Soe Hok Gie Ikon Idealisme Aktivis Mahasiswa Meninggal di Gunung Semeru 54 Tahun Lalu

Minggu, 17 Desember 2023 18:37 WIB

Soe Hok Gie. (net)

TEMPO.CO, Jakarta - Soe Hok Gie, sosok aktivis mahasiswa yang namanya dikenal mulai akhir masa pemerintahan Orde Lama hingga masa pemerintahan Orde Baru. Aktivis mahasiswa keturunan Tionghoa tersebut merupakan mahasiswa yang menempuh pendidikan kuliahnya di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (UI) pada kurun waktu mulai dari 1962 hingga 1969.

Soe Hok Gie lahir pada 17 Desember 1942 di Jakarta dari seorang ayah bernama Soe Lie Pit dan seorang ibu yang bernama Nio Hoe An. Sejak kecil, Gie, panggilan akrabnya, memang telah dekat dengan dunia sastra, darah sastranya mengalir dari sang ayah yang merupakan seorang novelis dan ditambah kegemaran Gie kecil berkunjung ke perpustakaan.

Sebelum menempuh pendidikan tingginya di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Gie sempat menempuh pendidikan SMA-nya di SMA Kolese Kanisius. Setelah lulus SMA, Gie melanjutkan pendidikannya di UI dan menjadi mahasiswa kritis yang memiliki kritikan tajam yang sering kali dilayangkan kepada pemerintah Orde Lama maupun Orde Baru, kawan mahasiswanya yang duduk di parlemen pun tidak luput dari kritikan Gie.

“Bergabunglah dengan partai politik kalau mau berpolitik, jangan mencatut nama mahasiswa,” ujar Gie dalam suatu artikel berjudul “Setelah Tiga Tahun” yang termaktub dalam kumpulan tulisannya berjudul Zaman Peralihan.

Gie juga dikenal sebagai sosok yang gemar mendaki gunung, bahkan seperti dilansir dari Tesis yang ditulis oleh John R. Maxwell dengan judul “Soe Hok Gie: A Biography of a Young Indonesian Intellectual”, kegemaran Gie mendaki gunung dengan teman-temannya merupakan cikal bakal terbentuknya Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia. Namun demikian, kecintaan Gie dengan gunung merupakan cara Gie meninggal dunia nantinya.

Advertising
Advertising

Detik-detik Meninggal

Soe Hok Gie meninggal pada 16 Desember 1969 di kawasan puncak Gunung Semeru, Jawa Timur yang berada di ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut. Beberapa sumber menyebut, bahwa Gie meninggal karena menghirup gas beracun, tepat beberapa sebelum ia genap berusia 27 tahun.

Sebelumnya, masih dilansir dari tesis yang ditulis oleh John R. Maxwell yang bercerita tentang biografi Soe Hok Gie, pada 12 Desember 1969, Gie bersama dengan rombongannya, yang terdiri dari Aristides Katoppo, Herman Lantang, Abdurrachman, Anton Wijaya, Rudy Badil, Idham Dhanvantari Lubis, dan Freddy Lodewijk Lasut berangkat dari Stasiun Gambir dengan tujuan Stasiun Gubeng Surabaya.

Selama perjalanan, Gie banyak mengumbar pengetahuannya tentang sejarah masa kolonialisme di Jawa bersama dengan rombongannya. Selain itu, rombongan tersebut membawa buku kecil berjudul “Gids voor Bergtochten op Java” sebagai buku panduan pendakian Gunung Semeru.

Setelah tiba di Stasiun Gubeng, rombongan pergi ke Kecamatan Tumpang menjelang kota Malang dan mendatangi Desa Kunci yang dilalui dengan mobil. Jelang subuh, mereka diajak beristirahat di rumah pimpinan Dukuh Gubuk Klalah, Binanjar, tetapi rombongan sempat terpisah dan kembali bertemu di tepaian Ranu Kumbolo.

Pada Selasa, 16 Desember 1969, saat kondisi masih pagi setengah gelap, mereka berkemas untuk bersiap menuju puncak Gunung Semeru. Selasa siang, rombongan berhenti ke pelataran kaki Gunung Kepolo untuk orientasi jalan masuk ke Recopodo dan kemudian berhenti di pelataran agak mendatar yang berada di ketinggian 3.300 mdpl.

Tidak lama kemudian, hujan disertai angin bertiup kencang dan kabut tebal menerpa jalur pendakian Puncak Mahameru, mereka pun memulai pendakian ke puncak dengan formasi berpencar sambil membentangkan ponco sebagai alas tadah hujan. Kendati demikian, tidak hanya cuaca buruk yang menimpa, pada saat itu ada semburan gas yang menyemprotkan debu dan material vulkanik ke langit, setelah mencapai puncak dan menyaksikan letupan Kawah Jonggring Saloko yang berada di Puncak Mahameru, rombongan berdoa sejenak.

