BMKG Minta NTB Hingga Jateng Waspada Dampak Tak Langsung Siklon Seroja
Reporter
Budiarti Utami Putri
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 8 April 2021 03:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan Siklon Tropis Seroja mulai bergerak menjauhi wilayah Indonesia dan menuju ke Samudera Hindia, tepatnya ke sebelah barat Australia. BMKG pun memprediksi pada 8-9 April 2021 pengaruh Siklon Seroja sudah semakin melemah di kawasan Nusa Tenggara Timur.
"Pengaruh Siklon Seroja ini sudah semakin melemah, meskipun dapat juga berkembangnya semakin kuat ke arah barat daya," kata Dwikorita dalam konferensi pers, Rabu malam, 7 April 2021.
Dwikorita mengatakan Siklon Tropis Seroja masih berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang. Namun untuk wilayah NTT, diprediksi intensitas hujan kian menurun dari hujan sangat lebat menjadi lebat, sedang, kemudian diharapkan menjadi hujan ringan.
Meski begitu, Dwikorita mengatakan beberapa provinsi lainnya perlu waspada terhadap dampak tak langsung pergerakan Siklon Seroja ke arah Samudera Hindia. "Perlu ada kewaspadaan untuk wilayah Bali, NTB, Jawa Timur Yogyakarta, dan Jawa Tengah dari pengaruh tidak langsung Siklon Seroja yang menjauh ini," ujar Dwikorita.
Selain itu, Dwikorita melanjutkan, Siklon Seroja masih berdampak pada potensi tinggi gelombang hingga ketinggian 2,5-4 meter di perairan selatan Pulau Jawa dan NTB, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga Bali, dan perairan selatan Pulau Sumba hingga Pulau Rote.
Ada pula potensi tinggi gelombang mencapai 4-6 meter yang berpeluang terjadi di perairan selatan NTB hingga selatan Pulau Sumba.
<!--more-->
Dwikorita mengatakan BMKG terus melakukan mitigasi dengan menyebarkan informasi kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat melalui berbagai kanal. Namun ia pun menjelaskan, terbentuknya Siklon Seroja di wilayah tropis seperti Indonesia berlangsung dengan amat cepat.
Ia mengatakan proses terjadinya siklon di daerah tropis berbeda dengan yang terjadi di Hongkong, Jepang, hingga Amerika yang berada di garis lintang tinggi. Di daerah-daerah itu, proses pembentukan siklon bisa lebih panjang bahkan memerlukan waktu lebih dari satu pekan.
Proses pembentukan siklon yang cepat di kawasan tropis disebutnya menyebabkan informasi mitigasi itu pun berlangsung dalam waktu pendek, yaitu sekitar tiga hari. Dwikorita mengatakan, BMKG menyampaikan informasi untuk mitigasi pun mengikuti fenomena tersebut.
"Fenomenanya tidak sama dengan subtropis. Standar prosedur yang dilakukan BMKG mengikuti fenomena itu. Nanti hilangnya juga sangat cepat, ini besok atau hari ini sudah mulai pergi. Itulah yang membuat peringatan dini itu tidak bisa rentangnya panjang," ujar Dwikorita.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengatakan informasi dari BMKG selalu menjadi perhatian lembaganya. "Dan kami imbau semua pihak untuk bisa mengikuti informasi yang disampaikan BMKG," kata Doni.
BACA: BMKG: Siklon Tropis Seroja Diprediksi Meningkat 24 Jam Ke Depan
BUDIARTI UTAMI PUTRI