Hari Lahir Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Tak Terpisahkan

Reporter

Tempo.co

Selasa, 1 Juni 2021 17:44 WIB

Pelayang menerbangkan layang-layang bergambar Garuda Pancasila saat Jakarta International Kite Festival 2013 digelar di Kawasan Monas, Jakarta (30/11). ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, yang tak bisa dipisahkan dengan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila merupakan lambang negara Indonesia yang mana seluruh asas kenegaraan di simbolkan melalui Pancasila.

Terdapat potongan semboyan Negara Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 66 tahun 1951 "Lambang Negara", kata tersebut merupakan semboyan yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Semboyan tersebut berdasarkan kehidupan banngsa Indonesia yang sejak dulu memiliki banyak keragaman, secara khusus sejarah semboyan Bhinneka Tunggal Ika telah ada sekitar abad ke-14 masa Kerajaan Majapahit.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam kitab kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular yang alami gubahan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang tak lain merupakan Raja Rajasanagara Majapahit.

Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular menemukan titik temu agama-agama yang berbeda di Nusantara, yang berarti mengajarkan toleransi antar agama yang kemudian tersebut menjadi ajaran yang dianut oleh pemeluk agama Hindu dan Buddha.

Advertising
Advertising

Istilah Bhinneka Tunggal Ika ini berasal Kakawin Sutasoma, dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap berbunyi: Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Artinya, Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Sebagai informasi, ada dua Kakawin yang ditulis oleh mpu Tantular yakni Arjunawijaya dan Sutasoma. Dilansir dari Indonesia.go.id, Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dilambangkan pita dicengkeraman kaki-kaki garuda atas rancangan Sultan Hamid II atau Syarif Abdul Hamid Alkadrie, disebarluaskan kepada publik pada tanggal 15 febuari 1950 saat sidang Kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat) yang dipimpin Bung Hatta.

Frasa bahasa Jawa Kuno secara harfiah diartikan “berbeda-beda namun tetap satu jua", itu ada pada sela-sela sidang BPUPKI, Mei sampai Juni 1945 saat rapat terbatas yang dilakukan Muhammad Yamin, Bung Karno, juga I Gusti Sugriwa. Muhammad Yamin dipercaya sebagai pengusulnya.

Impian bangsa Indonesia supaya dapat hidup berdampingan dan berdaulat tanpa adanya diskriminasi diharapkan dapat diperteguh melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini. Hikayat Hari Lahir Pancasila dan semboyan itu tak bisa dipisahkan.

TIKA AYU

Baca: Kronologi Hari Lahir Pancasila, Panitia Sembilan Rumuskan Gagasan Sukarno

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

2 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

Artefak dan barang antik yang dicuri oleh beberapa orang dan dibawa ke Amerika Serikat telah dikembalikan ke Indonesia. Apa itu artefak?

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

8 hari lalu

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

Tak hanya dipimpin raja, Majapahit pernah dipimpin perempuan. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

13 hari lalu

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

15 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

19 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

30 hari lalu

Asal Mula Hari Peduli Autisme Sedunia, Memahami Orang-orang dengan Spektrum Autisme

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Spektrum Autisme (ASD)

Baca Selengkapnya

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

37 hari lalu

Begini Ketentuan dan Bunyi Pasal Penistaan Agama yang Menjerat Panji Gumilang

Panji Gumilang dijerat Pasal Penodaan Agama, penghinaan terhadap agama di Indonesia masih mengacu pada Pasal 156a KUHP.

Baca Selengkapnya

70 Tahun Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Tokoh Lahir dari GMNI Mulai Megawati hingga Ganjar Pranowo

41 hari lalu

70 Tahun Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Tokoh Lahir dari GMNI Mulai Megawati hingga Ganjar Pranowo

70 tahun lalu Kongres I GMNI diadakan di Surabaya pada 23 Maret 1954. Megawati, Siswono Yudo Husodo hingga Ganjar Pranowo lahir dari GMNI.

Baca Selengkapnya

Fakta dan Peristiwa Supersemar, 3 Poin Penting Surat Perintah Sebelas Maret Sukarno kepada Soeharto

53 hari lalu

Fakta dan Peristiwa Supersemar, 3 Poin Penting Surat Perintah Sebelas Maret Sukarno kepada Soeharto

Fakta dan peristiwa Supersemar atau surat perintah 11 Maret yang menandai lengsernya Sukarno. Berikut 3 poin Supersemar Bung Karno kepada Soeharto.

Baca Selengkapnya