Penguntitan Atas Rizieq Wajar, ISESS: Soal Penembakan Polisi Harus Transparan

Reporter

Egi Adyatama

Selasa, 8 Desember 2020 14:18 WIB

Pemimpin FPI, Rizieq Shihab dalam acara dialog nasional atau reuni alumni 212 pada Rabu, 2 Desember 2020. Dalam reuni 212 yang digelar secara virtual tersebut, Rizieq meminta maaf pada masyarakat lantaran telah menyebabkan kerumunan sepulangnya ke Tanah Air. Youtube/Front TV

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) bidang Kepolisian, Bambang Rukminto, menilai bahwa langkah kepolisian mengintai dan menguntit pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, adalah hal yang wajar. Meski begitu, ia menyayangkan penguntitan itu berakhir dengan insiden yang menewaskan enam orang anggota FPI.

"Dalam kasus Rizieq ini, juga ada alasan masuk akal karena beberapa kali mangkir dari panggilan, bahkan memprovokasi pengikutnya untuk melakukan penghadangan petugas. Ini tentunya adalah preseden buruk bila dibiarkan terus menerus," kata Bambang saat dihubungi Tempo, Selasa, 8 Desember 2020.

Rizieq sebenarnya telah selesai berurusan dengan polisi di kasus-kasus terdahulunya. Namun sekembalinya dia ke Indonesia pada 10 November lalu, ia kembali dipanggil Polda Metro Jaya terkait dengan dugaan pelanggaran protokol kesehatan.

Juru Bicara FPI Munarman, mempertanyakan langkah kepolisian yang menguntit dan mengintai Rizieq. Ia menilai langkah tersebut terlalu berlebihan untuk kasus sebatas pelanggaran protokol kesehatan.

Meski begitu, Bambang menilai dalam proses penyelidikan, menguntit, mengikuti, atau memata-matai seseorang bisa dibenarkan. Apalagi anggota polisi diberikan kewenangan oleh negara melakukan tugas kepolisian sebagai penegak hukum, penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Advertising
Advertising

"Makanya wajar bila polisi melakukan penguntitan, karena indikasi Rizieq tidak kooperatif itu sudah ada sebelumnya," kata Bambang.

Walau demikian, Bambang menyesalkan penguntitan yang terjadi pada Senin dini hari, 7 Desember 2020, berujung pada kematian enam anggota FPI. Namun ia mengatakan hal ini bukan tak bisa diprediksi.

"Bila melihat indikasi-insiden sebelumnya, insiden itu bisa terjadi kapan saja, dan sekedar menunggu waktu saja. Karena upaya pembangkangan dan melawan hukum itu sudah ada sejak awal," kata Bambang.

Ia mengatakan dengan adanya klaim berbeda dari FPI maupun polisi terkait kronologis kejadian, maka diperlukan adanya transparansi. Ia meminta Polda Metro Jaya memberikan penjelasan lebih gamblang, dan transparan terkait kronologi, TKP, maupun rentetan-rentetan berikutnya seperti uji laboratorium, forensik, hingga balistik.

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

10 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

12 jam lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

19 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

23 jam lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

1 hari lalu

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

Polda Metro Jaya mengungkap laboratorium terselubung narkoba jenis cannabinoid/MDMB-4en-Pinaca atau ganja sintetis di Sentul, Bogor.

Baca Selengkapnya

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

1 hari lalu

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

Polisi saat ini masih mendalami keterlibatan orang-orang yang diduga membantu pelaku pembunuhan korban yang mayatnya ditemukan dalam koper.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

1 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

1 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

1 hari lalu

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

Polisi mengungkapkan Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (29) menyetubuhi RM, sebelum membunuhnya dan mayat perempuan itu ditemukan di dalam koper di Cikarang.

Baca Selengkapnya

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

3 hari lalu

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

IPW menilai proses pemeriksaan terhadap tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi tak cukup berhenti di kesimpulan bunuh diri.

Baca Selengkapnya