Penghapusan Jurusan di SMA Dianggap Bisa Bikin Siswa Sulit Tentukan Prodi Kuliah

Editor

Amirullah

Senin, 22 Juli 2024 08:45 WIB

Ilustrasi suasana belajar mahasiswa di kampus. Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta -Psikolog Pendidikan Tantri Rahmawati mengatakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) perlu mengantisipasi potensi minat dan bakat siswa usai menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang SMA. Kurangnya pemahaman peserta didik sejak kelas 1 SMA dapat menjadi kendala bagi mereka.

"Mereka akan mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan belajar, dan kesulitan menentukan program studi kuliah di masa datang. Sehingga banyak yang tidak bisa sukses menembus Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB)," ucapnya kepada Tempo lewat pesan WhatsApp, Ahad, 21 Juli 2024. Tantri khawatir siswa-siswi hanya memilih mata pelajaran hanya berdasarkan ikut-ikutan teman.

Guru bimbingan konseling di SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo itu berujar, kemungkinan ada ruang pilihan yang terbatas bagi siswa yang terjaring sebagai siswa eligble, yakni siswa yang memenuhi syarat tertentu untuk mendapatkan kesempatan program seperti beasiswa atau fasilitas tertentu.

Belum lagi, pilihan siswa terhadap mata pelajaran yang berubah tiap tahun juga mempengaruhi kebutuhan guru. Misalnya ada mata pelajaran yang sedikit peminat atau bahkan tidak ada sama sekali. Pada akhirnya, muncul permasalahan baru di mana guru kekurangan jam mengajar.

Ia berharap kebijakan ini sejalan dengan pemahaman siswa yang sudah mengenali bakat, minat, dan potensi mereka, bahkan sampai pada tujuan hidupnya. Sehingga siswa bisa memilih prodi yang tepat jika ingin melanjutkan kuliah, atau menjadi sumber daya manusia yang unggul di lingkungan sekitarnya.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, Tantri tak mengelak bahwa kebijakan ini dapat menghilangkan stigma atau label tentang siswa cerdas ada di jurusan IPA. Sementara anak IPS dikategorikan sebagai siswa yang kurang mampu soal akademik. "Bagi siswa yang sudah paham betul dengan kemampuan bakat dan minatnya, akan lebih mudah menentukan masa depannya," kata dia.

Senada dengan itu, pengamat pendidikan Bukik Setiawan mengatakan sekolah perlu mengubah pola pembelajaran mereka. "Sekolah melakukan asesmen minat bakat, konsultasi karier murid dan memetakan kebutuhan berdasarkan pilihan karier murid," ucapnya lewat pesan WhatsApp, Ahad, 21 Juli 2024.

Ketua Yayasan Guru Belajar itu menilai penghapusan jurusan justru membuat murid bisa memilih mata pelajaran yang paling relevan dengan jurusan kuliah yang ditujunya. Menurut dia, kebijakan itu sudah tepat karena menghapus stigma adanya jurusan yang mengekang murid.

"Pada tingkat SMA, belum waktunya dikotak-kotakkan secara kaku. Murid masih butuh kesempatan mempelajari beragam pelajaran dan menentukan mana yang menjadi minatnya," ujarnya.

Pilihan editor: Ilham Habibie: Kesepakan Koalisi dengan PKS di Pilgub Jawa Barat Akhir Juli

Berita terkait

Psikolog dan Pengamat Pendidikan Bicara Soal Maraknya Kasus Bullying di Sekolah-Sekolah Elite

46 menit lalu

Psikolog dan Pengamat Pendidikan Bicara Soal Maraknya Kasus Bullying di Sekolah-Sekolah Elite

Kasus bullying dan kekerasan semakin marak terjadi di sekolah-sekolah elite.

Baca Selengkapnya

Perbaiki Etika dan Pendidikan di Indonesia

6 jam lalu

Perbaiki Etika dan Pendidikan di Indonesia

BPIP menggelar diskusi tentang etika sosial dan pendidikan. Muncul usulan pembelajaran etika sosial serta Pancasila yang semestinya menjadi basis dan orientasi pendidikan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan Pembangunan Sekolah di Lombok Tengah NTB

5 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan Pembangunan Sekolah di Lombok Tengah NTB

Jepang mendukung Yayasan Mitra Sadina dengan membangun 1 gedung sekolah baru yang terdiri dari 4 ruang kelas serta pengadaan peralatan sekolah

Baca Selengkapnya

Pendaftaran CPNS Ditutup Kecuali di 2 Kementerian, Pendaftar Tembus 3,8 Juta

5 hari lalu

Pendaftaran CPNS Ditutup Kecuali di 2 Kementerian, Pendaftar Tembus 3,8 Juta

Penerimaan lamaran CPNS Kemendikbudristek akan ditutup pada 13 September 2024, dan di Kemenag akan ditutup pada 14 September 2024.

Baca Selengkapnya

Ini Kritik Eks Wakil Presiden JK kepada Menteri Nadiem Makarim

7 hari lalu

Ini Kritik Eks Wakil Presiden JK kepada Menteri Nadiem Makarim

Eks Wakil Presiden JK menilai Menteri Nadiem Makarim tidak punya pengalaman dalam dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Diperpanjang hingga 10 September, Begini Cara Cek Ijazah SMA untuk Daftar CPNS 2024

8 hari lalu

Diperpanjang hingga 10 September, Begini Cara Cek Ijazah SMA untuk Daftar CPNS 2024

Pemeriksaan ijazah SMA secara online dapat dilakukan melalui situs resmi nisn.data.kemendikbud.go.id.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

8 hari lalu

Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

Jusuf Kalla menyampaikan kritik terhadap kinerja Mendikbud Nadiwm Makarim.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan #AussieBanget Corner di Universitas Sebelas Maret

9 hari lalu

Australia Luncurkan #AussieBanget Corner di Universitas Sebelas Maret

Dalam rangka 75 tahun hubungan diplomatik, Australia meluncurkan #AussieBanget Corner di Universitas Sebelas Maret

Baca Selengkapnya

Inovasi Ini Bikin Orang Indonesia Masuk Daftar 100 Figur Berpengaruh Bidang AI versi Majalah TIME

10 hari lalu

Inovasi Ini Bikin Orang Indonesia Masuk Daftar 100 Figur Berpengaruh Bidang AI versi Majalah TIME

Endang Aminudin Aziz mengembangkan revitalisasi bahasa daerah sejak 2021. Inovasinya kemudian dilirik oleh Majalah Time.

Baca Selengkapnya

Nadiem Minta Tambahan Anggaran Rp 26,44 Triliun untuk Tahun Depan

10 hari lalu

Nadiem Minta Tambahan Anggaran Rp 26,44 Triliun untuk Tahun Depan

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp 26,44 triliun untuk tahun 2025

Baca Selengkapnya