Survei KPAI: Mayoritas Siswa Setuju Sekolah Tatap Muka

Senin, 28 Desember 2020 14:55 WIB

Petugas membersihkan ruangan kelas saat melakukan persiapan pembukaan sekolah tatap muka di SMA 30, Jakarta, Senin 14 Desember 2020. Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta memutuskan untuk memperbolehkan sekolah melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Januari 2021. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta-Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 48.817 dari 62.448 peserta didik atau 78,17 persen responden setuju sekolah tatap muka muka dibuka pada Januari 2021. Sebanyak 6.241 siswa atau sekitar 10 persen menyatakan tak setuju dan 7.390 siswa atau sekitar 12 persen menyatakan ragu-ragu.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan responden yang setuju sekolah tatap muka dibuka Januari 2021 umumnya memberikan alasan sudah jenuh dengan pembelajaran jarak jauh dan butuh variasi dengan pembelajaran tatap muka. "Terutama untuk praktikum dan membahas materi-materi yang sangat sulit yang tidak bisa diberikan melalui PJJ," kata Retno dalam keterangan tertulis, Senin, 28 Desember 2020.

Menurut Retno, hampir 56 persen responden yang setuju sekolah tatap muka menyampaikan alasan ini, terutama siswa kelas 6 SD, kelas 9 SMP, dan kelas 12 SMA/SMK.

Adapun para responden yang tak setuju pembelajaran tatap muka dibuka Januari 2021, lanjut Retno, umumnya khawatir tertular lantaran kasus Covid-19 di daerah tempat tinggal mereka masih tinggi. Sebanyak 45 persen dari responden yang menolak sekolah tatap muka Januari 2021 menyatakan alasan ini.

Selain itu, sebanyak 40 persen responden yang menolak juga meragukan kesiapan sekolah dalam menyediakan infrastruktur dan protokol kesehatan untuk adaptasi kebiasaan baru.

Retno berujar survei dilakukan selama satu pekan pada 11-18 Desember 2020 dengan 62.448 siswa. Sebanyak 55 persen di antaranya merupakan responden laki-laki dan 45 persen responden perempuan.

Para responden berasal dari jenjang pendidikan SD (25.476 siswa atau 40,18 persen), SMP (28.132 siswa atau 46 persen). Kemudian SMA (3.707 siswa atau 5,6 persen), SMK (4.184 siswa atau 6,7 persen), dan siswa Sekolah Luar Biasa (49 siswa atau 0,08 persen), serta madrasah (900 siswa atau 1,44 persen).

Responden berasal dari 34 provinsi dengan mayoritas dari Pulau Jawa. Adapun provinsi dengan jumlah responden tertinggi adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur, DI Yogyakarta. Disusul Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Banten, Bengkulu, dan lainnya.

Responden mengikuti survei dengan mengisi Google Form yang disebarkan melalui Whatsapp dan Facebook. Penyebaran kuisioner dibantu penggiat pendidikan dan para guru dalam jaringan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). "Survei singkat ini dibuat memang untuk mendengarkan suara anak-anak Indonesia," kata Retno.

Retno menuturkan survei juga menemukan bahwa masih minim persiapan untuk pembukaan sekolah. Dari 5,25 persen responden yang sudah mengikuti pembelajaran tatap muka, 8,04 persen di antaranya menyatakan tak ada wastafel atau tempat cuci tangan dalam bentuk apa pun di sekolahnya.

Kemudian, 67,31 persen siswa yang sudah sekolah tatap muka menyatakan tak pernah melihat ada bilik disinfektan di sekolahnya dan 52,67 persen menyatakan belum pernah melihat sosialisasi tertulis protokol kesehatan tertempel di lingkungan sekolah.

Sosialisasi lisan pun tercatat minim. Sebanyak 77,36 responden yang sudah sekolah tatap muka mengaku tak pernah mendapat sosialisasi secara lisan protokol kesehatan di sekolah. Mereka langsung masuk sekolah dengan ketentuan wajib memakai masker selama berada di lingkungan sekolah.

Sedangkan 22,64 persen responden menyatakan pernah menerima sosialisasi protokol kesehatan dari pihak sekolah sebelum dimulainya pembelajaran tatap muka, tetapi rata-rata hanya satu kali sosialisasi saja.

KPAI mendorong pemerintah pusat dan daerah mempersiapkan sungguh-sungguh rencana pembelajaran tatap muka agar sekolah tak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Retno meminta pemerintah melakukan pemetaan kesiapan setiap sekolah. "Meski zonanya hijau, tetapi sekolah belum siap, maka tunda PTM, tetap perpanjang PJJ, perlu keterlibatan aktif Gugus Tugas Covid-19 daerah," kata Retno.

Dia juga menyarankan agar pembelajaran tatap muka hanya untuk materi yang sulit, sangat sulit, dan memerlukan praktikum. Sedangkan materi sedang dan mudah diberikan lewat PJJ. Selain itu, KPAI menilai harus ada panduan bagi sekolah dan daerah saat akan menggelar pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh secara campuran.

"Sekolah harus didampingi dan didukung pendanaan untuk menyiapkan infrastruktur dan protokol kesehatan/SOP adapatsi kebiasaan baru (AKB) di satuan pendidikan. Kalau belum siap sebaiknya tunda buka sekolah pada Januari 2021," ujar Retno.

BUDIARTI UTAMI PUTRI

Berita terkait

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

23 hari lalu

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

KPAI meminta orang tua memanfaatkan momen libur Idul Fitri untuk memaksimalkan peran pengasuhan yang terbaik bagi anak.

Baca Selengkapnya

KPU Akan Umumkan Penetapan Hasil Pemilu 2024 Hari Ini, Sekolah di Jakpus Gelar PJJ

45 hari lalu

KPU Akan Umumkan Penetapan Hasil Pemilu 2024 Hari Ini, Sekolah di Jakpus Gelar PJJ

Seiring penetapan hasil Pemilu 2024 oleh KPU hari ini, sebagian sekolah di Jakpus yang dekat dengan kantor penyelenggara pemilu akan lakukan PJJ.

Baca Selengkapnya

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

46 hari lalu

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

KPAI menyarankan partisipasi anak dalam berbagai kegiatan Ramadan demi mencegah terjadinya kekerasan yang melibatkan anak, seperti perang sarung.

Baca Selengkapnya

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

47 hari lalu

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

KPAI mengimbau pelbagai lembaga keagamaan, seperti pesantren, lembaga zakat, dan ormas Islam, membantu mengarahkan kegiatan anak selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

52 hari lalu

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

Sepanjang awal 2024, KPAI mencatat ada 46 kasus anak mengakhiri hidup akibat kekerasan anak, yang hampir separuhnya terjadi di satuan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

53 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

55 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

Polisi tetapkan ibu kandung bunuh anaknya sendiri di Bekasi sebagai tersangka. KPAI mengambil tindakan cepat.

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

55 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

Kasus ibu bunuh anak di Bekasi menambah catatan anak menjadi korban saat diasuh orang dengan gangguan kejiwaan

Baca Selengkapnya

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

1 Maret 2024

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

Kasus dugaan penganiayaan santri di sebuah pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur, menuai reaksi dari Kemenag, KPAI, dan PPPA. Apa reaksi mereka?

Baca Selengkapnya

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

29 Februari 2024

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

KPAI akan melakukan pengawasan ke Kediri bersama tim untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak anak dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya