Tak Jauh dari Pulau Komodo Krisis Air Bersih dan Minim Akses Pendidikan, Tim Pengmas ITB Turun Tangan

Minggu, 28 Juli 2024 20:06 WIB

Tim dosen ITB dan warga Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat pelatihan komunikasi bahasa Inggris. Foto: Tim KK LBV FSRD ITB.

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak masuk dalam daftar keajaiban dunia New 7 Wonders Foundation pada 2012, Pulau Komodo menjadi destinasi wisata favorit turis asing. Menurut data Tempo, diperkirakan jumlah pengunjung turis asing mencapai 134.495 wisatawan dan turis domestik mencapai 66.977 wisatawan sejak 2019 dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Banyaknya jumlah wisatawan itu turut berkontribusi terhadap Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sekira Rp 4.602.517.500 pada 2021. Hal tersebut membuat Taman Nasional Komodo menerima penghargaan penerimaa PNBP tertinggi ke-2 di Indonesia pada tahun yang sama.

Namun, destinasi wisata yang berkelas dunia dan menguntungkan negara itu tidak sebanding lurus dengan kesejahteraan yang diterima masyarakat sekitar Kepulauan Komodo. Salah satunya adalah Desa Pasir Panjang, desa wisata di Kepulauan Komodo Nusa Tenggara Timur yang termasuk Zona Rimba dalam Zonasi Taman Nasional Komodo berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.21/IV-SET/2012.

Tiga jenjang sekolah di tengah destinasi wisata dunia

Desa Pasir Panjang terletak di timur Pulau Rinca. Desa ini berjarak sekira 40 km dari Labuan Bajo dan dapat ditempuh 25 menit menggunakan kapal. Meskipun cukup dekat dengan Labuan Bajo yang sudah memiliki berbagai fasilitas publik sampai bandara, Desa Pasir Panjang hanya memiliki satu aula desa, kantor desa, dan hanya satu puskemas.

Advertising
Advertising

Desa ini hanya memiliki tiga sekolah, yakni PAUD, Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal, desa ini memiliki 1.800 penduduk dari 500 kepala Keluarga. “Di Sekolah Dasar, jumlah murid itu ada 170 siswa dan ada 13 guru yang ada di SD,” ujar Kepala Sekolah SDN 1 Pulau Rinca, Muhammad Tayeb kepada Tempo pada Sabtu, 27 Juli 2024.

Tayeb menambahkan bahwa selain keterbatasan guru, materi yang dipelajari siswa di sana hanya berdasarkan buku paket yang diberikan pemerintah. Para siswa jarang sekali mendapatkan materi yang dilakukan dengan alat peraga yang bisa menjadi memotivasi siswa agar terus belajar.

Minimnya fasilitas dan akses sumber bacaan membuat para peserta didik kurang maksimal dalam pembelajaran. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk menjadi nelayan atau bekerja sebagai pemandu wisata. Ketika menjadi pemandu wisata pun, mereka tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, hal yang tentu penting mengingat Kepulauan Komodo menjadi destinasi favorit bagi para turis asing.

“Rata-rata penduduk di sini lulusan SMP. Makannya di sini banyaknya bekerja sebagai nelayan atau pemandu wisata. Pemandu wisata pun kemampuan bahasa Inggrisnya masih kurang. Sangat jarang yang SMA atau berkuliah, itu bisa dihitung jari mungkin satu sampai tiga orang,” ujar Kasmir salah satu mantan Pemandu Wisata Taman Nasional Komodo yang kini memutuskan mengabdi untuk kampungnya kepada Tempo pada Sabtu, 27 Juli 2024.

Dua orang warga Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) membawa air menuju desa. foto: Tim KK LBV FSRD ITB.

Ibu Mengambil Air Bersih, Anak Sekolah, dan Komodo yang Berkeliaran

Keterbatasan akses dan fasilitas sekolah serta pendidikan bukanlah satu-satunya masalah. Masalah lain berasal dari masih hidupnya hewan liar dari monyet sampai komodo yang berkeliaran tepat di belakang Desa Pasir Panjang.

“Kemarin ada kejadian tanggul pemisah antara kampung kami dan hutan tempat komodo itu ada yang jebol. Jadi sempat ada komodo masuk ke sekolah. Itu semua siswa dan guru panik berhamburan keluar,” kata Kasmir.

Komodo sebenarnya tidak hanya hidup di Pulau Komodo. Tetapi hidup di beberapa pulau di Kawasan Taman Nasional Komodo. Salah satu yang cukup banyak hidup ada di Pulau Rinca, tempat Desa Pasir Panjang berada.

Ancaman terkaman komodo tidak hanya mengintai anak sekolah, tetapi juga masyarakat yang hendak mengambil air bersih dari sumur yang letaknya ada di tengah-tengah hutan berisi puluhan komodo.

“Alhamdulilahnya belum pernah ada kejadian yang digigit komodo. Karena yang mematikan dari komodo itu kan air liurnya sangat beracun. Tapi yang sebenarnya jadi kendala dari dulu adalah bahwa di desa kami ini kurang sekali air bersih. Itu pun bukan air tawar tapi air payau,” ujar Kuba, Ketua Bumdes Pasir Panjang.

Kuba merasa perhatian Pemerintah hanya pada aspek pariwisata bukan kesejahteraan masyarakat di daerah Taman Nasional Komodo. “Padahal itu kan istilahnya kampung kami, tapi kami tidak mendapatkan apa yang seharusnya kami dapatkan dari kekayaan alam di sekitar kami. Bahkan, kebutuhan mendasar seperti air bersih di kampung kami masih sulit,” tambah Kuba.

Sejatinya sudah ada beberapa instansi termasuk pemerintah yang mencoba membantu menangani berbagai permasalahan di Desa Pasir Panjang itu. Namun, masalah air, pendidikan literasi, sampai cara berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris masih menjadi masalah utama yang belum terentaskan.

Kelompok dosen ITB gelar pelatihan bagi masyarakat Desa Pasir Panjang

Melihat hal ini, Institut Teknologi Bandung (ITB) yang diwakili Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain (KK LBV FSRD) dan Kelompok Keahlian Fisika dan Teknologi Material Maju FMIPA turun untuk memberikan pelatihan bagi masyarakat di sana.

Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) ini terdiri dari sejumlah dosen dan mahasiswa yang berasal dari FSRD dan satu guru besar dari FMIPA. Anggotanya terdiri dari Fatimah Arofiati Noor, Yani Suryani, Dana Waskita, Tri Sulistyaningtyas, Acep Iwan Saidi, Untari Gunta Pertawi, Evi Azizah Vebriyanti, Sira Kamila, dan Yulia Mifftah Huljanah.

“Setelah melakukan kegiatan di Desa Pasir Panjang, kami berencana akan menjadikan desa tersebut sebagai Desa Binaan. Nantinya kami akan bekerja sama dengan fakultas lain, terutama untuk menangani masalah mendasar di Desa Pasir Panjang, yakni air bersih,” kata Yani Suyani dan Dana Waskita selaku Koordinator Tim Pengabdian Masyarakat Pelatihan Komunikasi di Desa Pasir Panjang, Kepulauan Komodo dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Sabtu, 27 Juli 2024.

Pelatihan tersebut terdiri dari dua kegiatan. Pertama, mengenai panduan komunikasi menggunakan bahasa Inggris dan promosi wisata melalui media sosial bagi pemandu wisata di Desa Pasir Panjang. Kedua, praktik eksperimen literasi sains menggunakan alat peraga untuk memotivasi anak SDN 1 Pulau Rinca.

Kepala Desa Pasir Panjang, Nurdin merasa terharu dan terhormat sudah didatangi ITB untuk turut membantu mengatasi permasalahan yang terjadi di Desa Pasir Panjang melalui program pengabdian masyarakat.

“Ini pertama kalinya ada kampus sebesar ITB yang mau mendatangi kami dan berbagi ilmu. Suatu kebanggaan bagi kami. Semoga kerja sama ini akan terus berlanjut, karena dari pemerintah sendiri belum ada bantuan yang berarti. Padahal Pulau Komodo sudah kelas dunia dan mendatangkan berbagai manfaat bagi negara. Tapi kami masih kesulitan dan mengalami berbagai permasalahan,” ujar Nurdin.

