Hepatitis Akut Mengancam, Kemenkes Anggap Masih Belum Perlu Keberadaan Satgas
Reporter
Tempo.co
Editor
Eko Ari Wibowo
Jumat, 20 Mei 2022 03:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa saat ini tidak perlu adanya Satuan Tugas (Satgas) penanganan khusus untuk menangani hepatitis akut.
"Sampai saat ini kita tidak melihat adanya perlu satuan penanganan khusus ya, karena tadi bahwa jumlah provinsi yang melaporkan itu hanya 7 provinsi dan kasusnya sangat sedikit" kata Siti Nadia yang juga eks Jubir Kemenkes kepada wartawan, Kamis 19 Mei 2022.
Menurut Nadia, sedikitnya jumlah percepatan kasus hepatitis dan tidak mengganggunya kasus ini kepada aktivitas masyarakat membuat hepatitis akut ini hanya perlu diwaspadai. Penyakit hepatitis akut juga memiliki kecil kemungkinan menjadi pandemi.
"Perkembangan kasus, percepatan daripada penambahan kasus ini hepatitis akut misterius ini kalau nanti berkembang seperti pandemi rasanya kecil sekali. Karena kondisinya tidak akan mengancam begitu banyak menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu. Tetapi perlu kita waspadai" katanya.
Nadia menyebutkan bahwa hingga saat ini Negara lain mencatat 436 kasus dari 27 negara, dimana Indonesia melaporkan satu kasus kematian diduga hepatitis akut dan empat kasus klasifikasi masih pending (pending classification) karena memiliki kemungkinan yang besar untuk tidak terjangkiti.
"Negara lain mencatat 436 kasus dari 27 negara, dimana dilihat Indonesia melaporkan satu kasus kematian diduga hepatitis akut, 4 kasus klasifikasi pending. Jadi kita mencatat ada 5 kematian yang diduga hepatitis akut berat yang diketahui. Tapi 4 yang kita laporkan sangat mungkin keluar dari kriteria tersebut," ujarnya.
Nadia menerangkan bahwa dalam epidemologi tahapan penyakit dimulai dari peningkatan kasus, kemudian kejadian luar biasa, wabah, kemudian endemi, lalu kemudian pandemi. Menurut WHO penyakit hepatitis akut ini berpotensi sebagai penyakit yang menimbulkan kejadian luar biasa.
"WHO mengatakan ini sebagai penyakit yang disebut sebagai potensi terjadinya kejadian luar biasa. Kalau dalam epidemologi peningkatan penyakit itu mulai dari peningkatan kasus, Kejadian luar biasa, wabah, endemi, lalu pandemi," tuturnya.
Merujuk WHO, Nadia menerangkan bahwa kejadian luar biasa bisa saja terjadi karena belum diketahuinya akar dari penyakit ini secara mendalam.
"Kalau Hepatitis, WHO mengatakan hati-hati karena bisa terjadi kejadian luar biasa karena kita tidak tahu penyakitnya sebabnya apa, virusnya belum tahu, mengobati pakai obat apa juga belum tahu secara tepat, sampai resikonya belum tahu secara pasti menularnya seperti apa," ujarnya.
Adapun berdasarkan keterangan ahli, Nadia menyebutkan bahwa gejala hepatitis akut ini mirip dengan gejala hepatitis A dengan makanan sebagai media penularannya.
"Para Ahli mengatakan gejala hepatitis akut berat ini mirip dengan gejala hepatitis A. Kalau hepatitis A itu penularannya melalui makanan," imbuhnya.
Nadia menghimbau agar masyarakat terus meningkatkan kesadaran dalam menjalankan hidup sehat dan disiplin layaknya saat pandemi covid-19 melanda.
"Makanya kemudian sekarang yang kita sampaikan dan himbau kepada masyarakat adalah bagaimana cuci tangan, tidak makan makanan sembarangan, kemudian jangan berbagi alat makan dengan orang lain, jadi itu kunci awalnya," ujarnya.
RAHMA DWI SAFITRI
Baca: 14 Kasus Dugaan Hepatitis Akut, Kemenkes: Belum Ada Konfirmasi Positif