Alasan Media Nasional Minta Penarikan Pajak Google Maksimal

Reporter

Friski Riana

Kamis, 14 Mei 2020 18:56 WIB

Merayakan ulang tahun ke-127 Wilder Penfield, Google Doodle tampilkan sosok ilmuan terkenal tersebut. Google Doodle menampilkan sosok Wilder Penfield yang di sampingnya terlihat ilustrasi otak, mata, hidung dan roti bakar yang menggambarkan secara singkat inti penemuannya soal bagian otak yang mampu mengingat aroma roti bakar. google.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers Agus Sudibyo mengatakan tidak hanya media massa nasional yang mendesak penarikan pajak penghasilan perusahaan platform digital global, semacam Google, secara maksimal.

Menurut dia, asosiasi pers internasional juga meyuarakan desakan serupa.

“Itu aspirasi global, dari IFJ, NUJ di Inggris juga menuntut. Jadi bukan hanya di Indonesia,” kata Agus kepada Tempo hari ini, 14 Mei 2020.

Tuntutan penarikan pajak penghasilan platform digital global tertuang dalam butir ketujuh usulan Dewan Pers bersama Asosiasi Perusahaan Media dan Asosiasi Profesi Media kepada pemerintah tentang pemberian insentif di tengah pandemi Covid-19 bagi indsutri media massa nasional.

Agus menjelaskan, platform seperti Google, Facebook, Youtube, Twitter, Instagram, serta Microsoft memanfaatkan konten jurnalistik yang disediakan oleh publisher.

Kemungkinan, mereka memanfaatkan konten itu secara gratis, namun imbal balik kepada publisher tidak adil.

Menurut Agus, platform seperti Google selalu bilang bahwa model itu menguntungkan kedua belah pihak. Alasannya, mereka mengagregasi konten sehingga publisher mendapat traffic.

Dia menegaskan bahwa persoalannya bukan hanya pada pembagian konten, tetapi juga pada pembagian keuntungan.

“Pembagian adsense dan adword. Sangat banyak di sana (pihak platform).”

Menurut Agus, tidak ada pembagian data untuk publisher yang diberikan oleh platform global. Misalnya, ketika konten publisher dibaca 1.000 orang, platform kemudian menggali data profiling pembaca.

Data pembaca tersebut berharga bagi publisher untuk periklanan. Namun, yang terjadi adalah data dikuasai platform. Bahkan, publisher harus membayar untuk mendapatkannya.

“Padahal user referral data tidak didapat Google kalau tidak menggunakan kontennya dari publisher,” ujar Agus.

Dia juga melihat ada iklim persaingan yang timpang. Agus mencontohkan, publisher yang memiliki pendapatan dari iklan wajib membayar pajak pendapatan.

Di sisi lain, transaksi iklan di platform global tidak termasuk dalam komponen pajak yang masuk ke negara.

Agus berpendapat sebagian pajak dari platform bisa dialokasikan untuk mengembangkan jurnalisme melalui media massa nasional dan asosiasi wartawan dan perusahaan pers.

“Platform berutang budi pada pers nasional."

Berita terkait

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

19 jam lalu

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

Syarat pendaftaran CPNS Kepolisian Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas) yang banyak diminati oleh para pelamar dari seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

1 hari lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

1 hari lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

1 hari lalu

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

Dirjen Bea dan Cukai Askolani menjadi sorotan karena memiliki harta Rp 51,8 miliar

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

2 hari lalu

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

Terpopuler bisnis: Pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai karena karena diminta bayar Rp 26 juta, BTN didemo nasabah.

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

2 hari lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

3 hari lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

3 hari lalu

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

Banyak masyarakat yang mempertanyaan fungsi dan tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai lantaran beberapa kasus belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Jenis-Jenis Sumber Penerimaan Negara Indonesia, Mana yang Terbesar?

5 hari lalu

Jenis-Jenis Sumber Penerimaan Negara Indonesia, Mana yang Terbesar?

Berikut ini rincian tiga jenis sumber penerimaan utama negara Indonesia beserta jumlah pendapatannya pada 2023.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: YLKI Minta Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

7 hari lalu

Terpopuler: YLKI Minta Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

Berita terpopuler Tempo: YLKI menuntut pemberantasan Pinjol ilegal, Menkominfo Budi Arie sebut judi online seperti hantu.

Baca Selengkapnya