Peneliti Klaim Vaksin Nusantara Punya Efek Samping Minimal

Reporter

Jamal A Nashr

Editor

Amirullah

Minggu, 21 Februari 2021 20:12 WIB

Pedagang Pasar Tanah Abang saat antre untuk menjalani vaksinasi COVID-19 massal di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu, 17 Februari 2021. Vaksinasi COVID-19 tahap kedua yang diberikan untuk pekerja publik dan lansia itu dimulai dari pedagang Pasar Tanah Abang di blok A, B, F, dan G. Total sasaran vaksinasi tahap kedua ini mencapai 38.513.446 yang terdiri dari 21 juta lebih lansia, dan hampir 17 juta untuk pekerja pelayanan publik. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
TEMPO.CO, Semarang - Vaksin Nusantara telah rampung penelitian fase pertama. Anggota Tim Peneliti Vaksin Nusantara Yetty Movieta Nency menyebutkan fase satu untuk melihat keamanan telah dilalui.
"Alhamdulillah efek samping minimal, berjalan singkat, dan tak perlu pengobatan," katanya pada Kamis, 18 Februari 2021. Dia menyebutkan, dalam penelitian fase itu melibatkan 27 orang subjek penelitian.
Dalam pengamatan singkat selama empat pekan tersebut, kata Yetty, terjadi peningkatan antibodi pada subjek. Pihaknya kini menunggu restu Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM untuk memasuki penelitian fase kedua.
Selanjutnya Vaksin Nusantara akan memasuki penelitian fase kedua yang melibatkan 180 subjek. "Itu juga akan meneliti keamanan ditambah pengaturan dosis dan efikasi," sebutnya. Dia mengatakan, di penelitian fase ketiga akan melibatkan 1.600 subjek. Di fase ini khasiat serta efek samping Vaksin Nusantara dalam populasi yang besar akan diteliti.
Menurut dia, Vaksin Nusantara memiliki efek samping minimal karena berasal dari sel yang diambil dari tubuh subjek. "Benda asing dibandingkan dari tubuh manusia itu kan beda. Itu dari darah kita diolah dimasukkan lagi. Di situlah keunggulannya," tutur dia.
Seluruh proses vaksinasi, kata Yetty, memerlukan waktu satu pekan. Meliputi pengambilan sel dendritik dari darah subjek dan pengenalan dengan antibody SARS-CoV-2. Hasilnya kemudian disuntikkan kembali ke tubuh subjek.
Menurut dia, Vaksin Nusantara hasil kerja sama Balai Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan, RSUP dr Kariadi, dan Universitas Diponegoro Kota Semarang. "Inisiasinya dari Dokter Terawan," ungkap dia.
Yetty mengatakan, harga Vaksin Nusantara lebih murah dibandingkan vaksin yang telah beredar. Harga Vaksin Nusantara cukup terjangkau karena anggaran penyimpanan, distribusi yang minimal. "Jika telah diproduksi masal, harga satu dosis Vaksin Nusantara kira-kira 10 USD," tuturnya.
JAMAL A. NASHR
Catatan Redaksi:
Judul berita ini direvisi pada Rabu, 24 Februari 2021, pukul 07.19 WIB. Sebelumnya judul berita adalah "Peneliti Klaim Vaksin Nusantara Lolos Penelitian Fase Pertama". Terima Kasih.

Berita terkait

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

2 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

3 hari lalu

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

BPOM angkat bicara soal keamanan produk es krim Magnum yang beredar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

7 hari lalu

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

9 hari lalu

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

Sebelumnya, pemerintah membatasi barang TKI atau pekerja migran Indonesia, tetapi aturan ini sudah dicabut. Begini isi aturannya.

Baca Selengkapnya

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

22 hari lalu

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.

Baca Selengkapnya

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

34 hari lalu

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

Vaksinasi tuberkulosis sebagai penanganan imunologi diharapkan bisa perpendek durasi pengobatan, sederhanakan regimen atau perbaiki hasil pengobatan

Baca Selengkapnya

BPOM Temukan Mi Berformalin di Pasar Depok Jaya, Pemerintah Kota Bakal Telusuri Semua Pasar

37 hari lalu

BPOM Temukan Mi Berformalin di Pasar Depok Jaya, Pemerintah Kota Bakal Telusuri Semua Pasar

Pemkot Depok akan menyusuri tiap pasar bersama BPOM untuk menjamin produk yang dijual aman dikonsumsi masyarakat.

Baca Selengkapnya

Kejaksaan Agung Geledah Rumah Helena Lim, Kasus Apa? Ini Profil Crazy Rich PIK dan Sederet Kontroversinya

41 hari lalu

Kejaksaan Agung Geledah Rumah Helena Lim, Kasus Apa? Ini Profil Crazy Rich PIK dan Sederet Kontroversinya

Crazy rich PIK Helena Lim menjadi sorotan lantaran rumahnya digeledah Kejaksaan Agung, dugaan kasus korupsi izin tambang timah. Siapakah dia?

Baca Selengkapnya

Modus Jastip Barang Luar Negeri yang Disebut Rugikan Industri Retail: Membagi Muatan hingga Buka Bungkus Barang

43 hari lalu

Modus Jastip Barang Luar Negeri yang Disebut Rugikan Industri Retail: Membagi Muatan hingga Buka Bungkus Barang

Para pelaku jastip disebut memiliki berbagai trik untuk mengakali petugas Bea Cukai ketika mendarat di bandara atau pelabuhan.

Baca Selengkapnya

Ada Celah Aturan, Pakar Hukum Jelaskan Pelaku Jastip dari Luar Negeri Tak Jera Meski Pernah Ditindak

44 hari lalu

Ada Celah Aturan, Pakar Hukum Jelaskan Pelaku Jastip dari Luar Negeri Tak Jera Meski Pernah Ditindak

Pakar hukum pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, mengatakan tak munculnya efek jera para pelaku jastip karena aturan tidak secara tegas.

Baca Selengkapnya