Alasan Pengamat Nilai Risma dan Anas Calon Lawan Kuat Khofifah-Emil di Pilgub Jatim
Reporter
Tempo.co
Editor
Sapto Yunus
Jumat, 2 Agustus 2024 10:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Muhammad Iqbal menilai munculnya nama Tri Rismaharini alias Risma dan Abdullah Azwar Anas bisa menjadi lawan terkuat petahana Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak atau Khofifah-Emil di pemilihan gubernur (Pilgub) Jatim 2024.
"Munculnya nama dua kader PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), Risma dan Anas, bisa menciptakan pertarungan sengit di arena Pilkada Jatim 2024," katanya di Jember, Jawa Timur pada Kamis, 1 Agustus 2024 seperti dikutip Antara.
Sebagai Menteri Sosial dan mantan Wali kota Surabaya dua periode, kata dia, Risma punya modal elektoral dan jejaring modal sosial yang bisa diandalkan. Demikian juga dengan Anas. Posisinya sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) serta pernah dua kali memimpin Kabupaten Banyuwangi jadi modal politik yang cukup kuat.
"Dua kader utama partai banteng itu potensial jadi lawan terkuat petahana Khofifah-Emil di Pilkada Jatim," ucap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember itu.
Namun, menurut dia, PDIP masih harus berkoalisi minimal dengan satu partai politik lain apakah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) atau Nasdem karena PDIP hanya menguasai 21 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim dari syarat pencalonan 24 kursi.
PKB, PDIP, dan Nasdem Bisa Bentuk Poros Baru
Nasdem juga harus berkoalisi dengan parpol lain karena cuma memiliki 10 kursi DPRD, sedangkan PKB yang menguasai 27 kursi bisa langsung mencalonkan pasangan kader sendiri. Namun melawan Khofifah-Emil yang diusung koalisi jumbo tujuh parpol, kata dia, tentu tidak mudah buat PKB mencalonkan sendiri pasangan calon.
"Secara rasional baik PKB, PDIP, dan Nasdem sudah semestinya berkoalisi jadi poros baru. Ketiga parpol itu juga dituntut solid dan matang dengan kalkulasi yang taktis dalam menempatkan siapa di posisi cagub dan cawagub, karena salah penempatan posisi dalam strategi koalisi bisa berakibat fatal, yakni minim dukungan elektoral," kata Iqbal.
Dia menuturkan, pabila kriteria kemenangan, terutama mengacu pada popularitas lalu kapabilitas dan berikutnya elektabilitas, maka secara rasional Risma sangat layak diusung menjadi bakal calon Gubernur Jatim, sedangkan bakal calon wakil gubernur bisa dari PKB.
"Pasalnya, merebut suara warga Jatim yang berdasarkan DPT Pemilu 2024 lalu didominasi oleh 15,9 juta pemilih perempuan dibandingkan 15,4 juta pemilih laki-laki, maka duel Risma dan Khofifah tentu bakal sengit," ujarnya.
<!--more-->
Iqbal menilai persaingan sesama perempuan pemimpin itu sekaligus bisa mengafirmasi seberapa piawai keduanya mampu mengakomodasi dan mewujudkan seluruh agenda kepentingan kaum perempuan Jatim.
Jika persaingan sesama perempuan Jatim itu terjadi, kata dia, Pilkada Jatim bakal menyuguhkan kompetisi demokrasi yang sehat untuk pendidikan politik rakyat. Namun semua itu kembali bergantung terutama pada kedewasaan elite PKB, PDIP, dan Nasdem untuk menjadi teladan berdemokrasi.
"Konfigurasi tiga parpol itu jika terwujud juga jadi edukasi politik yang sangat berharga karena tak membiarkan Pilkada Jatim hanya melawan kotak kosong. Jelas buruk dan bahaya bila demokrasi selesai, mati, dan berhenti di meja elite partai yang memaksa memborong rekomendasi pada calon tunggal saja," ujarnya.
Paket Risma-Anas Jadi Posisi Tawar PDIP untuk Berkoalisi
Namun Iqbal menilai Risma-Anas tidak bisa satu paket diusung jadi pasangan calon karena irisan kantong suaranya sama dan PDIP tidak punya golden tiket dalam Pilgub Jatim. Sehingga, kedua kader PDIP tersebut baru sebatas modal buat posisi tawar PDIP ketika membangun koalisi bersama PKB atau Nasdem.
Bila dalam koalisi PDIP di posisi cawagub, kata dia, maka kemungkinan nama Anas yang bakal disodorkan ketika PKB meminta posisi cagub, misalnya Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah atau Kiai Marzuki Mustamar.
Namun, apabila PKB legawa meminta Risma sebagai cagub, maka nama Anas bakal hilang dalam bursa pilgub karena pasangan calon yang terbentuk adalah Risma-Marzuki.
"Apabila PKB menyodorkan Ida Fauziyah sebagai cagub Jatim, maka kemungkinan Anas yang disodorkan PDIP sebagai calon wagub, kendati elektabilitas dua nama itu sangat jauh di bawah nama Risma," ujarnya.
Namun, jika PDIP hanya menempatkan kadernya sebagai cawagub karena PKB berkukuh meminta posisi Kiai Marzuki sebagai cagub, Iqbal mengatakan kemungkinan bisa lebih menguntungkan Khofifah-Emil memenangi Pilgub Jatim.
Respons Gerindra atas Munculnya Nama Risma dan Marzuki
Adapun Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad merespons munculnya nama Risma dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Marzuki Mustamar dalam bursa Pilgub Jatim 2024. Menurut dia, kemunculan kedua nama itu merupakan bagian dari dinamika politik.
<!--more-->
"Ini kan masih dinamika. Masih di pendaftaran, masih ada waktu," kata Dasco usai menghadiri Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Partai Perindo di iNews Tower, Jakarta Pusat pada Rabu, 31 Juli 2024.
Dasco menilai PDIP dan PKB bisa saja bersepakat mengusung kedua sosok itu pasangan calon penantang Khofifah-Emil. Sebaliknya, kata dia, bisa jadi Khofifah-Emil menjadi pasangan satu-satunya yang maju di Pilkada Jatim. "Ya, nanti kita lihat aja," ujarnya.
Dasco belum mau berkomentar soal peluang Khofifah-Emil menjadi pasangan calon tunggal yang melawan kotak kosong. "Saya gimana nanggapin? Orang saya kan belum tahu nanti apakah benar ada dua paslon atau kemudian cuma satu paslon," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Emil Dardak merespons pertemuan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dengan Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah untuk membahas Pilkada, khususnya di Jatim.
Emil mengaku tak khawatir jika PKB dan PDIP mengusung pasangan calon untuk maju di Pilgub Jatim. "Kami menghormati komunikasi politik, baik dengan kami maupun elemen-elemen lain di Jawa Timur dan tingkat nasional," ujarnya.
Menurutnya, dia dan Khofifah telah membuka komunikasi untuk memperoleh dukungan dari semua parpol, termasuk PKB dan PDIP. Namun dia akan menghormati segala keputusan kedua partai itu.
Emil optimistis dia dan Khofifah dapat menandingi Risma ataupun Marzuki. Dia menyebutkan elektabilitasnya menunjukkan sinyal positif atas dukungan masyarakat Jatim.
"Banyak sekali elemen masyarakat yang memberikan dukungan kepada Mbak Khofifah dan saya," ujarnya.
SAVERO ARISTIA WIENANTO | ANTARA
Pilihan editor: Reaksi PBNU dan Muhammadiyah atas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh