Kepala Bakamla Sebut Situasi di Laut Natuna Utara Aman Terkendali

Senin, 20 September 2021 15:53 WIB

Foto Kapal perang Cina jenis Penghancur rudal berpemandu Kunming (DDG 172). Nomor lambung kapal ini sesuai dengan yang disebutkan nelayan dalam video. Shipshub.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Aan Kurnia mengatakan situasi di Laut Natuna Utara aman terkendali. Hal ini disampaikan Aan setelah sejumlah kapal perang Cina ditengarai berlayar di kawasan tersebut pada Senin pekan lalu, 13 September 2021.

"Saya tegaskan Laut Natuna Utara aman terkendali," kata Aan dalam Rapat Kerja dengan Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 20 September 2021.

Aan pun mempersilakan nelayan-nelayan di Natuna untuk kembali berlayar mencari ikan. Ia menyebut Bakamla siap menjaga dan mengamankan kawasan tersebut bersama sejumlah stakeholder lain. "Kami siap menjaga dan mengamankan, kami siap amankan mereka," ujar Aan.

Aan mengatakan, Indonesia menerapkan pendekatan politik luar negeri bebas aktif termasuk dalam menangani konflik di Laut Cina Selatan. Ia menyebut pendekatan itu ibarat gas dan rem dengan melihat perkembangan situasi.

Namun, Aan juga menilai penegak hukum tak boleh berkompromi terhadap kapal-kapal asing yang melanggar aturan memasuki perairan Indonesia, baik di ZEE maupun landas kontinen. "Kalau ada yang melanggar tetap harus kami tindak," katanya.

Advertising
Advertising

Dia membeberkan, konflik di Laut Cina Selatan akan berdampak langsung pada banyaknya kekuatan militer negara-negara besar di perairan tersebut. Ada pula dampak tak langsung seperti perlombaan senjata, risiko gangguan pelayaran, serta peningkatan biaya logistik dan keamanan.

Aan mengatakan pada dasarnya Bakamla menyusun strategi di Laut Cina Selatan yang berbatasan dengan perairan Natuna Utara. Menurut dia, strategi penjagaan kawasan itu tak bisa dilakukan Bakamla sendiri, tetapi mesti bekerja sama dengan instansi lain.

Aan pun menawarkan sejumlah konsep untuk mengatasi persoalan tersebut. Pertama, hadirnya penegak hukum di kawasan perairan tersebut, mulai dari Bakamla, TNI Angkatan Laut, hingga Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kedua, ia mengatakan Indonesia mesti mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen. Aan menilai Indonesia tak bisa sekadar mengklaim, tapi tak melakukan aksi apa pun.

Aan mengatakan memang sudah ada nelayan yang mencari ikan di perairan Natuna Utara. Namun, mereka belum disiapkan secara profesional, sehingga sumber daya ikan di Natuna lebih banyak dimanfaatkan oleh negara-negara lain seperti Vietnam dan Cina.

"Secara de facto kita hanya melongo saja kalau boleh dibilang di sini, jadi tidak ngapa-ngapain tapi mengklaim ini wilayah kita. Ini punya kita tapi kita tidak bisa memanfaatkan," ujar Aan.

Strategi ketiga menurut Aan adalah melalui jalan diplomasi. Dia mengatakan ketiga strategi tersebut harus berjalan secara paralel. Jika tidak, Aan menilai persoalan yang sama akan terus berulang sementara Indonesia terus tergagap.

"Kalau hanya aparatnya saja ini tidak selesai. Paling kita hanya nangkap-ngusir, nangkap-ngusir terus," kata Aan. Ia mengimbuhkan, Bakamla akan mendorong Kementerian Pertahanan untuk menerapkan strategi tersebut.

Sebelumnya, sejumlah kapal perang asal Cina diduga berlayar di Laut Natuna Utara. Beberapa nelayan mengaku berpapasan dengan enam kapal perang tersebut pada Senin, 13 September 2021.

Ketua Aliansi Nelayan Natuna, Hendri, mengatakan anggotanya merekam video keberadaan kapal-kapal perang Cina itu ketika melaut pada pukul 09.00 pagi.

Salah satu kapal yang dapat diidentifikasi adalah destroyer Kunming-172. Para nelayan merekam peristiwa itu dari koordinat 6.17237 Lintang Utara dan 109.01578 Bujur Timur yang masuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.

"Anggota kami berada sekitar 1 mil dari kapal itu," kata dia ketika dihubungi, Sabtu, 18 September 2021.

Hendri mengatakan kedatangan kapal itu membuat nelayan khawatir. Terlebih dengan adanya eskalasi di kawasan perairan tersebut. "Kami cukup khawatir kalau terjadi apa-apa, kami mencari ikan hampir setiap hari di sana," kata dia.

BUDIARTI UTAMI PUTRI | ROSSENO AJI

Berita terkait

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

11 jam lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Di Beijing, Blinken Sampaikan Kekhawatiran AS tentang Dukungan Cina terhadap Rusia

1 hari lalu

Di Beijing, Blinken Sampaikan Kekhawatiran AS tentang Dukungan Cina terhadap Rusia

Menlu AS, Antony Blinken, bertemu dengan timpalannya dari Cina, Wang Yi, untuk membicarakan banyak hal, termasuk hubungan Cina-Rusia.

Baca Selengkapnya

KPK Setor Rp126 Miliar ke Negara dari Uang Pengganti Kasus Korupsi di Bakamla

1 hari lalu

KPK Setor Rp126 Miliar ke Negara dari Uang Pengganti Kasus Korupsi di Bakamla

KPK menyetorkan uang pengganti kasus suap satelit Bakamla dengan terpidana korporasi PT Merial Esa.

Baca Selengkapnya

Bedah Buku Karya KSAL, Bamsoet Tegaskan Dukung Peningkatan Alutsista

5 hari lalu

Bedah Buku Karya KSAL, Bamsoet Tegaskan Dukung Peningkatan Alutsista

Peningkatan Alutsista sangat diperlukan seturut posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya

Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

5 hari lalu

Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

Menlu AS Antony Blinken juga akan membahas sejumlah isu dalam lawatan ke Cina, termasuk Laut Cina Selatan dan konflik Timur Tengah

Baca Selengkapnya

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

8 hari lalu

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

Tak hanya prajurit TNI AL, Bintang Jalasena juga diberikan kepada WNI bukan prajurit, bahkan WNA yang telah berjasa.

Baca Selengkapnya

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Mabes Polri: Penyelesaian Berjalan Baik

9 hari lalu

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Mabes Polri: Penyelesaian Berjalan Baik

Mabes Polri bungkam untuk penjelasan berikutnya perihal proses hukum terhadap anggota Brimob yang terlibat bentrok.

Baca Selengkapnya

TNI AL Kerahkan Kapal Perang untuk Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

9 hari lalu

TNI AL Kerahkan Kapal Perang untuk Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

TNI AL mengerahkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kakap-811 untuk mengevakuasi masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

9 hari lalu

Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

Pasca-bentrokan antara Brimob dan TNI AL di Pelabuhan Sorong, diketahui sebelumnya di beberapa daerah di Indonesia, konflik serupa pernah terjadi.

Baca Selengkapnya

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

10 hari lalu

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

Menurut Al Araf, TNI dan Polri harus mengubah pola pikir tentang jiwa korsa untuk menghentikan bentrok TNI vs Polri yang kerap terjadi.

Baca Selengkapnya