Kongres Perempuan Indonesia 1928 Jadi Penetapan Hari Ibu Nasional, Begini Isi Kongresnya

Kamis, 21 Desember 2023 17:00 WIB

Anies Baswedan mengungah foto neneknya saat mengikuti Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta 1928. Foto: Instagram Anies Baswedan.

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Ibu Nasional diperingati setiap tanggal 22 Desember. Peringatan tersebut bermula ketika Kongres Perempuan Indonesia digelar pertama kali pada 1928. Kongres Perempuan Indonesia pertama dilaksanakan tidak lama setelah Sumpah Pemuda. Tujuannya menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia dalam satu Perhimpunan Perempuan Indonesia.

Sejarah Kongres Perempuan Indonesia pertama

Kongres Perempuan Indonesia Pertama berlangsung pada 22 hingga 25 Desember 1928 di Yogyakarta, salah satunya di Dalem Jayadipuran. Kongres ini diprakarsai para pemimpin organisasi pergerakan perempuan saat itu antara lain Raden Ayu Soekanto dari perkumpulan Wanita Oetomo, Sutartinah atau Nyi Hajar Dewantara (istri dari Ki Hajar Dewantara) dari perkumpulan wanita Taman Siswa, dan Soeyatin dari perkumpulan Puteri Indonesia. Kongres ini diketuai oleh Raden Ayu Soekanto.

Sebanyak 30 organisasi hadir dalam kongres perempuan. Di antaranya, Wanita Oetomo, Poetri Indonesia, Aisjijah, Poetri Boedi Sedjati, Wanita Sedjati, Darmo Laksmi, Roekoen Wanodijo, Jong Java, Wanita Moelyo, Taman Siswa, Jong Islamieten Bond, Jong Madoera. Selain itu, hadir pula organisasi-organisasi yang dipimpin oleh laki-laki seperti Boedi Oetomo, Mohammadijah, Sarekat Islam, dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Saat itu, jumlah peserta tercatat lebih dari seribu orang.

Sebelumnya, sejak tahun 1908, memang telah banyak lahir perkumpulan perempuan di berbagai tempat, seperti Aisiyah, Wanita Katolik, Putri Merdeka, dan lainnya. Kemudian pada Kongres Pemuda Indonesia pertama 1928 menempatkan perempuan sebagai satu titik sentral pembahasan, terutama mengenai kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia.

Advertising
Advertising

Dilansir dari laman Kemendikbud RI, Kongres Perempuan Indonesia Pertama ini fokus membahas permasalahan sosial, khususnya yang terkait dengan nasib kaum perempuan. Perkawinan dan pendidikan menjadi dua hal utama yang menjadi pembahasan. Pernikahan dini pada anak perempuan ditentang keras dalam kongres ini. Anggota kongres dianjurkan untuk membuat propaganda tentang dampak buruk dari pernikahan dini. Pemberdayaan perempuan diupayakan dengan membiayai pendidikan untuk anak-anak perempuan yang tidak mampu melalui beasiswa.

Kongres Perempuan Pertama menghasilkan beberapa keputusan penting. Pertama, didirikan Perserikatan Perempuan Indonesia (PPPI) yang menjadi satu wadah bagi seluruh organisasi perempuan pribumi untuk berkomunikasi. Kedua, pendirian PPI tidak melibatkan isu politik dan lebih berfokus pada hak serta peran perempuan dan kehidupan keluarga secara utuh. Ketiga, PPI akan berusaha untuk memberikan beasiswa kepada perempuan-perempuan yang berbakat namun kurang mampu, akan mengadakan kursus-kursus bidang kesehatan, pemberantasan akan pernikahan dini pada anak-anak, serta memajukan kepanduan wanita Indonesia.

Hasil Kongres dan penetapan Hari Ibu Nasional

Sejak kongres pertama, diakui sebagai tonggak sejarah kebangkitan pergerakan perempuan Indonesia, sehingga pada Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung pada tahun 1938, ditetapkanlah tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Peraturan Presiden Nomor 316 tahun 1959.

Tanggal 22 Desember dirayakan sebagai Hari Ibu bertujuan untuk menghargai kedudukan dan peran seorang ibu dalam keluarga dan menciptakan generasi penerus yang baik. Di samping itu, juga sebagai penanda peristiwa tonggak sejarah kebangkitan pergerakan perempuan Indonesia. Dilansir dari laman DPAD Yogyakarta, kongres pertama menghasilan keputusan-keputusan sebagai berikut.

