Hikayat Sri Sultan Hamengkubuwono VII, Disebut sebagai Sultan Sugih dan Sultan Sepuh, Ini Alasannya

Sabtu, 4 Februari 2023 11:25 WIB

Sultan Hamengkubuwono VII. wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Sri Sultan Hamengkubuwono VII lahir pada 4 Februari 1839, 183 tahun lalu dengan nama asli Raden Mas Murtejo, putra Hamengkubuwono VI. Ia naik takhta menjadi raja Kesultanan Yogyakarta menggantikan sang ayah pada 13 Agustus 1877. Selama memerintah, ia memiliki beberapa julukan, yakni Sinunan Behi dan Sultan Ngabehi atau kerap disebut Sultan Sugih.

Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII, banyak didirikan pabrik gula di daerah Yogyakarta yang keseluruhan berjumlah 17 buah. Setiap pendirian pabrik tersebut dapat menghasilkan keuntungan kepada Hamengkubuwono VII sebesar F200.000,00. Akibatnya, julukan Sultan Sugih disematkan kepadanya lantaran ia memiliki kekayaan cukup banyak kala itu.

Masa pemerintahannya pun menjadi masa transisi menuju modernisasi di Yogyakarta. Hal ini terwujud dari banyaknya sekolah modern yang didirikan, bahkan ia tidak jarang mengirim putra-putranya untuk bisa menempuh pendidikan di Negeri Kincir Angin, Belanda, sebagaimana dikutip dalam buku Sejarah Indonesia Modern.

Baca: Pembongkaran Peninggalan HB VII Gagal

Pada 29 Januari 1921, Hamengkubuwono VII yang kala itu berusia 81 tahun memutuskan untuk turun takhta dan mengangkat putra mahkota untuk penggantinya. Kabarnya, penurunan dan pengangkatan takhta ini masih dipertanyakan keabsahannya lantaran putra mahkota, Gusti Raden Mas Akhdiyat, putra Hamengkubuwono VII nomor 14 yang seharusnya menggantikannya, tiba-tiba meninggal dunia dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.

Advertising
Advertising

Namun, terdapat sebuah dugaan yang muncul bahwa adanya keterlibatan pihak Belanda yang tak setuju putra mahkota menggantikan Hamengkubuwono VII. Sebab, putra mahkota terkenal selalu menentang aturan-aturan yang diproduksi susunan pemerintah Batavia sehingga Hamengkubuwono VIII menduduki takhta tertinggi itu.

Mengutip buku Sejarah raja-raja Jawa: Sejarah Kehidupan Kraton dan Perkembangannya di Jawa, biasanya, dalam pergantian takhta raja kepada putra mahkota adalah menunggu sampai sang raja yang berkuasa meninggal dunia. Namun, kala itu, pengangkatan Hamengkubuwono VIII dilaksanakan ketika Hamengkubuwono VII masih hidup. Dengan besar hati, Hamengkubuwono VII mengikuti keinginan Hamengkubuwono VIII yang secara politis telah menduduki kondisi dalam pemerintahan kerajaan. Pada 30 Januari 1921, ia resmi turun takhta dari Kesultanan Yogyakarta.

Setelah turun takhta, Hamengkubuwono VII pernah mengatakan "Tidak pernah ADA raja yang meninggal di keraton setelah saya" yang artinya sampai sekarang masih dipertanyakan. Sebab, bagi warga Jawa adalah suatu kebanggaan jika seseorang meninggal di rumahnya sendiri. Hamengkubuwono VII meninggal dunia di Pesanggrahan Ambarrukmo pada 30 Desember 1931 ketika berusia 92 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Imogiri, Yogyakarta.

Melansir p2k.unkris.ac.id, adapun silsilah dari Sultan Hamengkubuwono VII adalah ia anak tertua dari Sultan Hamengkubuwono VI dari istri pertamanya, Kanjeng Ratu Sepuh Luhur dan diangkat menjadi anak oleh Ratu Kencana. Hamengkubuwono VII memiliki 18 istri dengan jumlah anak seluruhnya sebanyak 49 orang yang terdiri dari 31 anak laki-laki dan 38 anak perempuan.

RACHEL FARAHDIBA R

Baca juga: Kereta HB VII Dipilih Putri Sultan untuk Kirab

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

12 jam lalu

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

Halal Fair 2024 menyajikan nuansa berwisata syariah bersama keluarga, digelar tiga hari di Jogja Expo Center Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

21 jam lalu

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

Yogyakarta International Airport sebagai satu-satunya bandara internasional di wilayah ini menjadi peluang besar bagi Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

1 hari lalu

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

1 hari lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

2 hari lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

4 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

4 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

4 hari lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

5 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

5 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya