Perempuan dan Anak Rentan Jadi Korban Konflik Sosial, Ini Panduan Penanganannya

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 25 Januari 2022 14:49 WIB

Kenduri Perdamaian sebagai peresmian Rencana Aksi Nasional untuk Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial (RAN P3AKS) II tahun 2020 - 2025.

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga mengatakan, perempuan dan anak termasuk kelompok rentan yang berisiko menjadi korban dalam situasi konflik. Sebab itu, menurut Bintang, penting bagi setiap pemangku kepentingan memahami apa yang harus dilakukan apabila terjadi situasi konflik di masyarakat agar tidak berimbas kepada perempuan dan anak.

"Indonesia memiliki Rencana Aksi Nasional untuk Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial atau RAN P3AKS II tahun 2020 - 2025," kata Bintang dalam acara Kenduri Perdamaian yang diadakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama UN Women dan Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia. Kuncinya, menurut Bintang, dengan melibatkan perempuan dalam proses penyelesaian konflik serta menjadikan perempuan sebagai agen perubahan dan agen penjaga perdamaian.

Menteri Bintang Puspayoga menjelaskan, Rencana Aksi P3AKS terbagi dalam tiga pilar, yaitu pencegahan, penanganan, dan pemberdayaan atau partisipasi. "Rencana aksi ini menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah dalam memberikan rasa aman dan perlindungan bagi perempuan dan anak dalam kondisi apapun," katanya.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga saat memberikan sambutan dalam acara Kenduri Perdamaian, peresmian Rencana Aksi Nasional untuk Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial (RAN P3AKS) II tahun 2020 - 2025.

Untuk diketahui, sebelumnya Indonesia memiliki Rencana Aksi Nasional untuk Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial atau RAN P3AKS pertama periode 2014-2019. Dua rencana aksi ini sama-sama bertujuan melindungi perempuan dan anak dalam situasi konflik serta memperkuat peran dan pemberdayaan perempuan dan anak dalam proses perdamaian. Rencana aksi ini juga merupakan pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 tentang Perempuan, Perdamaian dan Keamanan di tingkat nasional.

Perbedaannya, dalam pembaruan RAN P3AKS II periode 2020 - 2025, tercantum pencegahan ekstremisme, kekerasan, dan masalah keamanan yang lebih spesifik yang dihadapi oleh perempuan dan anak. Ada empat kategori dalam isu tersebut, yakni:

  • Isu intoleransi yang berujung pada radikalisme dan terorisme
  • Sengketa tanah antara kelompok masyarakat yang berbeda, misalkan masyarakat dengan pengusaha, masyarakat sipil dengan negara, termasuk pengakuan atas hak ulayat oleh negara
  • Pelaku kekerasan, khususnya kekerasan terhadap perempuan dan anak
  • Maraknya penyebaran berita bohong alias hoax dan ujaran kebencian di rana maya
Advertising
Advertising

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Femmy Eka Kartika Putri mengatakan, rencana aksi tersebut adalah wujud kemauan politik pemerintah dan rakyat dalam mencegah berkembangnya eskalasi kekerasan berbasis gender di berbagai wilayah dengan konflik sosial di masa mendatang. "Kami mengimbau agar daerah-daerah yang mengalami konflik sosial turut mengawal keterlibatan perempuan, mulai dari manajemen, perundingan, hingga resolusi konflik," ujarnya. "Kami berharap perempuan Indonesia mampu menjadi agen perdamaian dan keamanan internasional."

Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Faiz mengatakan, perempuan bisa menjadi agen perdamaian dan perubahan. Dalam situasi krisis seperti konflik dan pandemi, menurut dia, perempuan berada dalam kelompok masyarakat yang terdampak secara tidak proporsional. "Meski begitu, perempuan juga memimpin jalan untuk membangun kembali segala sesuatu dengan lebih baik," ujarnya.

Banyak contoh perempuan sebagai agen perubahan dan perdamaian. Di antaranya upaya perempuan dalam memerangi krisis iklim di Nusa Tenggara Timur dan tokoh Rasyifah, seorang peacebuilder dari Aceh yang membantu membantu memulihkan trauma korban konflik sosial dan bencana tsunami Aceh.

Dwi Faiz menambahkan, rencana aksi kedua ini relevan, kontekstual, dan strategis karena sesuai dengan tema Pulih Bersama dalam Presidensi Indonesia di G20. "Perlu strategi khusus untuk menghadapi berbagai fenomena, seperti ekstremisme berbasis kekerasan, radikalisasi di ranah online, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19 yang berdampak secara tidak proporsional terhadap perempuan dan anak," katanya.

Baca juga:
SK Trimurti Award, Penghargaan bagi Perempuan Pejuang HAM dan Demokrasi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

3 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

5 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

6 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

6 hari lalu

Maknai Semangat RA Kartini, Ini Kelebihan Perempuan di Industri Garmen

Keahlian perempuan memberikan keuntungan sendiri khususnya di unit bisnis garmen J99 Corp.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

8 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

8 hari lalu

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

DPR Arizona lewat pemungutan suara memutuskan mencabut undang-undang larangan aborsi 1864, yang dianggap benar-benar total melarang aborsi.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Olah TKP Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya di Pulau Pari

9 hari lalu

Polda Metro Jaya Olah TKP Pembunuhan Perempuan yang Mayatnya di Pulau Pari

Selain olah TKP pembunuhan perempuan yang mayatnya ditemukan di Pulau Pari, polisi menyiita barang bungkus rokok hingga tisu magic.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

9 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

10 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Gaza, Berisi 210 Jasad dari Khan Younis

11 hari lalu

Kuburan Massal Kembali Ditemukan di Gaza, Berisi 210 Jasad dari Khan Younis

Badan layanan darurat Palestina telah menemukan 210 jasad di kuburan massal di Kompleks Medis Nasser di Kota Khan Younis, Gaza selatan

Baca Selengkapnya