Kasus Covid-19 Naik, Politikus PDIP Minta Pemerintah Tarik Rem Darurat

Minggu, 13 Juni 2021 11:51 WIB

Petugas kesehatan melakukan tes cepat antigen kepada penumpang bus yang akan masuk ke Surabaya di akses keluar Jembatan Suramadu, Surabaya, Ahad, 6 Juni 2021. Petugas gabungan melakukan penyekatan di jembatan tersebut menyusul adanya peningkatan kasus COVID-19 di Bangkalan, Madura. ANTARA/Didik Suhartono

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Charles Honoris meminta pemerintah mengambil langkah luar biasa untuk meredam angka penularan kasus Covid-19 yang melonjak saat ini. Ia mengatakan langkah ini juga demi mengantisipasi kolapsnya fasilitas kesehatan karena keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate melampaui batas.

"Dalam kondisi darurat seperti ini, rem harus ditarik oleh pusat, tidak lagi oleh daerah dengan berdasarkan sistem zonasi (merah, oranye, kuning, hijau) sebagaimana aturan PPKM Mikro," kata Charles dalam keterangannya, Ahad, 13 Juni 2021.

Charles mengatakan langkah ini harus dilakukan secara nasional, tak cukup dengan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang selama ini dilakukan. Apalagi, kata Charles, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah mengungkapkan indikasi bahwa ada pemerintah daerah yang sengaja mengurangi testing hanya demi mengejar status zona hijau di wilayahnya.

Politikus PDI Perjuangan ini mengatakan lonjakan drastis penularan Covid-19 pasca-libur Lebaran lalu telah berdampak pada meroketnya bed occupancy rate (BOR) fasilitas kesehatan di sejumlah daerah. Merujuk data Kementerian Kesehatan per Jumat, 11 Juni lalu, BOR di empat provinsi sudah melewati batas Badan Kesehatan Dunia (WHO) 60 persen.

Daerah itu adalah Jawa Tengah (65 persen), DKI Jakarta (63 persen), Jawa Barat (62 persen), dan Kalimantan Barat (61 persen). Khusus di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran Jakarta bahkan BOR sudah sampai 75 persen.

Advertising
Advertising

Menurut Charles, angka BOR di empat provinsi itu amat mengkhawatirkan. Apalagi, kata dia, beberapa laporan dari daerah menyatakan ada pasien yang pingsan saat mengantre untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

"Ada pula yang meninggal dunia saat baru masuk UGD. Ini adalah prakondisi faskes yang terancam kolaps," kata Charles.

Charles mengingatkan dengan kondisi ledakan Covid-19 di depan mata ini, seluruh pemangku kebijakan dan pemimpin-pemimpin daerah harus terbuka dan jujur tentang kondisi kesehatan di wilayahnya. Ia mewanti-wanti agar tak ada kondisi yang ditutup-tutupi.

"Selebihnya, biar pemerintah pusat yang cepat ambil kendali supaya ledakan Covid-19 yang mungkin terjadi tidak sampai sedestruktif seperti di India," ucapnya ihwal kenaikan kasus Covid-19.

Baca juga: Bupati Kudus Minta Warga Tak Khawatir soal Varian Baru Covid-19


BUDIARTI UTAMI PUTRI

Berita terkait

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

7 jam lalu

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

Politikus Senior PDIP, Andreas Hugo Pareira, merespons soal keinginan Prabowo Subianto yang membentuk presidential club atau klub kepresidenan.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

8 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Buka Enam Prodi di RS Pendidikan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis

9 jam lalu

Kemenkes Buka Enam Prodi di RS Pendidikan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis

Salah satu masalah lagi yang ada di Indonesia adalah distribusi dokter spesialis. Hampir 80 tahun Indonesia merdeka belum pernah bisa terpecahkan.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

15 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

15 jam lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Menakar Peluang Emil Dardak sebagai Wakil Khofifah Lagi setelah PDIP Merapat

18 jam lalu

Menakar Peluang Emil Dardak sebagai Wakil Khofifah Lagi setelah PDIP Merapat

Sebelum PDIP masuk, Khofifah telah lebih dahulu didukung Partai Golkar, Gerindra, Demokrat dan PAN sejak sebelum Pemilu 2024 berlangsung.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

22 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Tim Hukum TKN Sebut Gugatan PDIP di PTUN Tak Pengaruhi Pelantikan Prabowo-Gibran

1 hari lalu

Tim Hukum TKN Sebut Gugatan PDIP di PTUN Tak Pengaruhi Pelantikan Prabowo-Gibran

Tim Prabowo-Gibran mengatakan gugatan PDIP ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap KPU RI tidak akan mempengaruhi pelantikan pemenang Pilpres

Baca Selengkapnya

Diusung PDIP jadi Cagub DKI Jakarta, Basuki Hadimuljono: Saya Sudah 70 Tahun..

1 hari lalu

Diusung PDIP jadi Cagub DKI Jakarta, Basuki Hadimuljono: Saya Sudah 70 Tahun..

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengaku tidak mau masuk bursa Cagub DKI Jakarta karena sudah berusia 70 tahun.

Baca Selengkapnya

PSI Sebut Nama Jokowi Jadi Rebutan usai Tak Dianggap PDIP

1 hari lalu

PSI Sebut Nama Jokowi Jadi Rebutan usai Tak Dianggap PDIP

Ketua DPP PSI, Andre Vincent Wenas, mengatakan nama Presiden Jokowi menjadi rebutan di luar PDIP. PSI pun mengklaim partainya adalah partai Jokowi.

Baca Selengkapnya