Survei Dewan Pers: Media Arus Utama Dipilih Responden untuk Mencari Kebenaran

Jumat, 20 Agustus 2021 15:53 WIB

Ilustrasi media online. Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei Dewan Pers dan Universitas Prof. Dr. Moestopo menunjukkan sebagian besar responden memilih media arus utama untuk mencari kebenaran informasi.

“Kami memperoleh hasil bahwa media siber, televisi, Youtube, surat kabar harian, dan Twitter merupakan media teratas bagi khalayak di Indonesia untuk mengkonfirmasi berita-berita,” kata anggota tim peneliti survei, Natalina Nilamsari, dalam konferensi pers Peluncuran Hasil Riset Dewan Pers tentang Kepercayaan Publik terhadap Media Pers Arus Utama di Masa Pandemi Covid-19, Jumat, 20 Agustus 2021.

Dalam paparannya, sebanyak 32 persen responden menggunakan media siber untuk mencari kebenaran informasi, 18,13 persen menggunakan televisi atau streaming, 10,51 persen menggunakan Youtube, 8,26 persen menggunakan surat kabar harian.

Kemudian 7,33 persen menggunakan Twitter, 6,41 persen menggunakan WhatsApp, 5,25 persen menggunakan Instagram, 3,52 persen menggunakan Facebook, 2,31 persen menggunakan radio, 2,14 persen menggunakan surat kabar mingguan, 1,50 persen menggunakan Telegram, 1,44 persen menggunakan TikTok, dan 0,69 persen menggunakan Line.

Responden memilih media arus utama, seperti surat kabar harian, surat kabar mingguan, tv, radio, dan media siber karena informasi terpercaya, kecepatan informasi, dan kemudahan akses.

Advertising
Advertising

Adapun alasan pemilihan media sosial adalah karena kecepatan informasi dan kemudahan akses informasi, meski informasi tersebut rendah tingkat kepercayaannya.

Survei juga mengungkapkan bahwa sebagian besar responden cukup percaya dan percaya pada media arus utama. Natalina mengatakan, penyajian data dan fakta menjadi faktor utama media arus utama dipercaya. Adapun alasan responden yang kurang percaya dengan media pers adalah karena faktor penyajian berita tidak akurat dan narasumber hanya satu pihak.

Faktor media sosial dipercaya karena dapat menjadi penyeimbang informasi dari instansi tertentu dan orisinalitas. Sementara faktor media sosial kurang dipercaya adalah maraknya hoaks, informasi yang tidak jelas sumbernya, dan untuk kepentingan tertentu.

Survei Dewan Pers dan Universitas Prof. Dr. Moestopo ini melibatkan 1.020 responden dengan usia 13 tahun ke atas. Pengumpulan data dilakukan dengan survei secara daring. Teknik penentuan sampel secara proposional, dengan margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Berita terkait

Dewan Pers Minta Kampus Taati Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

1 hari lalu

Dewan Pers Minta Kampus Taati Perjanjian Penguatan dan Perlindungan Pers Mahasiswa

Sengketa jurnalistik pers mahasiswa kini ditangani oleh Dewan Pers. Kampus diminta taati kerja sama penguatan dan perlindungan pers mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Perkuat Kredibilitas Media Digital, AMSI dan RSF Luncurkan Journalism Trust Initiative

1 hari lalu

Perkuat Kredibilitas Media Digital, AMSI dan RSF Luncurkan Journalism Trust Initiative

AMSI dan RSF meluncurkan program sertifikasi media bertajuk Journalism Trust Initiative di Indonesia untuk memperkuat kredibilitas media digital.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

1 hari lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

2 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

5 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

12 hari lalu

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

Elon Musk, CEO platform media sosial X, pada Senin mengusulkan biaya langganan bagi pengguna baru

Baca Selengkapnya

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

15 hari lalu

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

Isu penanganan sampah kembali mencuat di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Sebagian di antaranya berupa sampah plastik.

Baca Selengkapnya

Kronologi Penganiayaan Jurnalis Sukandi Ali oleh Prajurit TNI AL di Halmahera Selatan

17 hari lalu

Kronologi Penganiayaan Jurnalis Sukandi Ali oleh Prajurit TNI AL di Halmahera Selatan

Baru-baru ini terjadi penganiayaan jurnalis Sukandi Ali oleh 3 prajurit TNI AL di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Begini kejadiannya.

Baca Selengkapnya

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

22 hari lalu

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

Jubir OIKN sebut video viral soal kandungan gas di wilayah IKN adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

22 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya