KAMI Mengecam Pembubaran Acara yang Dihadiri Gatot Nurmantyo

Reporter

Egi Adyatama

Selasa, 29 September 2020 15:06 WIB

Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo ikut menjadi pembicara dalam Kampanye Capres 02, Prabowo Subianto di Surabaya, 12 April 2019. Video Live Streaming/Facebook Prabowo Subianto

TEMPO.CO, Jakarta- Ketua Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Ahmad Yani mengecam pembubaran acara oleh polisi di Surabaya, Jawa Timur, Ahad malam, 27 September 2020 lalu. Dalam acara itu, hadir salah satu inisiator KAMI, eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo. "Pertama kami menyesalkan tindakan brutal, tak beradab, tidak berdasarkan pikiran dan akal," kata Ahmad Yani saat dihubungi Tempo, Selasa, 29 September 2020.

Ahmad Yani mengatakan pendemo yang menolak acara KAMI menuding bahwa Koalisi akan melakukan makar. Padahal, menurut Ahmad Yani, apa yang dilakukan kami masih ada dalam tahap hak berkonstitusi bagi warga negara.

Dia berujar KAMI sudah membuat surat pemberitahuan kepada Polda Jawa Timur untuk menggelar acara. Namun polisi hingga Satgas Covid-19 Surabaya datang untuk membubarkan acara tanpa memberi asesmen terlebih dulu. "Itu (asesmen) tidak dilakukan, pokoknya membatalkan menggunakan kekuasaan," kata politikus Partai Persatuan Pembangunan itu.

Ahmad Yani juga menyesalkan pembubaran acara yang dihadiri Gatot di hotel tempat purnawirawan jenderal TNI Angkatan Darat itu menginap. Ahmad Yani berujar Gatot memang mengundang sejumlah ulama untuk sarapan pagi di hotel. Acara itu, kata Ahmad Yani, adalah bentuk silaturahmi.

Namun kemudian polisi datang dan meminta acara yang digelar secara tertutup itu dibubarkan. Alasan polisi, kata Ahmad Yani, acara tersebut mengundang massa aksi demonstrasi datang ke sekitaran hotel dan mengganggu situasi.

"Kata polisi justru jika mereka (pendemo) dibubarkan tak benar. Mereka tetap. Bahkan Pak Gatot mau keluar pun masih dihadang. Di situlah keluar kata-kata yang seperti binatang itu (ditujukan pada Gatot)," kata Ahmad.

Ahmad Yani menyesalkan perlakuan diskriminatif yang diterima KAMI. Ia merasa pemerintah memiliki standar ganda terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat. "Kok kita ini standar ganda. Pilkada boleh dilanjutkan terus menerus, meski imbauan begitu banyak. Tapi kita silaturahmi tak boleh. Jadi kalau kegiatan yang pro pemerintah boleh, yang kritis gak boleh. Apa itu yang dimaksud? Kalau gitu mundur dong demokrasi kita," kata Ahmad Yani.

Berita terkait

Bareskrim Buru Warga Nigeria Diduga Otak dari Penipuan yang Rugikan Perusahaan Singapura Rp 32 Miliar

1 jam lalu

Bareskrim Buru Warga Nigeria Diduga Otak dari Penipuan yang Rugikan Perusahaan Singapura Rp 32 Miliar

Dirtipidsiber Bareskrim Polri menyebut saat ini penyidik juga masih mengejar diduga pelaku berinisial S warga negara Nigeria.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

3 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

3 hari lalu

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International kecam kekerasan polisi di dua kampus di Makassar saat Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya

Polisi Diduga Tabrak Pengendara Motor Hingga Tewas, Laporan Keluarga Korban Sempat Diabaikan Polres Bogor

3 hari lalu

Polisi Diduga Tabrak Pengendara Motor Hingga Tewas, Laporan Keluarga Korban Sempat Diabaikan Polres Bogor

Keluarga korban sempat mendapat perlakuan tidak enak dari pelaku yang seorang polisi berpangkat Bripda. Polres Bogor disebut telah olah TKP.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

4 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

4 hari lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

4 hari lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

4 hari lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

5 hari lalu

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

Polda Metro Jaya mengungkap laboratorium terselubung narkoba jenis cannabinoid/MDMB-4en-Pinaca atau ganja sintetis di Sentul, Bogor.

Baca Selengkapnya

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

5 hari lalu

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

Polisi saat ini masih mendalami keterlibatan orang-orang yang diduga membantu pelaku pembunuhan korban yang mayatnya ditemukan dalam koper.

Baca Selengkapnya