Peristiwa Madiun, FDR Musso dan Amir Sjarifuddin Kuasai Madiun Korban Berjatuhan

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 18 September 2021 11:56 WIB

Musso atau Paul Mussotte. wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Jatuhnya kabinet yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin akibat mosi tidak percaya dengan keputusan Perjanjian Renville mengakibatkan kekuasaan politik orang-orang kiri di masa itu menjadi lemah. Untuk menggantikan kabinet Amir Sjarifuddin dibentuklah kabinet dengan Mohammad Hatta sebagai perdana menteri.

Namun, penunjukan Bung Hatta sebagai perdana menteri membuat Amir beserta kelompok sayap kiri tidak menyukainya, salah satunya adalah dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Hatta, yaitu kebijakan Rekonstruksi dan Rekonsiliasi (RERA). Kebijakan ini bagi mereka dianggap merugikan karena mengurangi kekuatan militer Indonesia.

Selain itu, untuk menandingi kekuatan Kabinet Hatta, Amir beserta sayap kiri yang lain mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni1948. FDR adalah kelompok oposisi yang terdiri dari berbagai golongan kiri, seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Buruh Indonesia, Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Sarekat Buruh Perkebunan Indonesia.

Ketika konflik antara Kabinet Hatta dan golongan kiri semakin panas, datanglah Musso, seorang pemimpin PKI di awal 1920-an. Musso baru saja kembali dari Moskow ke Indonesia melalui Yogyakarta. Setelah menuntut ilmu mengenai komunisme, Musso yang baru saja kembali menawarkan konsep politik yang disebutnya sebagai Jalan Baru. Dalam konsepnya tersebut, Musso menginginkan partai kelas buruh melebur menjadi satu dan akhirnya semua partai kelas buruh dan partai bermazhab kiri menjadi satu di bawah komando PKI.

Untuk menunjukkan kekuatan dari golongan kiri, Musso menggelar rapat raksasa yang diadakan di Yogyakarta. Dalam rapat tersebut, Musso menekankan pentingnya kabinet presidensial diganti menjadi kabinet front persatuan. Selain itu, Musso yang juga dekat dengan Uni Soviet menyerukan supaya terjalin kerja sama internasional.

Advertising
Advertising

Memasuki September 1948, Musso dan sejumlah pimpinan serta anggota PKI berkunjung ke daerah-daerah di Jawa, seperti Cepu, Wonosobo, Kediri, Jombang, Solo, dan Madiun untuk menyebarkan pemikiran serta gagasan dari kaum kiri. Dan di tengah kunjungannya tersebut meletus pertempuran yang disebut Peristiwa Madiun.

Peristiwa Madiun bermula ketika Soemarsono mengumumkan kekuasaan di Madiun diambil alih oleh FDR. Dengan dikuasainya Madiun oleh FDR, membuat FDR bergerak leluasa untuk melucuti kesatuan-kesatuan Corps Polisi Militer (CPM) dan Pasukan Siliwangi di Madiun.

Pelucutan juga sweeping yang dilakukan oleh FDR yang menimbulkan kepanikan dari warga sipil. Akhirnya penjarahan, penangkapan, dan aksi tembak-menembak terjadi di Madiun. Pada akhirnya, Madiun berhasil dikuasai oleh FDR dan Madiun menjadi Pemerintahan Front Nasional. Kemudian, FDR mendeklarasikan hal serupa di Pati. Korban rakyat akibat aksi FDR pun berjatuhan.

Melihat situasi yang semakin chaos, pemerintah RI mengerahkan pasukan TNI untuk menertibkan keadaan dan memulihkan situasi. Pasukan siliwangi berhasil melucuti FDR di Yogyakarta dan menumpas FDR di Madiun. Ketika Pasukan siliwangi bergerak menuju Madiun, para pemimpin FDR sebagai cikal PKI sudah melarikan diri terlebih dahulu. Musso tewas dalam pelariannya itu.

Pelarian gerombolan PKI Madiun ini pula yang kemudian membunuh RM Suryo, Gubernur Jawa Timur pertama di Ngawi, yang tengah dalam perjalanan dari Solo ke Surabaya.

