BM Diah, Wartawan Penyelamat Naskah Asli Proklamasi

Senin, 16 Agustus 2021 17:28 WIB

Perjuangan B.M. Diah, wartawan yang menemukan teks proklamasi diabadikan ke dalam cerita komik. Istimewa Dasman Djamaluddin, penulis buku B.M. Diah.

TEMPO.CO, Jakarta - Burhanuddin Mohammad Diah atau dikenal dengan nama BM Diah merupakan seorang tokoh pers, pejuang, diplomat, juga pengusaha. Ia adalah tokoh yang berperan menyelamatkan naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia tulisan tangan Bung Karno.

Dalam buku biografi "Butir-butir Padi B.M. Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman" karya Dasman Djamaluddin, Diah mengatakan naskah asli teks proklamasi dibuang ke tempat sampah begitu saja usai diketik oleh Sayuti Melik. Merasa barang itu merupakan bukti penting dalam sejarah Indonesia, Diah memutuskan mengambil dan menyimpannya selama 40 tahun.

B.M. Diah lahir di Kutaraja, 7 April 1917. Nama aslinya adalah Burhanuddin dan nama ayahnya adalah Mohammad Diah. Ayahnya merupakan seorang pegawai pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah.

Advertising
Advertising

Mengutip dari laman Perpustakaan Nasional, Diah menjalani pendidikannya di HIS dan melanjutkan pendidikannya di Taman Siswa Medan. Keputusan bersekolah di Taman Siswa diambil karena ia tidak mau belajar di bawah asuhan guru-guru Belanda. Saat usianya 17 tahun, ia merantau ke Jakarta dan beajar di Ksaatriaan Istituut dan memilih jurusan jurnalistik.

Setelah menyelesaikan studinya, Diah kembali ke Medan dan menjadi redaktur pada Harian sinar Deli. Satu setengah tahun kemudian, diah kembali ke Jakarta dan berkerja pada Harian Sin Po sebagai tenaga honorer. Kemudian, ia pindah ke Warta Harian dan akhirnya ia mendirikan usahanya sendiri yang diberi nama Percaturan Dunia.

Saat tentara Jepang datang dan menjajah Indonesia, Diah bekerja di Radio Hosokyoku sebagi penyiar siaran bahasa Inggris. Namun, saat itu, ia juga bekerja di Asia Raja. Akhir September 1945, setelah proklamasi kemerdakaan, Diah bersama rekan-rekannya berusaha mengambil alih Djawa Shimbun, sebuah percetakan milik Jepang, yang menerbitkan Harian Asia Raja.

Tanggal 1 Oktober 1945, Diah mendirikan Harian Merdeka dan menjadi pemimpin redaksi. Ia memimpin surat kabar ini hingga akhir hayatnya. Di bulan April 1945, Diah juga mendirikan Koran berbahasa Inggris, Indonesian Observer.

Saat pemerintah Orde Baru memutuskan untuk mengubah sebutan Tionghoa menjadi Cina dan Republik Rakyat Tiongkok menjadi Republik Rakyat Cina, Harian Merdeka dan Harian Indonesia Raya menjadi satu-satunya media yang tetap mempertahankan istilah Tionghoa dan Tiongkok.

Setelah merdeka, di tahun 1959, Diah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Cekoslowakia dan Hongaria. Selanjutnya, ia dipindahkan ke Inggris dan Thailand. Tahun 1966-1968, Diah menjabat sebagai Menteri Penerangan dan menjadi anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) dan dewan pertimbangan agung (DPA).

Di usia senjanya, BM Diah mendirikan hotel Hyatt Aryadutta di Jakarta. Karena perjuangan dan pengabdiannya bagi negara, ia dianugerahi dan diganjar dengan Bintang Mahaputera Utama dan Medali Perjuangan Angkatan 45. Ia menghembuskan nafas terkahirnya di Jakarta, 10 Juni 1996 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

EIBEN HEIZIER

Baca juga:

Alasan Sayuti Melik Berani Ubah Teks Proklamasi Tulisan Bung Karno

Berita terkait

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

1 hari lalu

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

Insan media yang terlibat dalam kontestasi atau menjadi tim sukses pada Pilkada 2024 diminta mengundurkan diri sebagai wartawan

Baca Selengkapnya

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

2 hari lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

2 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Negara Beragama

3 hari lalu

Mahfud Md Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama, tapi Negara Beragama

Mahfud Md, mengatakan relasi agama dan negara bagi Indonesia sebenarnya sudah selesai secara tuntas. Dia menegaskan bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi negara beragama.

Baca Selengkapnya

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

10 hari lalu

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

Wartawan Semyon Yeryomin gugur akibat serangan drone Ukraina pada akhir pekan lalu. Dia mendapat penghargaan dari Moskow

Baca Selengkapnya

Pembangunan Kantor Presiden sudah 80 Persen, HUT RI Tahun Ini Digelar di IKN

15 hari lalu

Pembangunan Kantor Presiden sudah 80 Persen, HUT RI Tahun Ini Digelar di IKN

Upcara HUT RI pada tahun ini dijamin bisa digelar di IKN setelah sejumlah bangunan inti seperti istana dan kantor presiden sudah hampir rampung.

Baca Selengkapnya

Sekjen PWI Pusat Klarifikasi Isu Penyelewengan Dana Hibah BUMN

26 hari lalu

Sekjen PWI Pusat Klarifikasi Isu Penyelewengan Dana Hibah BUMN

PWI Pusat melakukan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di 10 provinsi dengan dana dukungan Rp 6 miliar untuk periode Desember 2023 hingga Januari 2024.

Baca Selengkapnya

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

59 hari lalu

53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

5 Maret 2024

Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

Komite Publisher Rights bertugas menyelesaikan sengketa antara perusahaan pers dan perusahaan platform digital.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

5 Maret 2024

Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

Ninik mengatakan, Komite Publisher Rights penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas jurnalistik.

Baca Selengkapnya