Kapal Perang Cina Masuk Laut Natuna, Pengamat Ingatkan RI Harus Perkuat Armada

Reporter

Dewi Nurita

Senin, 20 September 2021 16:42 WIB

Cuplikan video sebuah kapal perang Cina yang diambil oleh nelayan tradisional di Laut Natuna Utara, Senin, 13 September 2021. Nelayan melaporkan berpapasan dengan enam kapal China, salah satunya destroyer Kunming-172 di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Instagram/War_zone_update

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studios (ISESS), Khairul Fahmi mengingatkan pemerintah untuk waspada dan memperkuat armada laut setelah sejumlah kapal perang Cina diduga berlayar di Laut Natuna Utara.

Khairul menyebut, perairan laut Natuna Utara merupakan Zona Ekonomi Eksklusif dimana Indonesia memiliki hak berdaulat untuk mengelolanya, tapi bukan perairan teritorial atau kedaulatan Indonesia. Semua negara memiliki hak lintas.

"Tapi kita tahu, Cina sampai saat ini berada dalam posisi tidak mengakui UNCLOS 1982, mengklaim bahwa mereka punya hak untuk mengelola sumber daya alam di perairan Natuna Utara yang bersinggungan dengan ZEE Indonesia berdasar 'sembilan garis putus-putus' yang sebaliknya tak diakui oleh Indonesia," ujar Khairul saat dihubungi Tempo, Senin, 20 September 2021.

Dengan dasar itu, ujar dia, kapal-kapal nelayan Cina beroperasi di kawasan Natuna Utara dan kapal perang Cina maupun Coast Guard beroperasi di sana dengan alasan melindungi kapal-kapal nelayannya.

"Dalam hal ini Indonesia tentu harus waspada dan berhati-hati dalam menyikapi aksi bertendensi provokasi itu. Bagaimana pun pemerintah tak bisa serta merta melakukan penanganan secara militer, mengingat wilayah itu bukan wilayah kedaulatan Indonesia. Maka prioritasnya adalah menjamin keselamatan para nelayan domestik di kawasan Natuna," tuturnya.

Dalam hal ini, ujar dia, Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai ujung tombak dari upaya-upaya pengamanan, keselamatan, dan penegakan hukum di laut harus diperkuat. Di antaranya, dengan menambah armada kapal patroli untuk menjangkau wilayah perairan Indonesia yang luas dan kapal ukuran besar yang bisa menjangkau laut dalam di ZEE Indonesia.

"Selain menambah jumlah armada, pemerintah perlu membangun pos-pos yang dapat dimanfaatkan untuk pemantauan agar dapat segera menjangkau lokasi jika terjadi insiden ataupun pelanggaran," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut Khairul, TNI AL juga harus terus mengintensifkan penjagaan perbatasan laut. "Karenanya armada juga harus diperkuat. Di antaranya dengan menambah kapal-kapal perang yang memiliki kemampuan penangkalan (efek deteren) memadai seperti melalui rencana pembangunan kapal fregat ringan serbaguna tipe Arrowhead 140," ujarnya.

Indonesia melalui PT. PAL (Persero) sebelumnya telah meneken kontrak kerja sama pembelian lisensi untuk produksi kapal perang fregat Arrowhead 140 dengan industri pertahanan Inggris, Babcock International.

Lisensi desain itu akan digunakan PT PAL untuk membangun dua unit fregat di Indonesia dengan modifikasi desain untuk TNI AL. "Nantinya PT PAL akan membangun dua unit kapal dengan masa pengerjaan sekitar enam tahun. Jadi jika pengerjaan dilakukan mulai 2021, maka kira-kira baru akan tuntas pada sekitar tahun 2027 atau 2028," ujar Khairul.

Saat ini, ujar dia, Indonesia memiliki 7 fregat aktif. Namun lima di antaranya yang termasuk dalam kelas Ahmad Yani (Bekas Van Speijk AL Belanda) akan dipensiunkan secara bertahap. Dua fregat lainnya adalah kapal Kelas Sigma yang merupakan proyek kerjasama PT PAL dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding Belanda. Jumlah ini dinilai masih di bawah target pencapaian kebutuhan kekuatan pokok minimum TNI yang mestinya dicapai pada 2024, yaitu 16 kapal jenis fregat.

"Apakah dapat mengimbangi ancaman kapal perang Cina di Natuna? Pengadaan kapal jenis fregat ini tidak disiapkan secara spesifik untuk menghadapi ancaman itu. Kapal-kapal ini nantinya akan memperkuat armada TNI AL untuk mengamankan tiga alur laut dan menjaga perbatasan, termasuk di perairan Natuna," ujar Khairul.

Sebelumnya, sejumlah nelayan mengaku berpapasan dengan enam kapal perang Cina pada Senin, 13 September 2021. Salah satu kapal perang Cina yang dapat diidentifikasi adalah destroyer Kunming-172. Para nelayan merekam peristiwa itu dari koordinat 6.17237 Lintang Utara dan 109.01578 Bujur Timur yang masuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut (Bakamla) Kolonel Wisnu Pramandita menyebut kapal perang Cina tersebut hanya melintas di Laut Natuna Utara tidak melakukan pelanggaran.

Untuk memastikan keamanan di sekitar Laut Natuna, Bakamla dan TNI AL melakukan patroli. “Juga melakukan pengamatan dengan sistem AIS (Automatic Identification System) dan VIIRS (Visible Infrared Imaging Radiometer Suite) lewat satelit,” ujar Wisnu, kemarin.

DEWI NURITA | FRISKI RIANA

Baca: Gerindra: Prabowo Bawa Teknologi Kapal Perang Inggris, Cina Akan Gemetar

Berita terkait

Anggota TNI AL Cekcok dengan Pengendara di Bogor, Danpuspom: Ada Miskomunikasi

2 hari lalu

Anggota TNI AL Cekcok dengan Pengendara di Bogor, Danpuspom: Ada Miskomunikasi

Video viral anggota TNI AL yang cekcok dengan sopir truk katering di kawasan Cileungsi, Kabupaten Bogor pada Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

KPK Setor Rp126 Miliar ke Negara dari Uang Pengganti Kasus Korupsi di Bakamla

8 hari lalu

KPK Setor Rp126 Miliar ke Negara dari Uang Pengganti Kasus Korupsi di Bakamla

KPK menyetorkan uang pengganti kasus suap satelit Bakamla dengan terpidana korporasi PT Merial Esa.

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

9 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

12 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Bedah Buku Karya KSAL, Bamsoet Tegaskan Dukung Peningkatan Alutsista

12 hari lalu

Bedah Buku Karya KSAL, Bamsoet Tegaskan Dukung Peningkatan Alutsista

Peningkatan Alutsista sangat diperlukan seturut posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

15 hari lalu

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

Tak hanya prajurit TNI AL, Bintang Jalasena juga diberikan kepada WNI bukan prajurit, bahkan WNA yang telah berjasa.

Baca Selengkapnya

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Mabes Polri: Penyelesaian Berjalan Baik

16 hari lalu

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Mabes Polri: Penyelesaian Berjalan Baik

Mabes Polri bungkam untuk penjelasan berikutnya perihal proses hukum terhadap anggota Brimob yang terlibat bentrok.

Baca Selengkapnya

TNI AL Kerahkan Kapal Perang untuk Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

16 hari lalu

TNI AL Kerahkan Kapal Perang untuk Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

TNI AL mengerahkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kakap-811 untuk mengevakuasi masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

16 hari lalu

Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

Pasca-bentrokan antara Brimob dan TNI AL di Pelabuhan Sorong, diketahui sebelumnya di beberapa daerah di Indonesia, konflik serupa pernah terjadi.

Baca Selengkapnya

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

17 hari lalu

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

Menurut Al Araf, TNI dan Polri harus mengubah pola pikir tentang jiwa korsa untuk menghentikan bentrok TNI vs Polri yang kerap terjadi.

Baca Selengkapnya