Pilihan Editor: Taman Nasional Komodo Tutup Berkala 2025 Pelancong akan Diarahkan Mengunjungi Desa Wisata

Berita terkait

Hujan Tumbangkan Pohon Besar di Kampus ITB, Dua Orang Terluka

6 jam lalu

Hujan Tumbangkan Pohon Besar di Kampus ITB, Dua Orang Terluka

Pohon tumbang saat angin kencang dan hujan lebat melanda area sekitar kampus MBA ITB. Pohon bertumbangan juga di lokasi lain di Bandung.

Baca Selengkapnya

Alasan Ridwan Kamil-Suswono akan Integrasikan Pendidikan Berbasis Budaya ke Kurikulum Sekolah

9 jam lalu

Alasan Ridwan Kamil-Suswono akan Integrasikan Pendidikan Berbasis Budaya ke Kurikulum Sekolah

Suswono menuturkan generasi muda Jakarta harus memiliki wawasan global tanpa melupakan identitas budayanya.

Baca Selengkapnya

Alasan Insan Tuli di Indonesia Gunakan Bahasa Isyarat Bisindo dan Sibi

21 jam lalu

Alasan Insan Tuli di Indonesia Gunakan Bahasa Isyarat Bisindo dan Sibi

Salah satu perbedaan yang menonjol dari bahasa isyarat Bisindo dan Sibi adalah jumlah tangan yang digunakan.

Baca Selengkapnya

Tim Mahasiswa ITB Latih Warga Desa Kawasan IKN Kelola Sampah Secara Mandiri

1 hari lalu

Tim Mahasiswa ITB Latih Warga Desa Kawasan IKN Kelola Sampah Secara Mandiri

Kelompok mahasiswa ITB melatih warga di area IKN di Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, untuk mengelola sampah secara mandiri.

Baca Selengkapnya

FSGI Pertanyakan Tujuan Rencana Pengembalian Ujian Nasional

1 hari lalu

FSGI Pertanyakan Tujuan Rencana Pengembalian Ujian Nasional

Dia menyoroti adanya kecurangan yang mencoreng integritas pendidik dan peserta didik bila Ujian Nasional kembali diterapkan.

Baca Selengkapnya

Dosen ITB Perihal Larangan iPhone 16 di Indonesia karena TKDN: Nggak Bermasalah Kalau Mau Roaming

2 hari lalu

Dosen ITB Perihal Larangan iPhone 16 di Indonesia karena TKDN: Nggak Bermasalah Kalau Mau Roaming

Dosen ITB jelaskan persoalan tentang iPhone 16 yang dilarang masuk Indonesia oleh Kementerian Perindustrian dan IMEI-nya mau dinonaktifkan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa ITB dan Warga Hidupkan Lagi Potensi Wisata Alam Curug Cibodas di Purwakarta

4 hari lalu

Mahasiswa ITB dan Warga Hidupkan Lagi Potensi Wisata Alam Curug Cibodas di Purwakarta

Kelompok mahasiswa kuliah kerja nyata dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Lokadewis, bersama warga Kampung Cibodas, Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, menghidupkan kembali potensi wisata alam curug atau air terjun

Baca Selengkapnya

Profil Sigit Puji Santosa, Perancang Mobil Maung MV3 Garuda Limousine Buatan PT Pindad

4 hari lalu

Profil Sigit Puji Santosa, Perancang Mobil Maung MV3 Garuda Limousine Buatan PT Pindad

Salah satu sosok penting di balik pengembangan mobil Maung MV3 Garuda adalah Profesor Sigit Puji Santosa, Direktur Teknologi dan Pengembangan Pindad.

Baca Selengkapnya

PSPK Dukung Wajib Belajar 13 Tahun, Ini Alasannya

5 hari lalu

PSPK Dukung Wajib Belajar 13 Tahun, Ini Alasannya

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, telah menegaskan komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan wajib belajar 13 tahun.

Baca Selengkapnya

Komisi X DPR Bilang akan Advokasi Anggaran Pendidikan Supaya Lebih Efektif

6 hari lalu

Komisi X DPR Bilang akan Advokasi Anggaran Pendidikan Supaya Lebih Efektif

JPPI menilai anggaran pendidikan 20 persen digunakan secara suka-suka oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya