Komnas HAM Minta Pemerintah Hati-hati Beri Label Teroris untuk KKB Papua

Selasa, 27 April 2021 06:11 WIB

Komisioner Pendidikan & Penyuluhan Komnas HAM Beka Ulung Hapsara (ketiga kiri) menerima peryataan sikap dari perwakilan Forum Lintas Paguyuban se Papua di Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2019. Perwakilan Forum Lintas Paguyuban se Papua yang juga menjadi korban kerusuhan di Wamena mendesak Komnas HAM untuk turun tangan menyelesaikan kerusuhan yang terjadi di Wamena beberapa waktu yang lalu. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Beka Ulung Hapsara meminta pemerintah berhati-hati memberikan label teroris kepada kelompok bersenjata di Papua. Rencana mengkategorikan kelompok bersenjata Papua sebagai teroris ini pernah dilontarkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar.

Menyusul tewasnya Kepala Badan Intelijen Negara Papua Brigadir Jenderal TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya pada Ahad, 25 April lalu, sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat kembali menyuarakan dukungan agar kelompok bersenjata di Papua dikategorikan sebagai teroris. Brigjen Danny tewas dalam kontak senjata dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.

"Kaitannya dengan labelling teroris, saya kira pemerintah harus hati-hati. Dalam pengertian harus memperhitungkan dampak atau implikasinya baik di dalam negeri maupun internasional," kata Beka kepada Tempo, Senin malam, 26 April 2021.

Beka mengatakan Komnas HAM dalam posisi menentang terjadinya semua bentuk kekerasan di tanah Papua oleh siapa pun. Komnas, kata dia, mendukung adanya penegakan hukum kepada kelompok bersenjata agar tak ada lagi tindakan kekerasan, baik kepada masyarakat sipil maupun kepada aparat negara.

Namun, Beka mengatakan ada sejumlah implikasi jika negara mengkategorikan KKB di Papua sebagai teroris. Pertama, ia mempertanyakan apakah pelabelan teroris itu dapat menyelesaikan siklus kekerasan yang ada di Papua. Adapun secara internasional, Beka mengingatkan, Indonesia telah meratifikasi berbagai perjanjian internasional tentang hak asasi manusia.

Advertising
Advertising

"Bagaimana dengan standar-standar atau perjanjian, instrumen internasional yang sudah sekian banyak kita ratifikasi? Jadi intinya hati-hati kita untuk menyematkan predikat itu," kata Beka.

Menurut Beka, yang terpenting adalah menghentikan siklus kekerasan di Papua. "Caranya apa, ya penegakan hukum," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala BNPT Boy Rafli Amar mengatakan lembaganya tengah mengkaji opsi untuk mengkategorikan Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua sebagai teroris. Anggota Komisi Pertahanan DPR Syaifullah Tamliha pun beberapa kali menyatakan dukungan atas gagasan tersebut.

Menurut Tamliha, KKB telah membunuh warga sipil sehingga layak dikategorikan sebagai kelompok terorisme yang harus ditumpas. Ia mengatakan, terbunuhnya Kepala BIN Papua--seorang jenderal TNI bintang satu--mesti disikapi dengan serius dan tegas oleh Presiden Joko Widodo.

"Demi martabat NKRI dan kedaulatan bangsa, KKB di Papua perlu segera ditindak dengan tegas," kata politikus Partai Persatuan Pembangunan ini dalam keterangan tertulisnya.

Adapun Presiden Jokowi telah memerintahkan aparat untuk mengejar dan menangkap KKB. Menurut Beka Ulung Hapsara, sikap Presiden itu sudah tepat. Hanya saja, ia menilai Presiden kurang menginstruksikan untuk mengadili sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

"Apa yang diperintahkan Presiden sudah tepat, artinya kan mengejar menangkap, hanya kurang (perintah) mengadili," ujar Beka.

Di sisi lain, Beka melanjutkan, aparat harus tepat pula menerjemahkan instruksi itu. Ia mengingatkan agar aparat tetap bekerja sesuai koridor penegakan hukum, misalnya dengan memaksimalkan fungsi intelijen untuk mengidentifikasi kelompok mana yang melakukan penembakan.

"Jangan sampai aparat kemudian malah melakukan tindakan melawan hukum atau melakukan kekerasan kepada masyarakat yang tidak tahu apa-apa," kata komisioner Komnas HAM Beka Ulung.

Berita terkait

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

1 hari lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

1 hari lalu

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

Boyamin Saiman menyambangi KPK hari ini untuk menyampaikan surat permohonan bantuan kepada Nurul Ghufron. Satire minta dibantu mutasi PNS.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

2 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Kepala BNPT: Tingkatkan Kualitas Asesmen untuk Kemanan World Water Forum

4 hari lalu

Kepala BNPT: Tingkatkan Kualitas Asesmen untuk Kemanan World Water Forum

Tindakan ini guna memastikan kemanan World Water Forum Ke-10 di Bali pada Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

5 hari lalu

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

Israel meningkatkan tuduhannya pada Maret, dengan mengatakan lebih dari 450 staf UNRWA adalah anggota militer dalam kelompok teroris Gaza.

Baca Selengkapnya

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

6 hari lalu

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

Pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens. Belum ada perkembangan signifikan.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

7 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut delapan tersangka teroris itu berinisial G, BS, SK, A, MWDS, DK, H, dan RF.

Baca Selengkapnya

TNI Pastikan Tak Ada Perubahan Pendekatan di Papua usai Rakor dengan Menko Polhukam

7 hari lalu

TNI Pastikan Tak Ada Perubahan Pendekatan di Papua usai Rakor dengan Menko Polhukam

Kemenko Polhukam sebelumnya menggelar rapat koordinasi untuk membahas situasi terkini di Papua yang juga dihadiri oleh Panglima TNI.

Baca Selengkapnya

Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

7 hari lalu

Kemenko Polhukam Bakal Kaji Istilah Kelompok Bersenjata di Papua

Kemenko Polhukam belum bisa memastikan apakah penyebutan OPM seperti yang dilakukan TNI akan dijadikan keputusan negara.

Baca Selengkapnya

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

7 hari lalu

Menko Polhukam Rapat Koordinasi dengan Panglima TNI hingga Kapolri soal Situasi Papua, Ini yang Dibahas

Pertemuan itu dilakukan untuk membahas berbagai situasi terakhir di Papua.

Baca Selengkapnya