Selepas, Musso tewas, Amir Sjarifuddin memimpin pelarian yang diikuti oleh 3.000 orang golongan kiri. Namun, pelarian ini juga berhasil digagalkan setelah keberadaan Amir berhasil terlacak dan ia diamankan. Setelah diamankan, Amir dibawa ke Kudus dan kemudian dipindah ke Yogyakarta. Akhirnya Amir dipenjara di Benteng Yogyakarta dan kemudian dipindahkan ke Surakarta.

Desember 1948, menjadi bulan terkahir bagi Amir karena ia harus meregang nyawanya di tangan para eksekutor. Eksekusi yang dilakukan kepada Amir dilakukan bersama dengan eksekusi tokoh PKI lainnya, seperi Maruto Darusman, Suripno, dan Sarjono.

Dengan dieksekusinya Amir Sjarifuddin, membuat PKI kehilangan kekuatannya dan memulai kembali untuk mengonsolidasikan kekuatannya. Selepas 1948, PKI kembali menemukan kekuatannya ketika memasuki 1955 dan saat Indonesia memasuki periode demokrasi terpimpin.

EIBEN HEIZIER

Baca: Keluarga Korban PKI 1948 Ingatkan Presiden Jokowi

Berita terkait

Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

37 hari lalu

Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

Pengambilan gambar film Darah dan Doa dijadikan peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret

Baca Selengkapnya

Enik Waldkonig, Bos SHB Tersangka Dugaan TPPO Magang Jerman Asal Madiun, Diduga Tukang Atur Mahasiswa

39 hari lalu

Enik Waldkonig, Bos SHB Tersangka Dugaan TPPO Magang Jerman Asal Madiun, Diduga Tukang Atur Mahasiswa

Tersangka kasus TPPO berkedok program magang di Jerman Enik Waldkonig bernama lahir Enik Rutita merupakan perempuan kelahiran Madiun, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

40 hari lalu

Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

Kudera merangkak disebut sebagai kudeta yang dilakukan Soeharto kepada Sukarno, apa itu?

Baca Selengkapnya

Banjir di Semarang, Dua Perjalanan Kereta Api ke Madiun Terlambat

52 hari lalu

Banjir di Semarang, Dua Perjalanan Kereta Api ke Madiun Terlambat

Banjir di Semarang menyebabkan dua perjalanan kereta api ke Madiun terlambat.

Baca Selengkapnya

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

53 hari lalu

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru

Baca Selengkapnya

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

55 hari lalu

Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer

Baca Selengkapnya

Fakta dan Peristiwa Supersemar, 3 Poin Penting Surat Perintah Sebelas Maret Sukarno kepada Soeharto

56 hari lalu

Fakta dan Peristiwa Supersemar, 3 Poin Penting Surat Perintah Sebelas Maret Sukarno kepada Soeharto

Fakta dan peristiwa Supersemar atau surat perintah 11 Maret yang menandai lengsernya Sukarno. Berikut 3 poin Supersemar Bung Karno kepada Soeharto.

Baca Selengkapnya

Ramadan di Masjid Jogokariyan, Ini Profil Masjid yang dikenal Melalui KRJ

56 hari lalu

Ramadan di Masjid Jogokariyan, Ini Profil Masjid yang dikenal Melalui KRJ

Bagaimana sejarah dan proses pembangunan Masjid Jogokariyan yang populer ini? Apa pula KRJ yang diadakan setiap Ramadan?

Baca Selengkapnya

64 Tahun Lalu Setelah Keluarkan Dekrit Presiden, Presiden Sukarno Pernah Bubarkan DPR

6 Maret 2024

64 Tahun Lalu Setelah Keluarkan Dekrit Presiden, Presiden Sukarno Pernah Bubarkan DPR

64 tahun lalu, pada 5 Maret 1960 Presiden Sukarno membubarkan DPR dan mengganti namanya menjadi DPR-GR. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Sidang Penghinaan Jokowi, JJ Rizal Sebut Rocky Gerung Jalankan Fungsi Intelektual

6 Maret 2024

Sidang Penghinaan Jokowi, JJ Rizal Sebut Rocky Gerung Jalankan Fungsi Intelektual

Dalam sidang Rocky Gerung, JJ Rizal mengulas sejarah saat Bung Hatta menggunakan kata-kata kasar dalam tulisannya di Koran Daulat Ra'jat

Baca Selengkapnya