Aktivis Kritik Mugshot Challenge: Kekerasan Bukan Bahan Candaan

Senin, 13 April 2020 09:49 WIB

Sejumlah massa yang tergabung dalam Gerakan Perempuan Anti Kekerasan (Gerak Perempuan) melakukan aksi diam di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Senin, 10 Februari 2020. Aksi ini merupakan bentuk solidaritas untuk beberapa korban kekerasan seksual di beberapa kampus di Indonesia. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis perempuan Nisrina Nadhifah Rahman mengatakan masalah kesehatan mental, kekerasan domestik, dan brutalitas yang tergambar dalam sebagian unggahan mugshot challenge bukan sesuatu yang layak untuk dijadikan bahan candaan. "Kekerasan adalah bagian dari trauma yang mungkin dialami banyak orang," kata Nisrina kepada Tempo, Ahad, 12 April 2020..

Terlebih lagi, kata Nisrina, unggahan-unggahan itu tidak disertai peringatan awal bahwa konten itu memuat unsur kekerasan atau bisa menimbulkan trauma. Tidak adanya peringatan awal itu membuat unggahan mugshot challenge itu menjadi lebih berbahaya. "Bila tetap ingin mengunggah mugshot challenge sertakan peringatan, agar kebebasan berekspresi yang sedang ditunjukkan tidak menyakiti korban atau penyintas."

Mugshot challenge mengajak warganet merias wajah seperti penuh luka lebam atau berdarah. Pengguna kemudian mengunggah foto wajah yang sudah dirias itu ke akun media sosial mereka dengan menulis tanda pagar mugshotchallenge.

Beberapa penjawab tantangan menulis keterangan foto atau caption seperti 'korban kekerasan dalam rumah tangga', 'KDRT', 'digebukin mantan', atau 'I am in love with criminal' (saya jatuh cinta dengan seorang kriminal). Ada juga yang menulis keterangan bernada canda, seperti 'jadi gini rasanya dipukul rindu'.

Tantangan untuk mengunggah foto wajah yang dirias seolah-olah penuh luka akibat perkelahian atau kekerasan itu dianggap tak sensitif terhadap korban kekerasan yang sesungguhnya.

Advertising
Advertising

Mantan anggota Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan ini mengatakan, di satu sisi memang ada hak berekspresi yang dimiliki setiap orang, termasuk mengunggah konten mugshot challenge. Namun di sisi lain, unggahan itu berbahaya lantaran bisa menimbulkan trauma bagi sebagian orang. "Dengan dalih kebebasan berekspresi, para peserta mugshot challenge ini malah menunjukkan konten-konten yang memicu dan berpotensi menimbulkan trauma pada tertentu pada orang-orang tertentu."

Hak berekspresi memang dijamin di dalam kacamata hak asasi manusia. Internet adalah ruang publik yang mungkin dianggap tempat netral untuk mengekspresikan apa saja. Tapi, hak berekspresi juga perlu mempertimbangkan batasan agar dalam penyampaiannya tidak merugikan korban atau penyintas.

Komisioner Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi juga menilai mugshot challenge tidak sensitif terhadap korban kekerasan. Unggahan-unggahan itu juga berpotensi menghilangkan kepekaan terhadap kekerasan yang sebenarnya. "Tantangan itu tidak sensitif terhadap korban, karena seakan-akan penganiayaan atau KDRT seperti 'dirayakan' dengan ber-make up demikian," kata Siti, Ahad, 12 April 2020.

Berita terkait

Tak Hanya di STIP Jakarta, Kasus Kematian Mahasiswa Dianiaya Senior Terjadi di Beberapa Kampus Ini

6 jam lalu

Tak Hanya di STIP Jakarta, Kasus Kematian Mahasiswa Dianiaya Senior Terjadi di Beberapa Kampus Ini

Selain di STIP Jakarta, berikut beberapa kasus kematian mahasiswa yang dianiaya seniornya di kampus.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

7 jam lalu

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

Seorang mahasiswa STIP Jakarta meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Lalu, mengapa budaya kekerasan itu terus terulang?

Baca Selengkapnya

5 Fakta Kematian Mahasiswa STIP Jakarta yang Dianiaya Senior

7 jam lalu

5 Fakta Kematian Mahasiswa STIP Jakarta yang Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Jakarta dengan pangkat taruna tingkat satu meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Berikut sederet faktanya.

Baca Selengkapnya

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

2 hari lalu

Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

3 hari lalu

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International Indonesia mendesak polisi segera membebaskan puluhan mahasiswa yang ditangkap saat Hari Buruh dan Hari Pendidikan.

Baca Selengkapnya

FSGI Soroti Tingginya Kasus Kekerasan di Satuan Pendidikan dalam Hardiknas 2024

5 hari lalu

FSGI Soroti Tingginya Kasus Kekerasan di Satuan Pendidikan dalam Hardiknas 2024

FSGI prihatin karena masih tingginya kasus-kasus kekerasan di satuan pendidikan dalam perayaan hardiknas 2024

Baca Selengkapnya

Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

8 hari lalu

Game Online yang Mengandung Kekerasan Dinilai Rusak Moral Anak

Game online yang mengandung konten kekerasan berpotensi merusak moral anak bangsa di masa depan sehingga perlu diblokir.

Baca Selengkapnya

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

12 hari lalu

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan aktivis pro demokrasi, Tumbu Saraswati, wafat di ICU RS Fatmawati Jakarta pada Kamis

Baca Selengkapnya

Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

16 hari lalu

Kekerasan Menimpa Putri Komedian Isa Bajaj, Begini Saran Surabaya Children Crisis Center pada Pemda Magetan

Surabaya Children Crisis Center menyayangkan terjadinya tidak kekerasan oleh laki-laki tak dikenal terhadap putri komedian Isa Bajaj di Magetan.

Baca Selengkapnya

Jawab Rumor Putus dengan Ajudan Prabowo, Nikita Mirzani Mengaku Jadi Korban Kekerasan

22 hari lalu

Jawab Rumor Putus dengan Ajudan Prabowo, Nikita Mirzani Mengaku Jadi Korban Kekerasan

Menurut Nikita Mirzani, selama ini ia diam lantaran merasa takut akan mendapatkan penilaian dan tidak akan ada yang percaya.

Baca Selengkapnya