Survei IPO Sebut Program Jokowi Tangani Pandemi Covid-19 Dapat Nilai Negatif

Reporter

Friski Riana

Sabtu, 10 April 2021 12:35 WIB

Presiden Joko Widodo berfoto bersama usai memberikan bantuan modal kerja kepada pedagang kecil yang terdampak COVID-19 di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Selasa 21 Juli 2020. Presiden memberikan bantuan sebesar Rp2,4 juta kepada masing-masing pedagang. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Jakarta - Survei Indonesia Political Opinion menunjukkan kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam penanganan pandemi Covid-19 mendapat nilai negatif dari responden.

"Program pemerintah justru lebih banyak hal negatif, misal kecurigaan terkait dikorupsi, tidak signifikan membantu, termasuk tidak transparan dan terbuka," kata Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah dalam diskusi Polemik Trijaya, Sabtu, 10 April 2021.

Dedi mengatakan dalam survei yang melibatkan 1.200 responden pada 10-22 Maret 2021, responden dimintai pendapatnya soal bantuan tunai, pembagian sembako, dan program Prakerja.

Metode survei yang dipakai ialah multistage random sampling atau teknik pengambilan sampel bertingkat. Survei ini mengambil representasi sample sejumlah 1200 responden yang tersebar proporsional secara nasional.

Dengan teknik tersebut memungkinkan setiap anggota populasi (responden) mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi responden. Untuk menguji validitas responden, IPO melakukan spot check pada 15 persen dari total populasi sample.

Advertising
Advertising

Menurut Dedi, hanya 29,9 persen masyarakat menyatakan bantuan tunai tepat sasaran, 51,3 persen menyatakan tidak tepat. Kemudian 59 persen menyatakan efektif. "Artinya bantuan tunai dianggap tidak tepat sasaran tapi efektif," ucapnya.

Untuk program pembagian sembako, responden yang menyatakan tepat sasaran 61,7 persen. Namun program ini juga dianggap tidak tepat 63 persen. Dedi meniai, masalah semua program rata-rata karena ketidaktepatan penerimanya.

Adapaun pada program Prakerja, Dedi menyebut cukup mengkhawatirkan karena hanya 23 persen menyatakan tepat sasaran. Kemudian 32 persen menyatakan efektif. "Berarti program Prakerja dianggap tidak tepat sasaran dan dianggap tidak efektif yaitu 44 persen," kata dia.

Selain itu, Dedi mengungkapkan ada 68,1 persen responden mengatakan jaring pengaman sosial rawan dikorupsi. Sebanyak 51 persen menyatakan jaring pengaman sosial tidak signifikan membantu, dan 54,7 persen beranggapan pemilihan penerima bantuan tidak transparan dan terbuka.

Berkaca dari hasil survei, Dedi menyarankan agar kementerian yang ditugaskan soal pendataan penerima bantuan sosial (bansos) di program pemerintahan Jokowi harus dievaluasi.

Baca juga: Survei Kinerja Jokowi dan Ma'ruf saat Pandemi, IPO: Ada Kejomplangan

FRISKI RIANA

Berita terkait

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

21 menit lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

10 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

10 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

12 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Beredar Video Harvey Moeis Jalan-Jalan Meski Ditahan, Kuasa Hukum: Itu Nyebar Fitnah

12 jam lalu

Beredar Video Harvey Moeis Jalan-Jalan Meski Ditahan, Kuasa Hukum: Itu Nyebar Fitnah

Kuasa hukum Harvey Moeis dan istrinya Sandra Dewi, Harris Arthur Hedar, membantah kliennya berkeliaran di salah satu pusat pembelanjaan di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

15 jam lalu

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

Ni'matul Huda, menilai pernyataan hakim MK Arsul Sani soal dalil politisasi bansos tak dapat dibuktikan tak bisa diterima.

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

16 jam lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

17 jam lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

19 jam lalu

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

Jokowi mengatakan dia dan pihak lain boleh ikut berpendapat jika dimintai saran soal susunan kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

20 jam lalu

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

Menkomarinves Luhut Pandjaoitan buka kemungkinan kewarganegaraan ganda untuk diaspora. Apa saja alasan dan syaratnya?

Baca Selengkapnya