1. Mendirikan badan federasi bersama “Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).

2. Menerbitkan surat kabar yang redaksinya dipercayakan kepada pengurus PPPI. anggota-anggota redaksi terdiri dari : Nyi Hadjar Dewantara, Nn. Hajinah, Ny. Ali Sastroamidjojo, Nn. Ismudiyati, Nn. Budiah, dan Nn. Sunaryati.

3. Mendirikan studifonds yang akan menolong gadis-gadis tidak mampu.

4. Memperkuat pendidikan kepanduan putri.

5. Mencegah perkawinan anak-anak.

6. Mengirimkan mosi kepada pemerintah agar

(a) Secepatnya diadakan fonds bagi janda dan anak-anak

(b) Tunjangan bersifat pensiun (onderstand) jangan dicabut

(c) Sekolah-sekolah putri diperbanyak.

7. Mengirimkan mosi kepada Raad Agama agar tiap talak dikutkan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama.

Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) yang didirikan pada tanggal 25 Desember 1928 juga memiliki tugas-tugas antara lain sebagai berikut.

1. Mengadakan kongres setiap tahun untuk membicarakan kedudukan perempuan
Indonesia.

2. Menerbitkan surat kabar yang merupakan sarana untuk membahas soal-soal perempuan.

3. Menjadi hakim pemisah untuk mendamaikan anggota-anggota yang berselisih.

4. Tempat kedudukan pengurus PPPI ditetapkan menurut jumlah anggota. Untuk
pertama kali Mataram (Yogyakarta) menjadi tempat kedudukan pengurus.

MUTIARA ROUDHATUL JANNAH | ANNISA FIRDAUSI

Pilihan Editor: Nenek Anies Baswedan Peserta Kongres Perempuan Indonesia 1928, Pasang Badan di Atas Rel

Berita terkait

Sedang Asyik Jalan-jalan di Yogyakarta, Wisatawan Dihadang Debt Collector di Jalanan

23 jam lalu

Sedang Asyik Jalan-jalan di Yogyakarta, Wisatawan Dihadang Debt Collector di Jalanan

Para penagih pun telah meminta maaf kepada wisatawan Yogyakarta itu karena salah sasaran, melalui sambungan aplikasi video.

Baca Selengkapnya

Calon Jemaah Haji dari Jateng & DIY Mulai Masuk Asrama Haji Donohudan, Dilayani dengan Sistem One Stop Service

1 hari lalu

Calon Jemaah Haji dari Jateng & DIY Mulai Masuk Asrama Haji Donohudan, Dilayani dengan Sistem One Stop Service

Calon jemaah haji dari berbagai kota/kabupaten Jateng dan DIY mulai masuk ke Asrama Haji Donohudan Boyolali, Sabtu, 11 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Profil Teguh Karya, Maestro Perfilman Indonesia dan Pendiri Teater Populer Pernah Kerja di Hotel Indonesia

1 hari lalu

Profil Teguh Karya, Maestro Perfilman Indonesia dan Pendiri Teater Populer Pernah Kerja di Hotel Indonesia

Dunia film dan teater Indonesia akan selalu mengenang jasa pendiri Teater Populer, Teguh Karya. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

Elektabilitas Anak Muda Ini Tinggi untuk Pilkada 2024 Kota Yogyakarta

2 hari lalu

Elektabilitas Anak Muda Ini Tinggi untuk Pilkada 2024 Kota Yogyakarta

Sejumlah nama anak muda mendulang suara yang cukup besar dalam survei untuk Pilkada 2024 Kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

2 hari lalu

Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

Kawasan Sumbu Filosofi secara khusus memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologi dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana

Baca Selengkapnya

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

3 hari lalu

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

3 hari lalu

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?

Baca Selengkapnya

Cara Mengurangi Kesedihan buat yang Baru Kehilangan Ibu

4 hari lalu

Cara Mengurangi Kesedihan buat yang Baru Kehilangan Ibu

Untuk yang baru saja kehilangan ibu, berikut lima tips pakar untuk mengatasi emosi yang sulit sekaligus menyambut Hari Ibu Internasional pada 12 Mei.

Baca Selengkapnya

Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

4 hari lalu

Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

Pilkada 2024 akan dilaksanakan pada November 2024 di semua provinsi di seluruh Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

5 hari lalu

Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

Selokan Van Der Wijck berperan penting menjamin irigasi di Sleman, Yigyakarta. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkuasa.

Baca Selengkapnya