Setelah turun, tiba-tiba Freddy Lasut yang merupakan anggota termuda datang dan berteriak jika Idhan dan Gie mengalami kecelakaan, Tides yang paling senior meminta Freddy dan Herman untuk kembali ke atas. Namun demikian, Herman mengatakan bahwa Gie dan Idhan meninggal, sebelum meninggal keduanya mengalami kejang-kejang, keduanya dinyatakan meninggal pada Selasa sore.

Jenazah keduanya diletakkan di puncak tertinggi pulau Jawa tersebut selama hampir seminggu, hingga pada 22 Desember, 1969, rombongan menjemput jenazah Gie dan Idhan yang berada di puncak Semeru. Saat ditemukan, jenazah keduanya masih bagus dan tidak ada bekas gangguan apapun.

RENO EZA MAHENDRA | GERIN RIO PRANATA | M RIZQI AKBAR

Pilihan Editor: Hari-hari Terakhir Soe Hok Gie di Puncak Gunung Semeru, Tak Sempat Rayakan Ulang Tahun ke-27

Berita terkait

Hitung Jarak Zonasi PPDB dan Sampai Kapan Hawa Panas di Top 3 Tekno

20 jam lalu

Hitung Jarak Zonasi PPDB dan Sampai Kapan Hawa Panas di Top 3 Tekno

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Jumat pagi ini, 10 Mei 2024, dipuncaki artikel informasi tentang aturan menghitung jarak zonasi PPDB 2024/2025.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Kasus Kematian di Kampus Akibat Penganiayaan, Terakhir Taruna di STIP Jakarta

1 hari lalu

Sejumlah Kasus Kematian di Kampus Akibat Penganiayaan, Terakhir Taruna di STIP Jakarta

Mahasiswa STIP Jakarta bernama Putu Satria Rastika dinyatakan meninggal setelah dianiaya seniornya. Ini bukan kejadian pertama kematian di kampus.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Kamis pagi ini, 9 Mei 2024, dimulai dari artikel prakiraan cuaca BMKG kemarin.

Baca Selengkapnya

FEB UI Sekolah Bisnis Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2024

2 hari lalu

FEB UI Sekolah Bisnis Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2024

Predikat itu diraih FEB UI untuk tiga jurusan, yaitu Accounting & Finance, Business & Management Studies, dan Economics & Econometrics.

Baca Selengkapnya

Pengajuan UKT Mahasiswa Baru UI Dimulai Hari ini, Simak Jadwal, Prosedur, dan Berkasnya

2 hari lalu

Pengajuan UKT Mahasiswa Baru UI Dimulai Hari ini, Simak Jadwal, Prosedur, dan Berkasnya

Berikut prosedur, jadwal, dan berkas yang harus disiapkan oleh mahasiswa baru untuk menentukan besaran UKT di UI, tahun ini.

Baca Selengkapnya

Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

2 hari lalu

Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

Dosen FKUI dapat bersaing di dunia medis secara global.

Baca Selengkapnya

SK Biaya Pendidikan UI 2024 Terbit, Kampus Minta Mahasiswa Tak Khawatir soal UKT

2 hari lalu

SK Biaya Pendidikan UI 2024 Terbit, Kampus Minta Mahasiswa Tak Khawatir soal UKT

UI meminta mahasiswa tidak khawatir dengan perubahan sistem UKT dan IPI terbaru.

Baca Selengkapnya

UKT Prodi Kedokteran Mahal: Berikut Besaran UKT Secara Umum di 5 Kampus

3 hari lalu

UKT Prodi Kedokteran Mahal: Berikut Besaran UKT Secara Umum di 5 Kampus

UKT bagi mahasiswa Kedokteran dikenal paling mahal di antara jurusan lain. Ternyata hal ini bergantung pada kebutuhan terhadap alat praktik, lokasi kampus, dan lainnya.

Baca Selengkapnya

UKT Naik, Ini Biaya Kuliah UI 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

3 hari lalu

UKT Naik, Ini Biaya Kuliah UI 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

Rincian biaya UKT jalur SNBP, SNBT, PPKB, SJP, dan SIMAK UI tahun akademik 2024.

Baca Selengkapnya

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

4 hari lalu

Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

Universitas Indonesia atau UI masih menjaga posisi bergengsi dalam pemeringkatan kampus versi Times Higher Education. Berikut hasilnya pada 2024.

Baca Selengkapnya