Kota Mataram Minta RS Swasta Tak Layani Tes Swab Covid-19 Mandiri

Reporter

Antara

Selasa, 7 Juli 2020 09:37 WIB

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar memfasilitasi swab test metode PCR bagi Persib Bandung di Graha Persib, Kota Bandung, Jumat (3/7/20). (Foto: Yogi P/Humas Jabar)

TEMPO.CO, Mataram - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, meminta semua rumah sakit (RS) swasta di kota itu tidak melayani tes cepat dan tes swab Covid-19 mandiri agar warga kota yang dinyatakan reaktif maupun positif Covid-19 bisa terdata dan terkontrol dengan tes serta swab terpusat di fasilitas kesehatan pemerintah.

"Kami berharap, kalau ada warga Kota Mataram yang akan melakukan rapid dan swab mandiri di RS swasta sebaiknya disarankan ke RSUD Kota Mataram atau 11 Puskesmas yang ada di Mataram," kata Wali Kota Mataram sekaligus Ketua Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Mataram H Ahyar Abduh di Mataram, Senin 6 Juli 2020.

Untuk mendukung kebijakan itu, mulai hari ini Pemerintah Kota Mataram menggratiskan pelayanan rapid test dan swab Covid-19 mandiri untuk berbagai kepentingan masyarakatnya, sekaligus meringankan beban masyarakat di tengah pandemi Covid-19. "Pelayanan rapid test dan swab gratis ini khusus bagi warga Kota Mataram yang dibuktikan dengan menyerahkan kartu tanda penduduk (KTP)," katanya.

Wali kota mengatakan, permintaan agar RS swasta tidak melayani rapid test dan swab test Covid-19 mandiri, karena selama ini penambahan pasien baru positif Covid-19, berasal dari hasil rapid dan swab mandiri yang dilakukan di sejumlah RS swasta.

Ia menambahkan pasien yang dinyatakan positif Covid-19 atau reaktif terhadap hasil rapid test dan swab tidak diketahui keberadaannya. Apakah mereka melakukan isolasi mandiri atau tidak. "Kalau mereka melakukan rapid dan swab di fasilitas kesehatan yang kita miliki, maka kita bisa dengan mudah melakukan penanganan melalui penanganan Covid-19 berbasis lingkungan (PCBL)," katanya.

Advertising
Advertising

Karena itulah, berdasarkan hasil evaluasi tim gugus tugas menyebutkan, sumbangan pasien positif Covid-19 saat ini sudah tidak ada lagi dari klaster lingkungan, melainkan berasal dari ruang publik dan tempat kerja.

"Harapannya, dengan pelayanan rapid dan swab gratis tersebut kita bisa melacak, mengontrol dan memberikan pelayanan maksimal terhadap pasien yang dinyatakan reaktif maupun positif Covid-19, sebab data identitas mereka sudah kita pegang," katanya.

Di sisi lain, wali kota juga mengingatkan agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 saat beraktivitas. Termasuk bagi karyawan maupun jajaran aparatur sipil negara (ASN).

"Perusahaan, pusat perbelanjaan maupun tempat-tepat ibadah harus tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19, sebagai upaya pencegahan," katanya.

ANTARA

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

21 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

9 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

9 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

15 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

16 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

19 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

20 hari lalu

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual

Baca Selengkapnya