyiapkan kerja sama kebudayaan dengan Indonesia dalam bentuk festival film di Yogyakarta pada 2025.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat Aru Tuntut Pengakuan atas Peran dalam Melindungi Alam di COP16

7 hari lalu

Masyarakat Adat Aru Tuntut Pengakuan atas Peran dalam Melindungi Alam di COP16

Aksi hari ini merupakan pernyataan perjuangan masyarakat adat Aru dan pemuda untuk menolak investasi yang merusak lingkungan di Aru.

Baca Selengkapnya

Pesona Diwali 2024 di Little India: Ritual, Cita Rasa, dan Cahaya yang Menyala di Singapura

7 hari lalu

Pesona Diwali 2024 di Little India: Ritual, Cita Rasa, dan Cahaya yang Menyala di Singapura

Diwali 2024 di Little India Singapura penuh warna dan tradisi. Nikmati bazar, ritual unik Theemithi, dekorasi gemerlap, makanan lezat, serta acara budaya khas untuk pengalaman tak terlupakan.

Baca Selengkapnya

Hari-hari Kegiatan Nadiem Makarim Usai Purnatugas

9 hari lalu

Hari-hari Kegiatan Nadiem Makarim Usai Purnatugas

Nadiem Makarim mengatakan ingin beristirahat setelah tidak lagi menjabat sebagai menteri.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo Perintahkan Menperin, Menkeu, BUMN, dan Menaker Selamatkan Sritex; Ekonom Kritik Proyek Food Estate Seluas 2 Juta Hektare di Papua

9 hari lalu

Terpopuler: Prabowo Perintahkan Menperin, Menkeu, BUMN, dan Menaker Selamatkan Sritex; Ekonom Kritik Proyek Food Estate Seluas 2 Juta Hektare di Papua

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pemerintah segera mengambil langkah untuk menyelamatkan karyawan PT Sri Rejeki Isman (Sritex).

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat Tuntut Setop Proyek PSN Food Estate di Merauke yang Belum Punya Amdal dan Brutal

10 hari lalu

Masyarakat Adat Tuntut Setop Proyek PSN Food Estate di Merauke yang Belum Punya Amdal dan Brutal

Pembukaan kawasan hutan jutaan hektar di Merauke untuk food estate belum memiliki Amdal. Masyarakat adat menjerit agar proyek dihentikan.

Baca Selengkapnya